Senin, 29 Maret 2010

DALAM 7 HARI YANG TELAH LALU DAN MUNGKIN AKAN TERULANG

Hari per-1, tahajudku tetinggal

Dan aku begitu sibuk akan duniaku

Hingga zuhurku, kuselesaikan saat ashar mulai memanggil

Dan sorenya kulewati saja masjid yang mengumandangkan azan magrib

Dengan niat kulakukan bersama isya itupun terlaksana setelah acara

tv selesai

Hari ke-2, tahajudku tertinggal lagi

Dan hal yang sama aku lakukan sebagaimana hari pertama

Hari ke-3 aku lalai lagi akan tahujudku

Temanku memberi hadiah novel best seller yang lebih dr 200 hlmn

Dalam waktu tidak 1 hari aku telah selesai membacanya

Tapi... enggan sekali aku membaca Al-qur'an walau cuma 1 juzz

Al-qur'an yg 114 surat, hanya 1,2 surat yang kuhapal itupun dengan

terbata-bata

Tapi... ketika temanku bertanya ttg novel tadi betapa mudah dan

lancarnya aku menceritakan

Hari ke-4 kembali aku lalai lagi akan tahajudku

Sorenya aku datang ke Selatan Jakarta dengan niat mengaji

Tapi kubiarkan ustazdku yang sedang mengajarkan kebaikan

Kubiarkan ustadzku yang sedang mengajarkan lebih luas tentang agamaku

Aku lebih suka mencari bahan obrolan dengan teman yg ada disamping

kiri & kananku

Padahal bada magrib tadi betapa sulitnya aku merangkai

Kata-kata untuk kupanjatkan saat berdoa

Hari ke-5 kembali aku lupa akan tahajudku

Kupilih shaf paling belakang dan aku mengeluh saat imam sholat jum'at

kelamaan bacaannya Padahal betapa dekat jaraknya aku dengan televisi dan

betapa nikmat,

serunya saat perpanjangan waktu sepak bola favoritku tadi malam

Hari ke-6 aku semakin lupa akan tahajudku

Kuhabiskan waktu di mall & bioskop bersama teman2ku

Demi memuaskan nafsu mata & perutku sampai puluhan ribu tak terasa keluar

Aku lupa.. waktu diperempatan lampu merah tadi

Saat wanita tua mengetuk kaca mobilku

Hanya uang dua ratus rupiah kuberikan itupun tanpa menoleh

Hari ke-7 bukan hanya tahajudku tapi shubuhkupun tertinggal

Aku bermalas2an ditempat tidurku menghabiskan waktu

Selang beberapa saat dihari ke-7 itu juga

Aku tersentak kaget mendengar khabar temanku kini

Telah terbungkus kain kafan padahal baru tadi malam aku bersamanya

& ¾ malam tadi dia dengan misscallnya mengingat aku ttg tahajud

kematian kenapa aku baru gemetar mendengarnya?

Padahal dari dulu sayap2nya selalu mengelilingiku dan

Dia bisa hinggap kapanpun dia mau

¼ abad lebih aku lalai....

Dari hari ke hari, bulan dan tahun

Yang wajib jarang aku lakukan apalagi yang sunah

Kurang mensyukuri walaupun KAU tak pernah meminta

Berkata kuno akan nasehat ke-2 orang tuaku

Padahal keringat & airmatanya telah terlanjur menetes demi aku

Tuhan andai ini merupakan satu titik hidayah

Walaupun imanku belum seujung kuku hitam

Aku hanya ingin detik ini hingga nafasku yang saat nanti tersisa

Tahajud dan sholatku meninggalkan bekas

Saat aku melipat sajadahku.....

Amin....

Rabu, 17 Maret 2010

Dr. Abdul Kadir Riyadi, MA, Lc

ini adalah profil dosen favorit saya semester ini,
saat ini beliau mengampu mata kuliah AKHLAK: isu-isu modern dan kontemporer.

Dr. Abdul Kadir Riyadi, MA., lahir di Rembang 13 Agustus 1970. Pernah nyantri di Pondok Modern Gontor Ponorogo, tamat 1990. Melanjutkan ke Universitas Al-Azhar, Kairo Jurusan Hukum Islam, lulus 1995. Memperoleh predikat Magister dari University of Cape Town, Afrika Selatan Jurusan Sosiologi Agama, tamat 1999, dengan judul tesis ‘Identity on The Line; A Cultural Analysis on the First Principle of Pancasila’, dan predikat Doktor dari Universitas yang sama dengan Jurusan Filasafat Islam, tamat 2004, dengan judul disertasi ‘Show Me Things As They Are; Study on the Religious Thought of Muhammad Jalaluddin Rumi’.

Sebelum menjadi dosen Fakultas Ushuluddin dan PPs IAIN Sunan Ampel (sejak 2005), dia pernah menjadi guru pada Pesantren Al-Husnayain Jakarta (1990-1991), dosen pada Islamic College of Southern Africa (1999-2000), serta penerjemah pada Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) Cape Town (2000-2004).

