Senin, 23 Agustus 2010

REFLEKSI PERTENGAHAN RAMADHON...

malam ini....
ketika melangkahkan kaki
keluar dari rumah tuhan.

aku memohon kepada tuhan...
agar bisa bahagia dengan orang-orang yang aku temui hari ini dan esok.
aku juga memohon agar mereka juga bahagia dengan keberadaanku

ya ALLAH ya RABB.....
semua kuserahkan pada-MU,
sehingga tidak perlu ada khawatir dan ketakutan di dalam hati ini....
karena aku yakin..
setiap harinya akan selalu ada kejutan-kejutan indah untukku.

semoga aku dan orang-orang di sekitarku,
dapat saling belajar dan saling memberi manfaat satu dengan yang lain.

YA ALLAH YA RABBII.....
ampunilah hamba jika hamba rapuh dan suka mengeluh atas takdirMU kepada hamba.
tidak sepantasnya hamba mengeluh pada MU.

karena hamba seharusnya bersukur dengan semua nikmatMU pada hamba
yangmana nikmat itu tidak bisa hamba hitung.

karena hamba masih di beri kesempatan untuk bernafas dan bisa bergerak bebas.

ya tuhan ku....
aku memohon padamu, agar hamba di jauhkan dari perasaan berkeluh kesah,
berpikiran sempit akan segala hal, terutama atas nikmta-nikmatMu pada hamba,
berpikiran kotor akan segala hal, terutama atas nikmta-nikmatMu pada hamba,
dan kemalasan akan memikirkan nikmat dan kuasaMU pada diri hamba dan sekitar hamba.

amiiinn.....

Sabtu, 21 Agustus 2010

pengobatan islami ala ustad danu (proposal tesis pada iain surabaya)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kehidupan modern dewasa ini telah tampil dalam dua wajah yang antagonistik. Di satu sisi modernisme telah berhasil mewujudkan kemajuan yang spektakuler, khususnya dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Di sisi lain, ia telah menampilkan wajah kemanusiaan yang buram berupa kemanusiaan modern sebagai kesengsaraan rohaniah. Modernitas telah menyeret manusia pada kegersangan spiritual. Ekses ini merupakan konsekuensi logis dari paradigma modernisme yang terlalu bersifat materialistik dan mekanistik, dan unsur nilai-nilai normatif yang telah terabaikan. Hingga melahirkan problem-problem kejiwaan yang variatif.

Ironisnya, masalah kejiwaan yang dihadapi individu sering mendapat reaksi negatif dari orang-orang yang berada di sekitarnya. Secara singkat lahirnya stigma ditimbulkan oleh keterbatasan pemahaman masyarakat mengenai etiologi gangguan jiwa, di samping karena nilai-nilai tradisi dan budaya yang masih kuat berakar, sehingga gangguan jiwa sering kali dikaitkan oleh kepercayaan masyarakat yang bersangkutan. Oleh karenanya, masih ada sebagian masyarakat yang tidak mau terbuka dengan penjelasan-penjelasan yang lebih ilmiah (rasional dan obyektif) dan memilih untuk mengenyampingkan perawatan medis dan psikiatris terhadap gangguan jiwa.

Semua penyakit di dalam tubuh manusia pada dasarnya adalah hasil perbuatan manusia itu sendiri, sebagaimana firman-NYA:

!$tBur Nà6t7»|¹r& `ÏiB 7pt6ŠÅÁB $yJÎ6sù ôMt6|¡x. ö/ä3ƒÏ÷ƒr& (#qàÿ÷ètƒur `tã 9ŽÏWx. ÇÌÉÈ

“dan apa saja musibah yang menimpa kamu Maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).[1]

Setiap manusia selalu mendambakan kesehatan. sehat di sini adalah sehat secara menyeluruh, yaitu sehat jasmani dan rohani; banyak cara yang dilakukan manusia sejak zaman dahulu hingga sekarang untuk merawat kesehatan tersebut dan metode untuk menyembuhkan segala penyakit yang ada pada diri manusia. Semua penyakit sejak zaman Nabi Adam hingga saat ini adalah tak lepas dari tingkah laku dan sifat manusia yang mempunyai sifat perusak hasil dari perbuatan manusia sendiri, karena sebagaimana telah di informasikan oleh al-Qur`an yang bermakna bahwa semua kerusakan yang ada di bumi dan di laut adalah karya dari manusia.[2]

Usia dunia pengobatan dengan berbagai metodenya adalah setua sejarah perjalanan hidup manusia; karena, sebagai salah satu makhluk hidup yang selalu tumbuh dan berkembang di dunia ini, manusia sangatlah akrab dengan berbagai macam dan jenis penyakit, baik itu penyakit ringan maupun berat. Tidaklah heran, apabila manusia semenjak Nabi Adam hingga sekarang selalu berkeinginan untuk bisa melepaskan diri dari segala macam penyakit, yang kemudian mendorong manusia untuk menyingkap berbagai metode pengobatan. Mulai dari mengkonsumsi berbagai jenis tumbuhan baik secara tunggal maupun yang dikombinasikan dengan tumbuhan yang lain, yang diyakini berkhasiat dan ampuh menyembuhkan jenis penyakit tertentu, atau dengan sistem pemijatan, akupuntur, pembekaman, hingga pembedahan atau operasi. Semua itu dilakukan dengan try and erorr.[3]\

