PESANTREN KOTA[1]
( Implementasi Kurikulum
Pendidikan Karakter Bernuansa Agama)
Oleh M. Mahbubi[2]
FAKTA
1.
Tawuran kerap
sekali terjadi antar siswa sekolah terutama di kota-kota besar.
2.
setiap tahun,
selalu terjadi kebocoran dan kecurangan dalam pelaksanaan UN di seluruh
Indonesia, bahkan hal ini di sponsori oleh kepala daerah dan kepala dinas
pendidikan demi gengsi. Gengsi daerah agar dipandang berhasil bla bla bla bla.
(sumber: http://cetak.kompas.com/read/2009/11/14/03415275/pengawasan.un.diperketat).
3.
Di level
pembuat kebijakan, pendidikan tak ubahnya sebuah proyek "megatriliun"
yang mesti diperebutkan, seperti contoh: proyek pembangunan atau renvasi gedung
sekolah, pengadaan buku, pengadaan alat-alat Lab, UN, dll. (sumber: http://www.sindoweekly-magz.com/artikel/12/I/24-30_mei_2012/educare/4/antara_kebangkitan_nasional_dan_carut-marut).
4.
Maraknya kasus
mencontek bersama yang dilakukan oleh siswa (contoh kasus yang muncul di
permukaan adalah SDN Gadel Surabaya) dan guru (contoh kasus yng muncul di
permukaan adalah pada kasus PLPG di Unesa, sumber: http://kampus.okezone.com/read/2012/08/14/373/677334/unesa-usut-aksi-mencontek-plpg)
5.
Pembuatan
naskah Soal Ujian nasional ataupun semester yang terpusat telah “membunuh
karakter siswa dan kreatifitas guru di daerah yang berbeda antara satu dengan
yang lainnya.
6.
Program
rintisan sekolah bertaraf internasional, dan kiprah swasta yang dianggap
memandang pendidikan tak lebih dari sekadar komoditas dagangan.
7.
Minimnya
Pelajaran Agama (praktek pelajaran Agama di sekolah Umum hanya 2 jam seminggu)
dan merosotnya semangat Nasionalisme di semua lini pendidikan.
8.
Minimnya
keteladanan yang ditunjukkan oleh guru kepada muridnya. Contoh guru melarang
siswa merokok akan tetapi guru tersebut merokok di kantin sekolah, kantor guru
bahkan di ruang kelas ketika mengajar.
9.
Minimnya
keteladanan yang ditunjukkan oleh orang tua kepada putra-putrinya. Contoh orang
tua menyuruh anaknya untuk mengaji di TPQ/ TPA/ musholla setiap sore atau ba’da
Maghrib, akan tetapi orang tuanya (terutama ibu) pada jama-jam tersebut
menonton sinetron atau “kasak-kusuk” selebritis.
PROBLEMATIKA
1.
Pendidikan
seolah-olah tak berhasil mengubah perilaku para anak didik yang kerap berperang
terhadap sesama
2.
Pendidikan
seakan tak berdaya membendung pengaruh negatif dari kemajuan zaman. Di level
pembuat kebijakan, pendidikan tak ubahnya sebuah proyek "megatriliun"
yang mesti diperebutkan. Belum lagi soal kebijakan-kebijakan dalam pendidikan
yang kerap pro dan kontra.
3.
Lembaga
pendidikan saat ini tak lebih seperti tempat penitipan anak bagi kedua orang
tua yang sibuk dengan pekerjaannya maing-masing.
4.
Tidak ada
sinkronisasi / misskomunikasi antara program sekolah dengan keinginan orang tua
dan anak
5.
Minimnya
pendidikan agama ditengarai sebagai salah satu penyebab gagalnya sistem
pendidikan di indonesia
TAWARAN SOLUSI
1.
Menekankan
“hiden kurikulum” pendidikan karakter secara holistik di semua unit penidikan.
2.
Penerapan dan
pembiasaan karakter yang bernuansa agamis di semua unit pendidikan.
3.
Menambah porsi
pendidikan agama dan pelajaran yang bermuatan “nasionalisme” untuk
meminimalisir carut-marutnya pendidikan di Indonesia
4.
Menerapkan
sistem pendidikan pesantren (agama) dengan guru dan orang tua sebagai model /
suri tauladan
5.
Adanya
sinkronisasi dan komunikasi yang intensif tentang program sekolah serta
perkembangan siswa kepada orangtua