Selasa, 16 Juni 2009

JERAT-2 TRADISI

Mentari bersinar redup,
Beredar dibalik tirai,
Mega hitam telah memudari,
Sinar sutera keemasan,
Kau meniti tali diatas gelombang prahara,
Shobat...,
Kalau memang kau tak cinta,
Mengapa kau terpaksa mendustanya?
Cukuplah bahasa matamu yang berbicara,
Karena dibelenggu oleh jerat-jerat tradisi keluarga,
Kata tak mesti terucap,
Karena mata jujur menatap,
Bagai lautan yang tak bertepi,
Cinta mengandung mutiara intan yang tak terbeli,
Jangan tatap langit kebiruannya,
Sering awan hitam dan kilat menggodanya,
Shobat...,
Cahaya matamu bagai kedip bintang dimalam sunyi,
Cahaya derita yang dibayangi kabut hitam,
Ku tahu dia tak dihati....................mu.

KITA BEGITU DEKAT

FROM QUSAI

Kita begitu dekat. Seperti udara yang kita hirup, seperti air yang kita minum. Kedekatan yang telah menumbuhkan perasaan lain, perasaan yang tak terungkapkan namun dirasakan begitu kuat dan dalam. Kedekatan yang menyakitkan hati, namun membanggakan. Maklum, kamu begitu gagah, berwibawa, dan pintar (tapi maaf, kamu bertampang pas-pasan, jauh dari tampan). Sedangkan aku hanyalah wanita biasa dan sederhana. Dan maaf, kamu bilang aku ini hitam (tapi manis....!). Namun begitu, aku mempunyai pribadi yang ceria dan setia.

Aku masih ingat ketika ada seorang teman yang bertanya padamu : "Wanita yang bagaimana sih yang kamu mau?" Apa jawabmu? "Aku mendambakan sesosok wanita yang pintar, berpendidikan S.1 (kalau bisa S.2), cantik, menarik, dan wajib berkulit putih."

Ah, kamu...!! Aku tahu kamu cuma berusaha menutupi perasaanmu yang sebenarnya di hadapan teman-temanmu. Kamu iri pada mereka, kamu berambisi untuk mendapatkan seorang wanita yang jauh lebih cantik dari pada istri-istri mereka. Kamu merasa ja'im mengakui perasaanmu padaku. Mana mungkin kamu tidak suka padaku? Padahal kamu selalu membutuhkan aku dalam setiap urusanmu (hal mengenai pekerjaan atau tugas lembaga). Dan bahkan, pernah kamu termakan omonganmu sendiri untuk tidak lagi menelfonku. Padahal, beberapa kali kau menelfonku hanya sekedar bertanya ini dan itu. Dan bahkan kamu memintaku mengisikan pulsamu dengan alasan kau jauh dari counter (basa-basimu sangat kekanak-kanakan bagiku). dan kamu pura-pura lupa dengan hal itu (hutang rek...!!).

jujur, sebenarnya apa sih maumu? Kau menggantung perasaanku. Antara "ya" dan "tidak", tak berani kau berterus terang padaku. Terkadang teman-teman menanyakan: "Kamu ini laki-laki atau bukan?" Lantas bagaimana jawabmu? Hanya kamu yang bisa membuktikan!

TAMAT atau BERSAMBUNG ya?