Al-Qur`an memang banyak membicarakan tentang penyakit jiwa dan akhlak. orang-orang yang memiliki iman yang minim (lemah) menurut al-Qur`an sebagai orang yang memiliki penyakit di dalam dadanya.[4] Penyakit hati dalam al-Qur`an di bahasakan dengan kata “Fi Qulubihim Marada” ; kata itu di ulang kurang lebih sebanyak 11 kali, makna dari kata “Qolb” atau qulub seringkali di pahami dengan dua makna, yaitu akal dan hati. Sedangkan kata Maradh oleh Ibnu Faris (seorang pakar bahasa) didefinisikan sebagai “segala sesuatu yang menimbulkan manusia berbuat melebihi ambang batas balance and normally dan semua hal yang menyebabkan manusia terganggu fisik, jiwa, bahkan kepada sesuatu yang mengurangi sempurnanya amal seseorang.[5]

Melencengnya manusia dari batas keseimbangan tersebut dapat berbentuk gerak ke arah berlebihan dan dapat pula ke arah kekurangan. Dari sini dapat dikatakan bahwa al-Qur`an memperkenalkan adanya penyakit-penyakit hati dan penyakit-penyakit akal. Penyakit-penyakit akal yang disebabkan bentuk berlebihan adalah semacam kelicikan, sedangkan yang bentuknya karena kekurangan adalah ketidaktahuan akibat kurangnya pendidikan. Ketidaktahuan ini dapat bersifat tunggal maupun ganda. Seseorang yang tidak tahu serta tidak menyadari ketidaktahuannya pada hakikatnya menderita penyakit akal berganda. Penyakit akal berupa ketidaktahuan mengantarkan penderitanya pada keraguan dan kebimbangan.[6]

Ustadz Danu adalah salah satu seorang yang berhasil menemukan titik temu antara penyakit jiwa (akhlak yang kurang terpuji) dan penyakit jasmani (fisik/ badani) pada manusia. Beliau merumuskan bahwa penyakit adalah indikator adanya sebuah ketimpangan akhlak pada diri manusia baik disadari ataupun tidak di sadari oleh orang tersebut, atau beberapa penyakit yang ada di dalam diri manusia disebabkan oleh beberapa perbuatan akhlak yang kurang terpuji menurut al-Qur`an dan Sunnah Nabi, terutama pada orang-orang terdekat kita.

Akhlak-akhlak yang kurang baik tersebut biasanya selalu dilakukan berulang-ulang, baik di sadari maupun tidak, akhlak-akhlak tercela tersebut lama kelamaan akan menjadi kerak di dalam hatinya, sehingga hatinya tumpul dan berpenyakit. Di mana penyakit tersebut oleh Ustadz Danu dibahasakan sebagai “teguran Allah” kepada pelaku.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut :

  1. Bagaimana konsep kesehatan Islami menurut ustad Danu?
  2. Bagaimana hubungan kesehatan dengan akhlak menurut ustad Danu?
  3. Bagaimana terapi ustad Danu dalam mengatasi sebuah penyakit secara Islami?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. Menemukan konsep kesehatan menurtut Ustad Danu.

2. Menemukan alasan/motif hubungan kesehatan dan akhlak menurut ustad Danu.

3. Menemukan konsep mengatasi penyakit secara Islami menurut ustad Danu.

D. Kegunaan Penelitian

1. Bagi peneliti

Penelitian ini bermanfaat untuk dapat meningkatkan pemahaman tentang hubngan kesehatan dan akhlak dari disiplin ilmu yang telah dipelajari, serta dapat memperkaya khasanah keilmuan yang telah diperoleh dengan fakta di masyarakat tentang hubungan kesehatan dan akhlak.

2. Bagi masyarakat umum

Dapat memberikan informasi dan pemahaman mengenai apa saja alasan-alasan, dan bagaimana hubungan antara kesehatan dengan akhlak kita. Masyarakat juga akan mengetahui pengaruh kesehatan dan akhlak serta bagaimana cara mengatasinya.

3. Bagi kalangan akademis

Dapat menjadi bahan bacaan dalam melengkapi pustaka Perguruan Tinggi, serta berguna untuk referensi dalam penelitian selanjutnya.

E. Penelitian Terdahulu

Sepanjang pembacaan penulis, penelitian tentang penyakit jasmani yang berhubungan dengan akhlak belum pernah dilakukan. Meskipun ada, penelitian itu hanya membahas tentang penyebab penyakit jasmani secara medis dan cara mengatasinya, atau hanya membahas tentang penyakit jiwa dan akhlak-akhlak yang kurang terpuji tanpa dihubungkan dengan penyakit jasmani. Penelitian-penelitian yang dimaksud antara lain sebagai berikut:

Ibnu Qayyim al-Jauziah, Tibbun Nabawi. Di dalam kitab ini, Ibnu Qayyim al-Jauziah menerangkan berbagai macam penyakit yang di derita manusia yaitu penyakit hati dan penyakit jasmani, namun penulis kitab ini tidak menjelaskan secara rinci penyakit hati dan penyebabnya. Kitab ini banyak berbicara tentang macam-macam penyakit jasmani beserta cara mengobatinya dengan obat-obatan yang sesuai dengan anjuran Nabi Muhammad saw, kitab ini juga membahas dalam bab khusus tentang berbagai macam tumbuhan dan hewan yang bisa dipergunakan untuk mengobati penyakit. Jadi kitab ini menurut hemat penulis semacam ensiklopedi obat-obatan tradisional ala Nabi.

