Sabtu, 24 November 2012

PENDIDIKAN KARAKTER DAN ASWAJA


PENDIDIKAN KARAKTER DAN ASWAJA
(Studi kasus di SMP Khadijah Surabaya)
Oleh: M. Mahbubi©
A.       Seputar Pendidikan Karakter dan SMP Khadijah surabaya
Hasil penelitian di Harvard University Amerika Serikat (dalam Ali Ibrahim Akbar, 2000) menunjukkan bahwa, kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan kemampuan teknis (hard skill) saja, tetapi lebih oleh kemampuan mengelola diri dan orang lain (soft skill). Penelitian ini mengungkapkan, kesuksesan ditentukan hanya sekitar 20 persen oleh hard skill dan sisanya 80 persen oleh soft skill. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skill daripada hard skill. Soft skill merupakan bagian keterampilan dari seseorang yang lebih bersifat pada kehalusan atau sensitivitas perasaan seseorang terhadap lingkungan di sekitarnya. Mengingat soft skill lebih mengarah kepada keterampilan psikologis maka dampak yang diakibatkan lebih tidak kasat mata namun tetap bisa dirasakan. Akibat yang bisa dirasakan adalah perilaku sopan, disiplin, keteguhan hati, kemampuan kerja sama, membantu orang lain dan lainnya. Soft skill sangat berkaitan dengan karakter seseorang. 
Menyadari pentingnya karakter, dewasa ini banyak pihak menuntut peningkatan intensitas dan kualitas pelaksanaan pendidikan karakter pada lembaga pendidikan formal. Tuntutan tersebut didasarkan pada fenomena sosial yang berkembang, yakni meningkatnya kenakalan remaja dalam masyarakat, seperti perkelahian massal dan berbagai kasus dekadensi moral lainnya. Bahkan  di kota-kota besar tertentu, gejala tersebut telah  sampai pada taraf yang sangat meresahkan. Oleh karena itu, lembaga pendidikan formal sebagai wadah resmi pembinaan generasi muda diharapkan dapat meningkatkan peranannya dalam pembentukan kepribadian  peserta didik melalui peningkatan intensitas dan kualitas pendidikan karakter.
 Pendidikan karakter ialah sistem penanaman nilai-nilai karakter pada warga sekolah yang meliputi komponen pengetahuan, kesadaran atau kemauan dan tindakan untuk merealisasikan nilai-nilai tersebut. Pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai The deliberate use of all dimensions of school life to foster optimal character development. Pungkasnya, pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral, watak atau pendidikan etika. Tujuannya untuk mengembangkan potensi murid untuk memberikan keputusan baik buruk, memelihara apa yang baik dan mewujudkan kebaikan itu dalam kehidupan sehari-hari.[1]
Implementasinya butuh melibatkan berbagai komponen berupa isi kurikulum, proses pembelajaran dan penilaian, kualitas hubungan warga sekolah, pengelolaan perkuliahan, pengelolaan berbagai aktivitas murid, pemberdayaan sarana dan prasarana. Pendidikan karakter bertujuan untuk meningkatkan mutu penyelenggaraan dan hasil pendidikan yang mengarah pada pencapaian pembentukan karakter dan etika mulia murid secara utuh, terpadu dan berimbang sesuai standar kompetensi lulusan.[2]
Di tahun 50an berdirilah Madrasah Muslimat NU Surabaya oleh KH Abdul Wahab Turcham. Beberapa tahun kemudian, Madrasah Muslimat NU berubah nama menjadi Yayasan Khadijah Surabaya.[3] Kaitannya dengan implementasi pendidikan karakter, penulis tertarik memotret lebih jauh tentang Karakter NU berupa implementasi Aswaja sebagai nilai pendidikan karakter di SMP Khadijah Surabaya.