Direktur Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel ini, pernah mengikuti pelatihan ‘Human Resource Managemet’ di Cape Technikon, Cape Town, Afsel (1996), dan menjadi narasumber pada seminar ‘Human Rights and the Renewing of Religious Discourse’ di Alexandria Mesir (2006).

Beberapa tulisannya yang termuat di jurnal ilmiah antara lain, Interrogating the Stucture of the Ash’arite Dogma, (Journal of Muslim Philosophy, London, 2005), Leadership and Charisma; Understanding the Nature of the Authority of the Prophet (Journal of Islamic College of Southern Africa, Cape Town, 1999), Maslaha (Buletin Iqra, 1999), dan Intellect as Wisdom; A Survey on Ibn Sina’s Ethics (Journal of Islamic College of Southern Africa, Cape Town, 2000).

Minggu, 14 Maret 2010

solusi multi dimensi bangsa indonesia (1)

Solusi krisis multi dimensi bangsa indonesia

Korupsi, kolusi dan nepotisme (yang terkenal dengan singkata KKN) adalah penyakit kronis yang telah menjangkiti para pemimpin bangsa indonesia ini. Sejauh pembacaan sejarah yang pernah saya baca, sejarah per-KKN-an di indonsia yang terjadi kronis bermula pada zamannya presiden kedua kita tercinta, yaitu Jendral Besar (Alm.) Soeharto, yang berkuasa ± 30 tahun di indonesia, selama enam dekade itu pula banyak perkembangan yang berhasil di raih oleh Indonesia selama presiden kedua ini memimpin, diantaranya pertanian, ekonomi, angka pengangguran dan kemiskinan yang kecil selama bertahun-tahun, tapi semua itu hanyalah pencitraan semu belaka, yang di ciptakan Soeharto untuk mengelabui seluruh elemen masyarakat indonesia dan internasional. Yang terjadi sebenarnya buaian-buaian semu untuk masyarakat indonesia.
Buaian semu itu berupa: bensin yang murah, sembako yang murah (karena subsidi dari pemerintah yang berasal dari pinjeman hutang luar negeri, yang ujung-ujungnya masyarakat indonesia juga yang harus membayar hutang tersebut), selain itu KKN berkembang subur di seluruh lapisan pemerintah (mulai dari tingkat RT/RW hingga para menteri) terutama yang berurusan dengan hal-hal yang berbau Administrasi,
sebagai contoh yang simpel adalah pembuatan KTP; ketika akan mengurus KTP (di era orba) kita harus mengurus sendiri birokrasi puatan KTPnya, mulai minta tanda tangan ke ketua RT, ketua RW, pak Lurah/ Kepala Desa, Pak camat, dan pencetakan KTP. Setiap minta tanda tangan mulai dari RT sampai Kecamatan pasti ada biaya administrasi “pengganti tinta” atau “uang rokok” atau “uang lelah” dll, belum lagi biaya pembuatan KTP itu sendiri, makanya tak jarang ketika ada seseorang yang hendak membuat KTP biayanya bisa lebih dai 100 ribu. Padahal di aturannya yang asli, pembuatan KTP hanya 10 ribu saja.
Belum lagi apabila ada pendaftaran PNS/ Polisi/ tentara, pasti ada yang “main mata” antara panitia penerimaan PNS/ Polisi/ tentara tadi. Nah orang yang baru diterima setelah “main mata” pasti ia diterima di salah satu departemen yang telah diepakati sebelumnya, tentu saja setelah pelamar PNS itu menyerahkan `segepok uang ` kepada panitia penerimaan tsb, hal ini masih berlangsung hingga saat ini, di saat yang kono katanya orang-orang cerdas dan pintar adalah `era reformasi`, era keterbukaan di sana-sini, tapi kenyataannya sama KKN berkembang biak dengan subur.
Dua contoh di atas hanyalah secuil fenomena terjadinya KKN di negeri Indonesia tercinta ini.
Di dalam dunia islam, sudah jelas sekali bahwa Korupsi Kolusi dan nepotisme sangat di larang dan di benci oleh nabi Muhammad dan Allah Swt. Banyak hadis yang telah menebutkkan hal itubentuk praktis dan kepanjangan dari KKN terssebut adalah suap menyuap. Dimana orang yang menyuap dan di suap besuk di akherat sama-sama ditempatkan di neraka. A`udzuhi min dzalik…
Menurut hemat saya; semua penyakit kronis bangsa indonesia ini bisa disembuhkan dengan memberikan porsi yang mencukupi pada pendidikan agama di bangku sekolah, baik di tingkataan dasar maupun di bangku kuliah, baik sekolah yang dibawah naungan depag maupun yang di bawah naungan diknas

Senin, 01 Maret 2010

promosi singkat

bagi semua teman-teman dan non teman-teman yang mau berbisnis di bidang perpulsaaan,
baik multi operator dan MKios, silahkan kirim imel ke saya atau hubungi saya via hp