Sayyid Mujtaba Musawi Lari, Menumpas Penyakit Hati. Dalam buku ini pengarang menjelaskan tentang berbagai penyakit hati dan bagaimana kita me-menej- hati kita, agar kita bias terhindar dari penyakit hati tersebut. Namun tidak di jelaskan bagaimana kita mengatasi penyakit hati tersebut.

Imam al-Gozali, Ihya` Ulumuddin. Terutama pada juz III menerangkan berbagai macam penyakit hati dan cara mengatasinya apabila kita terdeteksi terkena penyakit hati tersebut, namun dalam Ihya itu sendiri tidak di jelaskan bagaimana hubungan penyakit akhlak tersebut dengan penyakit jasmani. Namun sebagai pijakan awal untuk mengetahui macam-macam dan tingkatan penyakit hati, kitab ini layak untuk di jadikan referensi.

F. Metode Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian dilakukan di mana saja yang terdapat pesawat televisi.

2. Pendekatan dan jenis penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian lapangan bersifat kualitatif, dengan menggunakan pendekatan fenomenologis dengan analisa kritis. Dalam penelitian ini, data yang dihasilkan nanti merupakan data deskriptif berupa informasi lisan, tulis serta prilaku yang dapat diamati. Adapun fenomena yang akan diteliti adalah fenomena hubungan penyakit dan akhlak. Dari data tersebut kemudian

Jenis penelitian yang akan disusun dalam penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif. Menurut Hadari Nawawi dan Mimi Martini,[7] penelitian kualitatif adalah rangkaian kegiatan atau proses menjaring informasi dari kondisi sewajarnya (natural setting) dalam suatu objek, dihubungkan dengan pemecahan suatu masalah, baik dari sudut pandang teoritis maupun praktis. Sedangkan menurut Nana Syaodih Sukmadinata, [8]penelitian kualitatif adalah penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas social, sikap, kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individual maupun kelompok. Dari gambaran-gambaran tersebut digunakan untuk menemukan prinsip-prinsip dan penjelasan-penjelasan yang mengarah kepada penyimpulan. Dari dua pengertian di atas, maka dalam penulisan penelitian ini, peneliti berusaha keras untuk menggambarkan secara komprehensip dan mendalam tentang pengaruh Akhlak yang kurang baik terhadap kesehatan manusia dan dihubungkan dengan fenomena atau peristiwa dan pemecahan suatu masalah yang ditawarkan oleh ustad danu dalam acara bengkel hatinya.

Sementara itu, sifat penelitian ini adalah bersifat deskriptif analitik. Data yang diperoleh (berupa kata-kata, gambar, perilaku) tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik, melainkan dalam bentuk teori yang memiliki arti yang lebih kaya dari sekedar angka atau frekuensi. Di sini, peneliti akan melakukan analisis data dengan memberikan pemaparan mengenai situasi yang diteliti dalam bentuk uraian naratif. Pemaparan dilakukan dengan menelaah setiap bagian sehingga membentuk suatu kesatuan, menjawab segala pertanyaan-pertanyaan terhadap suatu fenomena itu terjadi dalam konteks lingkungan. Karena keseluruhan sebagai suatu kesatuan lebih penting daripada satu-satu bagian. Maka dari itu, berbagai masalah penelitian tidak dipandang saling terlepas. Berbagai variable penelitian tidak dapat dipelajari terpisah dari keterkaitan dalam kesatuan konteksnya, melainkan setiap variable akan memiliki makna yang utuh bila berada di dalam suatu kesatuan, dan satu kesatuan lebih kaya dari sekedar jumlah makna kumpulan bagian-bagiannya. Objekvitas pemaparan tetap akan dijaga sedemikian rupa agar subjektivitas peneliti dalam membuat interpretasi dapat dihilangkan.

3. Data yang diperlukan

a. Sumber data primer

Data yang diperoleh, langsung dari ceramah-ceramah ustad Danu dalam acara “Bengkel Hati” di TPI. Serta hasil wawancara dengan Ustad danu dan ditambah testimony-testimoni dari pasien ustad danu baik yang sudah sembuh maupun yang belum sembuh (apabila ada)

b. Sumber data skunder

Data yang diperoleh melalui studi kepustakaan dan literatur. Seperti buku-buku, majalah, jurnal, dan lain-lain yang terkait dengan tema penelitian. Serta wawancara dengan keluarga, teman dekat ataupun kolega ustad Danu.

4. Teknik pengumpulan data

Dalam penelitian ini, data dikumpulkan melalui :

a. Observasi

Mengadakan pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap pasien-pasien Ustad danu, baik yang sudah sembuh maupun yang blum sembuh.