SMP Khadijah Surabaya saat ini dalam proses Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI). Di sekolah ini, ideologi Aswaja dilestarikan dalam Kurikulum Muatan Lokal, seperti bacaan surat-surat pilihan (Yaasin, Waqi’ah, al-Mulk, dan sebagainya) secara tartil; serta  bacaan Mawlid (Diba’iyyah), tahlil, ziarah wali, dan sebagainya.[4]
Umumnya, Materi Pendidikan Agama di SMP lain hanya 2 jam mata pelajaran. Namun di SMP Khadijah Surabaya mendapatkan alokasi sebanyak 12 jam mata pelajaran per minggu, meliputi Bahasa Arab, Tarikh (Sejarah Islam), Fiqih, Tauhid, al-Qur’an, Hadis, dan Aswaja. Semua materi dimodifikasi sesuai dengan Kurikulum PBNU Bidang Pendidikan. Penanaman karakter Aswaja (NU) di SMP Khadijah Surabaya tidak hanya diberikan pada murid; semua guru dan karyawan juga menerapkannya. Implementasinya berupa Istighatsah bersama diakhir bulan bagi seluruh guru dan karyawan Yayasan Khadijah serta berbagai pelatihan.[5]
Karakter NU yang diajarkan melalui pembelajaran Aswaja berupa, 1). Murid mengucapkan salam dan berjabatan tangan kepada guru dengan mencium tangan, 2). Membaca tawasul dan “Raditu bi Allah” Diawal pelajaran secara serentak dan bersama-sama, 3) Membaca surat al-Asr dan Solawat Nabi diakhir pejalaran, 4). Jika terdapat karyawan SMP Khadijah Surabaya yang wafat, setelah sholat Dhuhur berjama’ah diadakan salat Ghaib, 5). Membaca wirid setelah salat berjamaah, kemudian ditutup dengan doa, 6). Tahlil dan istighashah dan sebagainya.
Melalui pendidikan karakter diharapkan murid SMP Khadijah Surabaya mampu secara mandiri meningkatkan dan menggunakan pengetahuannya, mengkaji dan menginternalisasi serta mempersonalisasi nilai-nilai karakter dan etika mulia sehingga terwujud dalam perilaku sehari-hari. Pendidikan karakter di sekolah mengarah pada pembentukan kultur sekolah (proses pembudayaan), yaitu nilai-nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian dan simbol-simbol yang dipraktekkan. Kultur tersebut merupakan ciri khas, karakter dan pencitraan sekolah dimata masyarakat.[6]
Pendidikan karakter dapat diintegrasikan dalam pembelajaran. Materi pembelajaran yang berkaitan dengan norma dan nilai perlu dikembangkan, dieksplisitkan, dikaitkan dengan konteks kehidupan. Dengan demikian, pembelajaran nilai karakter tidak hanya pada ranah kognitif, namun menyentuh pada internalisasi dan pengamalan nyata. Aktivitas ekstrakurikuler yang selama ini diselenggarakan sekolah merupakan salah satu media strategis untuk pembinaan karakter dan peningkatan mutu akademik murid.[7] Melalui aktivitas ekstrakurikuler diharapkan dapat mengembangkan potensi, prestasi serta tanggung jawab sosial.

B.       Karakteristik Aswaja Versi N.U.
Karakteristik Aswaja ala NU ialah sama dengan karakteristik utama ajaran Islam, yaitu Tawasut (jalan tengah) yang dapat dilengkapi dengan I’tidal (jalan tegak), dan Tawazun (proporsional). Bukan sikap terlalu kompromistis, mencampuradukkan semua unsur (sinkretisme). Juga bukan mengucilkan diri, menolak pertemuan dengan segala macam unsur. Karakter Tawasut memang sudah menjadi ajaran Islam, bahwa segala kebaikan itu selalu berada diantara dua ujung Tatarruf  (extremism). Karakter, ciri utama dan prinsip ini memang sudah melekat pada Islam sejak berdirinya.[8]
Ada tiga karakter utama ajaran Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah atau disebut dengan Aswaja yang selalu diajarkan oleh Rasulullah SAW dan sahabatnya: Pertama, karakter Tawasut atau sikap tengah-tengah, sedang-sedang, tidak ekstrim kiri ataupun ekstrim kanan. Kedua karakter Tawazun atau seimbang dalam segala hal, termasuk dalam penggunaan dalil aqli (pikiran rasional) dan dalil naqli (al-Qur’an Hadis). Ketiga, I’tidal  yang bermakna tegak lurus. Selain ketiga prinsip ini, golongan Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah juga mengamalkan sikap tasamuh (toleransi), yakni menghargai perbedaan serta menghormati orang yang memiliki prinsip hidup yang tidak sama. Namun bukan berarti mengakui atau membenarkan keyakinan yang berbeda tersebut dalam meneguhkan apa yang diyakini. [9]
Meskipun meyakini bahwa jalan tengah ialah jalan yang benar, namun Aswaja  tidak mengajarkan penggunaan jalan puritan sebagai bagian untuk memperjuangkan keyakinan. Hal ini, karena Aswaja mengajarkan sikap tasamuh. Aswaja lebih mengedepankan prinsip toleran (tasamuh) dalam membaca realitas keagamaan dan aktualisasinya yang berbeda. Ahl al-Sunnah wa al-Jama’ah tidak pernah menampakkan wajahnya yang garang dalam perang pemikiran. Toleran tidak berarti kompromistis dan eksklusif, permisif dan oportunistik. Toleran ialah sikap terbuka terhadap perbedaan (inklusif). Sementara, perbedaan ditengah umat disikapi sebagai keniscayaan, sejauh perbedaan tersebut tetap berada pada koridornya. Perbedaan harus disikapi secara arif dengan mengedepankan musyawarah.