Hasil observasi kemudian dicatat, dan dibuat rangkuman yang lebih sistematis. Peneliti mengelompokkan data-data yang dianggap penting, dan data-data yang meragukan akan ditanyakan kembali. sementara data-data yang tidak penting akan tetap dikumpulkan, bilamana diperlukan.

b. Wawancara

Peneliti mengadakan wawancara langsung kepada ustad Danu, dalam tahapan ini hanya bersifat pentashihan dari data yang sudah peneliti kumpulkan melalui observasi sebelumnya, serta mencari pembenaran tentang data-data yang meragukan dalam penelitian ini, serta mewancara dengan beberapa pasien ustad Danu baik yang sudah sembuh maupun yang blum sembuh.

c. Dokumentasi

Hasil pengumpulan data dari observasi dan wawancara akan lebih kredibel jika didukung dengan dalil-dalil naqliyah dan aqliyah yang berkaitan dengan penelitian. Seperti Qur`an - Hadis yang berbicara tentang suatu penyakit dan hubungannya dengan akhlak manusia serta dokumen-dokumen penting lain yang berkaitan dengan penelitian.

5. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini yaitu ustad Danu itu sendiri sebagai subjek utama dalam penelitian ini, serta beberapa pasien ustad Danu baik yang sudah sembuh maupun yang blum sembuh.

6. Teknik analisis data

Analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data, dan setelah data terkumpul seluruhnya. Prosedur yang dilakukan ialah dengan cara melakukan observasi pada tayangan “Bengkel Hati”, dan data dikelompokkan berdasarkan jenis penyakit yang di tanyakan, setelah itu di ambil beberapa jenis penyakit yang paling sering di tanyakan oleh jama`ah kepada ustad Danu sebagai sampel. Selanjutnya data, informasi dan hasil investigasi penelitian ini, disajikan dengan metode narasi, dianalisis lebih dalam dan disimpulkan berdasarkan pemutakhiran data.

G. Sistematika Bahasan

Sistematika bahasan dalam penelitian ini terdiri dari lima bab, yaitu bab pertama adalah pendahuluan, bab kedua yaitu perspektif teoritik, bab ketiga yaitu paparan data, bab keempat adalah analisis data, dan bab kelima yaitu penutup.

Bab pertama, yaitu pendahuluan yang menguraikan latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, metode penelitian, lokasi penelitian, pendekatan dan jenis penelitian, sumber data, teknik pengumpulan data, subyek penelitian, teknik analisis data, dan sistematika bahasan.

Bab kedua, merupakan perspektif teoritik, yang menjelaskan tentang konsep kesehatan dalam perspektif Islam dan prespektif medis, konsep penyakit jasmani dalam perspektif ilmuwan Islam. Serta tentang akhlak prespektif ilmuwan Islam, teori-teori yang berkembang dalam ilmu akhlak

Bab ketiga, yaitu tinjauan umum tentang biografi ustad Danu dan akhlak mulia center, serta klinik dan rumah sakit akhlak mulia yang dirintis oleh ustad Danu.

Bab keempat, yaitu konsep ustad Danu tentang hubungan penyakit jasmani dengan akhlak kurang terpuji, serta analisis terhadap tawaran-tawaran yang diberikan ustad Danu kepada jama`ahnya.

Bab kelima, yaitu penutup yang berisi kesimpulan dan saran (rekomendasi).

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Agama RI. Al-Qur’a>n Al-Kariem. Jakarta: Depag RI. 1999

Ansyari Tayib (Ed.). HAM dan Pluralisme Agama. Surabaya: PKSK, 1997.

Jalaluddin Rahmat. Konketstualisasi Doktrin Islam dalam Sejarah. Jakarta: Paramadina, 1995.

Muhammad ‘Ali> al-S{a>bu>ni>, S}afwah al-Tafsir, jilid. I. Bairut: Da>r-al-Fikr, 1976.

Abu> Fad}l Shiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si>. Ru>h} al-Ma’a>ni> fi> Tafs>ir al-Qur’a>n al-Az}i>m wa al-Sab’u al-Matha>ni> . Bairut: Da>r al-Fikr, 1994.

Muhammad bin Jari>r al-T{abari>. Ja>mi’ al-Baya>n fi> Ta’wi>l al-Qur’a>n. juz. I. Bairut: Mu’assah al-Risa>lah, 2000.

Fakhr al-Di>n al-Ra>zi. al-Tafsi>r al-Kabi>r. juz. II. Bairut: Da>r al-Kutub al-Isla>miyah, tt.).

Abu> al-Fida>’ Ibn Kathir. Tafsi>r al-Qur’a>n al-Az}i>m. juz. II. Kairo: Da>r al-Fikr, 1992.

Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n al-Suyu>t}i. al-Durr al-Manthu>r fi> al-Tafsi>r bi al-Ma’thu>r, juz. I. Bairut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 1990.

Nurcholis Madjid, Islam Agama Kemanusiaan Membangun Tradisi dan Visi Baru Islam Indonesia. Jakarta: Yayasan wakaf Paramadina, 1995.

Ibnu Qayyim al-Jauziah. Tibbun Nabawi; Metode Pengobatan Nabi Saw. Penj. Abu Umar Basyier Al-Maidani. Jakarta: Griya Ilmu. 2009.

Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur`an: Tafsir Maudlu`I Atas Perbagai Persoalan Ummat. Bandung: Mizan. 2001

Al Ghazali, Ihya ulum al din, Juz III. Beirut; Dar al Fikr, t.t

Sudirman Tebba. Sehat Lahir Batin; Hand Book Bagi Pendamba Kesehatan Holistik. Jakarta: Serambi. 2005

Nawawi, Hadari & M. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995

Sukmadinata, Nana Syaodih. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007

www.akhlak-mulia-centre.Com



[1] Al-Qur`an, asy-Syu`ara (42): 30/

[2] Ibid., 30 (ar-Ru>m): 41.

[3] Ibnu Qayyim al-Jauziah, Tibbun Nabawi; Metode Pengobatan Nabi Saw. Penj. Abu Umar Basyier Al-Maidani. (Jakarta: Griya Ilmu. 2009) VII

[4] Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur`an:…… 188

[5] Quraish Shihab. Wawasan Al-Qur`an:…….189

[6] Ibid

[7] Hadari Nawawi & M. Martini, Instrumen Penelitian Bidang Sosial. (Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1995) 209

[8] Nana Syaodih Sukmadinata, Metode Penelitian Pendidikan. (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2007), 60

Kamis, 19 Agustus 2010

menjadi translator Mr. Raol dari New Delhi Univ.

hari ini, 19 agustus 2010 adalah aku mendapatkan pengalaman baru di SMP Khadijah A.Yani Surabaya.
tadi pagi sekitar jam 09.00 Wib, SMP Khadijah kedatangan tamu salah seorang mahasiswa S2 jurusan Fine Art New Delhi University India.
Mr raol sendiri ketika masih S1 adalah adik kelas dari sahrukh Khan (bintang film yang terkenal itu) dia datang ke sekolah-sekolah di indonesia (dari tingkat SD-SMA) untuk memperkenalkan dan memperagakan Traditional paper art of India. kebetulan tadi pagi yang ada di kantor guru SMP Khadijah yang bisa cas-cis-cus hanya saya, karena guru-guru lainnya yang bisa cas-cis-cus sedang mengajar di kelas.
saya sebenarnya agak ragu ketika di panggil mbak ila (staf TU SMP Khadijah) untuk mendampingi sekaligus sebagai penejemah bagi Mr Raol untuk bertemu dengan Kepala sekolah+wakil-wakilnya.
karena saya sudah lama tidak ber cas-cis-cus ria. ya akhirnya, mau-tidak mau aku terima tawaran itu.
sekitar jam 10.00 wib, aku mendampingi Mr Raol untuk men-DEMO-kan keakhliannya di bidang kesenian kertas tradisional INDIA. Mr Raol memperagakan sekitar 21 teknik paper art khas indianya, sederhana sekali mempraktekkannya, karena yang di perlukan hanya kertas tisu (atau kertas apasa saja) yang berwarna. tanpa menggunakan lem dan isolasi, maka terbentuklah berbagai macam bentuk dekorasi dari kertas, ada menara, bunga mawar, bunga sedap malam, tangkai lilin, pohon, dan lain sebagainya.
karena ini adalah kali pertamanya aku menjadi translator di hadapan kelas VIII a,b,c,d,e,f serta para dewan guru dan wakil kepala sekolah (bu indri) ya tentu saja banyak kelucuan-kelucuan yang terjadi saat itu, ketika saya saya menerjemahkan fold adalah menggulung, anak-anak tertawa semua, karena saya menerjemahkannya dengan logat saya yang (kata orang Khadijah kalo berbicara memakai logat) khas Madura.
akupun cuek, karena ini adalah salah satu kesempatanku untuk tampil berbahasa inggris bersama orang luar negeri meskipun bukan NATIVE SPEAKER.
ya lumayan lah untuk sebuah pengalaman baru yang takkan pernah saya lupakan.

untuk smua pihak yang telah memberikan saya kesempatan untuk menjadi guide+translator berbahasa inggris, terutama Mr Raol sendiri, saya ucapkan terima kasih.

alhamdulillah bulan ramadlan ini banyak pengalaman yang sangat baru bagi saya, meskipun saya setelah solat dluhur kehilangan kontak sepeda motor ku, setelah mutar-muter mencari kunci, ternyata kontakku di simpan oleh pak parkir smp khadijah, karena ketinggalan di sepeda tadi pagi.

ehm...... mungkin itu dulu pengalaman saya yang bisa ku ceritakan hari ini.

Rabu, 18 Agustus 2010

Asbabul wurud dr hadist GHODIR KHUM:

BISMILLAHIRROHMANIRROHIM..

Asbabul wurud dr hadist GHODIR KHUM:
pd thn 10 H, Rosululloh beserta para Sahabat ra berangkat ke mekkah untuk melaksanakan ibadah haji dan haji tsb kemudian dikenal dgn haji wada'. Bertepatan dgn itu,rombongan muslimin yg dikirim oleh Rosululloh ke yaman sdh meninggalkan yaman, dan mereka menuju mekkah untuk bergabung dgn Rosululloh saw.

Rombongan tsb dipimpin oleh Imam Ali kw. Begitu rombongan sdh mendekati tempat dimana Rosululloh berada, Maka Imam Ali kw meninggalkan rombongan guna bertemu dan melapor kpd Rosululloh saw.
Dan sbg wakilnya adalah sahabat Buraidah.

Speninggalan Imam Ali kw, Buraidah membagi2 kan pakaian hasil rampasan yg masih tersimpan dlm tempatnya,dgn maksud baik agar rombongan ini jika msk kota bertemu Rosululloh saw dan yg lainnya kelihatan rapi dan baik. Namun begitu Imam Ali kw kembali kpd rombongannya,beliau terkejut dan marah,serta memerintahkan agar pakaian2 tsb dilepaskan dan dikembalikan ketempatnya.
Hal mana krn Imam Ali kw berpendapat,bhw yg berhak membagi2 adalah Rosululloh saw. Sehingga terjadi sedikit perselisihan.