C.       Pesantren Kota: Karakteristik SMP Khadijah
Pendidikan Ahl al-Sunnah Wa al-Jama’ah (Aswaja) dan ke-NU-an merupakan suatu upaya yang dilakukan secara sadar, terarah dan berkesinambungan untuk memperkenalkan dan menanamkan paham keagamaan Aswaja dan ke-NU-an kepada peserta didik, agar mereka mengetahui, meyakini dan mengamalkannya dalam pengertian menjadikannya sebagai pedoman kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan Aswaja dan Ke-NU-an dilakukan melalui aktivitas bimbingan, pengajaran, latihan, serta pengalaman belajar.
SMP Khadijah ialah Sekolah Islam yang berada di tengah kota Surabaya dan berbasis Nahdlatul Ulama’. SMP Khadijah sudah menempatkan dirinya sebagai sekolah berlatar belakang Nahdlatul Ulama’ telah menerapkan pendidikan karakter dengan Grand Design sebagai lembaga pendidikan berbasis Pesantren Kota yang bertumpu pada nilai-nilai Aswaja menurut Nahdlatul Ulama’ atau NU.
Gagasan Pesantren Kota yang dimaksud ialah menjadikan komunitas Khadijah sebagai kampung santri atau kampung Aswaja NU, yang indikatornya berupa munculnya aktivitas-aktivitas kajian agama yang intens dan terutama (sebagai ciri pesantren NU) ialah dikajinya kitab kuning, busana yang dipakai warga Khadijah ialah busana muslim (termasuk tamu yang masuk kompleks Khadijah) serta mempratekkan amaliyah para Wali/Kyai yang biasa dilaksanakan oleh Pesantren NU, seperti istighashah, tahlilan, yasinan, membaca shalawat Nabi, wiridan dan sebagainya. Juga aktifitas murid (santri) yang belajar qiro'ah, khitobah, diskusi, latihan musik shalawat, belajar kaligrafi dan sebagainya.
Implementasi penerapan konsep Pesantren Kota yang sudah berjalan, ialah diaplikasikan pada bentuk aktivitas pembiasaan harian, mingguan dan bulanan seperti berikut ini:
1.         Membaca al-Qur'an (Surat Yasin, al-Waqi’ah, al-Mulk, dan surat-surat pendek) pada setiap awal pelajaran selama 10 menit.
2.         Membaca do'a " Raditu bi Allah Rabba" dan seterusnya, di awal pelajaran.
3.         Membaca surat al-‘As}r setiap akhir pelajaran.
4.         Shalat Dhuhur berjama'ah dan sholat Rowatib setiap hari dengan protokoler yang lengkap.
5.         Membaca istigha>shah bersama setiap Hari Kamis Pertama setelah sholat dhuhur berjama'ah, membaca Tahlil pada Hari Kamis Kedua, membaca Surat Ya>sin pada Hari Kamis Ketiga, membaca Surat Waqi’ah pada Hari Kamis Keempat, dan membaca Surat ar-Rahma>n atau al-Mulk pada Hari Kamis Kelima.