Selanjutnya begitu rombongan sampai ditempat Rosululloh saw, Buraidah segera menghadap beliau dan menceritakan kejadian tsb, bahkan dari kesalnya buraidah menyalahkan tindakan Imam Ali kw dihadapan Rosululloh saw.
Mendengar laporan tsb, Rosululloh agak berubah wajahnya,karena beliau tahu tindakan Imam Ali kw tsb benar.
Kemudian beliau bersabda kpd Buraidah :
. . . . ."Hai Buraidah, bukankah saya lebih utama untuk diikuti dan dicintai oleh mu'minin dr pd diri mereka sendiri."
"benar ya Rosululloh"jawab Buraidah.
Kemudian Rosululloh saw bersabda:
. . . . ."MAN KUNTU MAULAHU,FA ALIYYUN MAULAHU."
"Brg siapa menganggap aku sbg pemimpinnya,maka terima lah Ali sebagai pemimpin"
yg dimaksud oleh hadist tsb, krn yg mengangkat Imam Ali sbg pemimpin Rombongan keyaman itu adalah Rosululloh Saw,krn itu dia harus dicintai dan dibantu serta dipatuhi semua perintahnya.

Perselisihan tsb pun sampai terdengar kpd org2 yg tdk ikut dalam rombongan ke yaman, agar tdk menjadi fitnah yg berakibat menjatuhkan Imam Ali kw,
Rosululloh saw memerintahkan muslimin stelah selesai ibadah haji berkumpul disuatu tempat yg bernama GHODIR KHUM, Rosululloh saw berkhutbah ,dimana diantara khutbahnya beliau mengulangi lg kata2 yg tlh disampaikan kpd Buraidah yaitu
. . . . . "man kuntu maulahu fa aliyyun maulahu." itu sebabnya hadist tsb dikenal dgn hadist Ghodir Khum yg pd saat itu disaksikan oleh ribuan sahabat ra. Hadist tsb mengenai kepemimpinan Imam Ali ra keyaman untuk ditaati dan dicintai. Bukan penunjukkan sbg Kholifah pengganti Rosululloh saw. Sbb Rosululloh saw yg bersifat siddiq dan syuja' tak akan takut untuk menyampaikan kebenaran. Apalagi untuk maslahat muslimin.

Sekedar Sebagai Bahan Renungan..
Rosulullah saw bisa melihat gejala2 yg akn terjadi.. Beliau Bersabda tentang Syahidnya imam Husain ra, takluknya persia dan romawi, fitnah2 yang akan menimpa umat ini, dll..
Dan kesemuanya pasti dan bakal terjadi..
Dan jika Pada ghadir khum Rosulullah melantik Imam Ali kw Sbagai Khalifah, Hal trsbut pasti akan terjadi.. Tdk akan ada yang mampu menghalangi atau merebutnya..
Semoga bermanfaat..

Sabtu, 14 Agustus 2010

Al-Habib Muhammad bin Husein Alaydrus (Habib Neon)

Ulama yang Berjuluk Habib Neon

Dia salah seorang ulama yang menjadi penerang umat di zamannya. Cahaya keilmuan dan ahlaqnya menjadi teladan bagi mereka yang mengikuti jejak ulama salaf

Suatu malam, beberapa tahun lalu, ketika ribuan jamaah tengah mengikuti taklim di sebuah masjid di Surabaya, tiba-tiba listrik padam. Tentu saja kontan mereka risau, heboh. Mereka satu persatu keluar, apalagi malam itu bulan tengah purnama. Ketika itulah dari kejauhan tampak seseorang berjalan menuju masjid. Ia mengenakan gamis dan sorban putih, berselempang kain rida warna hijau. Dia adalah Habib Muhammad bin Husein bin Zainal Abidin bin Ahmad Alaydrus yang ketika lahir ia diberi nama Muhammad Masyhur.

Begitu masuk ke dalam masjid, aneh bin ajaib, mendadak masjid terang benderang seolah ada lampu neon yang menyala. Padahal, Habib Muhammad tidak membawa obor atau lampu. Para jamaah terheran-heran. Apa yang terjadi? Setelah diperhatikan, ternyata cahaya terang benderang itu keluar dari tubuh sang habib. Bukan main! Maka, sejak itu sang habib mendapat julukan Habib Neon …
Habib Muhammad lahir di Tarim, Hadramaut, pada 1888 M. Meski dia adalah seorang waliyullah, karamahnya tidak begitu nampak di kalangan orang awam. Hanya para ulama atau wali yang arif sajalah yang dapat mengetahui karamah Habib Neon. Sejak kecil ia mendapat pendidikan agama dari ayahandanya, Habib Husein bin Zainal Abidin Alaydrus. Menjelang dewasa ia merantau ke Singapura selama beberapa bulan kemudian hijrah ke ke Palembang, Sumatra Selatan, berguru kepada pamannya, Habib Musthafa Alaydrus, kemudian menikah dengan sepupunya, Aisyah binti Musthafa Alaydrus. Dari pernikahan itu ia dikaruniai Allah tiga anak lelaki dan seorang anak perempuan.
Tak lama kemudian ia hijrah bersama keluarganya ke Pekalongan, Jawa Tengah, mendampingi dakwah Habib Ahmad bin Tholib Al-Atthas. Beberapa waktu kemudian ia hijrah lagi, kali ini ke Surabaya. Ketika itu Surabaya terkenal sebagai tempat berkumpulnya para ulama dan awliya, seperti Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdhor, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya.
Selama mukim di Surabaya, Habib Muhammad suka berziarah, antara lain ke makam para wali dan ulama di Kudus, Jawa Tengah, dan Tuban, Jawa Timur. Dalam ziarah itulah, ia konon pernah bertemu secara ruhaniah dengan seorang wali kharismatik, (Alm) Habib Abu Bakar bin Muhammad Assegaf, Gresik.
Open House
Seperti halnya para wali yang lain, Habib Muhammad juga kuat dalam beribadah. Setiap waktu ia selalu gunakan untuk berdzikir dan bershalawat. Dan yang paling mengagumkan, ia tak pernah menolak untuk menghadiri undangan dari kaum fakir miskin. Segala hal yang ia bicarakan dan pikirkan selalu mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kebenaran agama, dan tak pernah berbicara mengenai masalah yang tak berguna.
Ia juga sangat memperhatikan persoalan yang dihadapi oleh orang lain. Itu sebabnya, setiap jam 10 pagi hingga waktu Dhuhur, ia selalu menggelar open house untuk menmui dan menjamu para tamu dari segala penjuru, bahkan dari mancanegara. Beberapa tamunya mengaku, berbincang-bincang dengan dia sangat menyenangkan dan nyaman karena wajahnya senantiasa ceria dan jernih.
Sedangkan waktu antara Maghrib sampai Isya ia perguankan untuk menelaah kitab-kitab mengenai amal ibadah dan akhlaq kaum salaf. Dan setiap Jumat ia mengelar pembacaan Burdah bersama jamaahnya.
Ia memang sering diminta nasihat oleh warga di sekitar rumahnya, terutama dalam masalah kehidupan sehari-hari, masalah rumahtangga, dan problem-problem masyarakat lainnya. Itu semua dia terima dengan senang hati dan tangan terbuka. Dan konon, ia sudah tahu apa yang akan dikemukakan, sehingga si tamu manggut-manggut, antara heran dan puas. Apalagi jika kemudian mendapat jalan keluarnya. “Itu pula yang saya ketahui secara langsung. Beliau adalah guru saya,” tutur Habib Mustafa bin Abdullah Alaydrus, kemenakan dan menantunya, yang juga pimpinan Majelis Taklim Syamsi Syumus, Tebet Timur Dalam Raya, Jakarta Selatan.
Di antara laku mujahadah (tirakat) yang dilakukannya ialah berpuasa selama tujuh tahun, dan hanya berbuka dan bersantap sahur dengan tujuh butir korma. Bahkan pernah selama setahun ia berpuasa, dan hanya berbuka dan sahur dengan gandum yang sangat sedikit. Untuk jatah buka puasa dan sahur selama setahun itu ia hanya menyediakan gandum sebanyak lima mud saja. Dan itulah pula yang dilakukan oleh Imam Gahazali. Satu mud ialah 675 gram. ”Aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. Ketika itu aku juga menguji nafsuku dengan meniru ibadah kaum salaf yang diceritakan dalam kitab-kitab salaf tersebut,” katanya.
Habib Neon wafat pada 30 Jumadil Awwal 1389 H / 22 Juni 1969 M dalam usia 71 tahun, dan jenazahnya dimakamkan di Taman Pemakaman Umum Pegirikan, Surabaya, di samping makam paman dan mertuanya, Habib Mustafa Alaydrus, sesuai dengan wasiatnya. Setelah ia wafat, aktivitas dakwahnya dilanjutkan oleh putranya yang ketiga, Habib Syaikh bin Muhammad Alaydrus dengan membuka Majelis Burdah di Ketapang Kecil, Surabaya. Haul Habib Neon diselenggarakan setiap hari Kamis pada akhir bulan Jumadil Awal.

——————————————————————————————-

Pewaris Rahasia Imam Ali Zainal Abidin

Al-Habib Muhammad bin Husein al-Aydrus lahir di kota Tarim Hadramaut. Kewalian dan sir beliau tidak begitu tampak di kalangan orang awam. Namun di kalangan kaum ‘arifin billah derajat dan karomah beliau sudah bukan hal yang asing lagi, karena memang beliau sendiri lebih sering bermuamalah dan berinteraksi dengan mereka.

Sejak kecil habib Muhammad dididik dan diasuh secara langsung oleh ayah beliau sendiri al-’Arifbillah Habib Husein bin Zainal Abidin al-Aydrus. Setelah usianya dianggap cukup matang oleh ayahnya, beliau al-Habib Muhammad dengan keyakinan yang kuat kepada Allah SWT merantau ke Singapura.

أَََلَمْ َتكُنْ أَرْضُ اللهِ وَاسِعَةً فتَََهَاجَرُوْا فِيْهَا

Bukankah bumi Allah itu luas, sehingga kamu dapat berhijrah di bumi itu? (Q.S an-Nisa’:97)

Setelah merantau ke Singapura, beliau pindah ke Palembang, Sumatera Selatan. Di kota ini beliau menikah dan dikaruniai seorang putri. Dari Palembang, beliau melanjutkan perantauannya ke Pekalongan, Jawa Tengah, sebuah kota yang menjadi saksi bisu pertemuan beliau untuk pertama kalinya dengan al-Imam Quthb al-Habib Abu Bakar bin Muhammad as-Seggaf, Gresik. Di Pekalongan jugalah beliau seringkali mendampingi Habib Ahmad bin Tholib al-Atthos.