6.         Membaca puji-pujian atau sholaawatan sebelum melaksanakan sholat berjama’ah.
7.         Membaca istighashah bersama setiap akhir bulan.
8.         Shalat Dhuha pada waktu-waktu tertentu.
9.         Membaca Diba' (Shalawat Nabi saw) secara berkala.
10.     Melaksanakan Sholat Ghaib berjama'ah setiap ada warga (murid, guru, wali murid yang meninggal) setelah Shalat Dhuhur berjama’ah.
11.     Kajian kitab Taqrib pada pelajaran Fiqih, kitab Aqidatul-‘Awam pada pelajaran Tauhid dan kajian kitab Hadits al-Arbain an-Nawawiyyah pada pelajaran Hadis.
12.     Kajian bahasa al-Qur'an/ Arab empat jam per minggu.
13.     Hafalan ayat-ayat penting pada pelajaran al-Qur'an.
14.     Latihan membaca al-Qur'an dengan tartil pada pelajaran al-Qur'an.
15.     Membaca sholawat nariyah pada hampir setiap hari.
16.     Pendidikan Ahl as-Sunnah Wa al-Jama’ah secara kurikuler.
17.     Peringatan hari-hari besar Islam seperti; Maulid Nabi dengan membaca Dibaiyyah, Isra' Mi'raj, Nisfu Sya'ban, Pondok Ramadhan, Halal bi Halal, Idhul Adha, dan Muharraman dengan acara hataman Qur’an dan yatiman.
18.     Khatmil Qur'an pada saat-saat tertentu.
19.     Himbauan puasa tasu'a dan asura.
20.     Pembinaan seni baca al-Qur'an dan kaligrafi untuk murid yang berminat.
21.     Total pelajaran agama 12 jam per minggu.
22.     Ziarah Wali secara rutin setiap tahunnya untuk kelas VIII.

Dari penjelasan di atas, dapat ditegaskan bahwa Format pendidikan karakter melalui pembelajaran Aswaja di SMP Khadijah Surabaya ialah memasukkan nilai-nilai pendidikan karakter yang bernuansa Tawasut, I’tidal, dan Tawazun (dogma inti dari asawaja) seperti yang telah ditetapkan oleh Yayasan Khadijah Surabaya melalui Tim Pengembang Kurikulum Pendidikan Karakter. Nilai-nilai tersebut dijadikan nilai-nilai inti yang harus diterapkan, sehingga terbentuk pembiasaan nilai-nilai aswaja di setiap mata pelajaran. Kemudian nilai-nilai tersebut dimasukkan dalam RPP setiap mata pelajaran. Dengan kata lain, nilai-nilai pendidikan karakter bernuansa aswaja tersebut menjadi ruh karakter  pada setiap mata pelajaran di SMP Khdijah Surabaya.
Demikianlah pemaparan singkat tentang pendidikan karakter dan Aswaja di SMP Khadijah Surabaya.


©  Makalah Sarasehan Guru “Membangun Format Pendidikan Karakter Berbasis Aswaja oleh PC PERGUNU Kab. Pasuruan Pada hari Minggu (25 November 2012) di Kantor PCNU Kabupaten Pasuruan.
[1] Masnur Muslich, Pendidikan Karakter: Menjawab Tantangan krisis Multidimensial (Jakarta: Bumi Aksara. 2011) hal. 36-37
[2] Dirjen Dikdasmen Kemendiknas. Pembinaan Pendidikan Karakter di SMP (Jakarta: Dirjen Dikdasmen Kemendiknas, 2010) 4-5.
[3] YTPS NU Khadijah. 50 Tahun SMP Khadijah Surabaya (Surabaya: YTPSNU Khadijah. 2004) 1
[4] Wari Zain. Kekhadijahan (Surabaya: YTPSNU Khadijah, tt) 9.
[5] M. Mahbubi. Pendidikan Karakter: Implementasi Aswaja Sebagai Nilai Pendidikan Karakter ( Yogyakarta: Pustaka Ilmu, 2012) 4
[6] Ibid, 42.
[7] Ibid. 40,
[8] Abdul Muhith Muzadi. NU: dalam Prespektif Sejarah dan Ajaran. (Surabaya: Khalista, 2007), hal. 148
[9] M. Mahbubi. Pendidikan Karakter....... 24-26