Dari Pekalongan beliau pidah ke Surabaya tempat Habib Musthafa al-Aydrus yang tidak lain adalah pamannya tinggal. Seorang penyair, al-Hariri pernah mengatakan:

وَحُبِّ البِلَادَ فَأَيُّهَا أَرْضَاكَ فَاخْتَرْهُ وَطَنْ

Cintailah negeri-negeri mana saja yang menyenangkan bagimu dan jadikanlah (negeri itu) tempat tinggalmu

Akhirnya beliau memutuskan untuk tinggal bersama pamannya di Surabaya, yang waktu itu terkenal di kalangan masyarakat Hadramaut sebagai tempat berkumpulnya para auliaillah. Di antaranya adalah Habib Muhammad bin Ahmad al-Muhdor, Habib Muhammad bin Idrus al-Habsyi, Habib Abu Bakar bin Umar bin Yahya dan masih banyak lagi para habaib yang mengharumkan nama kota Surabaya waktu itu. Selama menetap di Surabaya pun Habib Muhammad al-Aydrus masih suka berziarah, terutama ke kota Tuban dan Kudus selama 1-2 bulan.

Dikatakan bahwa para sayyid dari keluarga Zainal Abidin (keluarga ayah Habib Muhammad) adalah para sayyid dari Bani ‘Alawy yang terpilih dan terbaik karena mereka mewarisi asrar (rahasia-rahasia). Mulai dari ayah, kakek sampai kakek-kakek buyut beliau tampak jelas bahwa mereka mempunyai maqam di sisi Allah SWT. Mereka adalah pakar-pakar ilmu tashawuf dan adab yang telah menyelami ilmu ma’rifatullah, sehingga patut bagi kita untuk menjadikan beliau-beliau sebagai figur teladan.

Diriwayatkan dari sebuah kitab manaqib keluarga al-Habib Zainal Abidin mempunyai beberapa karangan yang kandungan isinya mampu memenuhi 10 gudang kitab-kitab ilmu ma’qul/manqul sekaligus ilmu-ilmu furu’ (cabang) maupun ushul (inti) yang ditulis berdasarkan dalil-dalil jelas yang hasilnya dapat dipertanggungjawabkan sebagaimana yang telah diriwayatkan oleh para pakar dan ahli (para ashlafuna ash-sholihin).

Habib Muhammad al-Aydrus adalah tipe orang yang pendiam, sedikit makan dan tidur. Setiap orang yang berziarah kepada beliau pasti merasa nyaman dan senang karena memandang wajah beliau yang ceria dengan pancaran nur (cahaya). Setiap waktu beliau gunakan untuk selalu berdzikir dan bersholawat kepada datuk beliau Rasulullah SAW. Beliau juga gemar memenuhi undangan kaum fakir miskin. Setiap pembicaraan yang keluar dari mulut beliau selalu bernilai kebenaran-kebenaran sekalipun pahit akibatnya. Tak seorangpun dari kaum muslimin yang beliau khianati, apalagi dianiaya.

Setiap hari jam 10 pagi hingga dzuhur beliau selalu menyempatkan untuk openhouse menjamu para tamu yang datang dari segala penjuru kota, bahkan ada sebagian dari mancanegara. Sedangkan waktu antara maghrib sampai isya’ beliau pergunakan untuk menelaah kitab-kitab yang menceritakan perjalanan kaum salaf. Setiap malam Jum’at beliau mengadakan pembacaan Burdah bersama para jamaahnya.

Beliau al-Habib Muhammad al-Aydrus adalah pewaris karateristik Imam Ali Zainal Abidin yang haliyah-nya agung dan sangat mulia. Beliau juga memiliki maqam tinggi yang jarang diwariskan kepada generasi-generasi penerusnya. Dalam hal ini al-Imam Abdullah bin Alwi al-Haddad telah menyifati mereka dalam untaian syairnya:

ثبتوا على قـدم النبى والصحب # والتـابعين لهم فسل وتتبع
ومضو على قصد السبيل الى العلى# قدما على قدم بجد أوزع

_Mereka tetap dalam jejak Nabi dan sahabat-sahabatnya
Juga para tabi’in. Maka tanyakan kepadanya dan ikutilah jejaknya_

_Mereka menelusuri jalan menuju kemulyaan dan ketinggian
Setapak demi setapak (mereka telusuri) dengan kegigihan dan kesungguhan_

Diantara mujahadah beliau r.a, selama 7 tahun berpuasa dan tidak berbuka kecuali hanya dengan 7 butir kurma. Pernah juga beliau selama 1 tahun tidak makan kecuali 5 mud saja. Beliau pernah berkata, “Di masa permulaan aku gemar menelaah kitab-kitab tasawuf. Aku juga senantiasa menguji nafsuku ini dengan meniru perjuangan mereka (kaum salaf) yang tersurat dalam kitab-kitab itu”.

(Diadaptasi dari naskah karangan Habib Syekh Musawa Surabaya)