Selasa, 14 April 2009

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna
Oleh : unknown


Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan. Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adaah kesempatan.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Adasuatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak... Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna

Kenali Wanita dari Cara Berjalannya

Percaya gak percaya....
itu adalah hak anda......

Tips dari Kanjeng Pengeran Harya Tjakraningkrat dari buku bertajuk "Bethaljemur Addamakna". Menurutnya setiap gerakan wanita ketika berjalan, melambangkan keperibadiannya.

1. Bila berjalan, dari belakang kelihatan seperti tidak memijak tanah. Golongan wanita yang jalannya berginjat, konon wanita ini adalah wanita yang tidak jujur, bila berbohong, mulutnya laser dan menyinggung perasaan orang lain. Wanita yang berjalan seperti ini juga terkenal dengan sikap egonya. Lebih parah, wanita ini biasanya pemboros atau suka membazir uang tanpa berpikir sebelum berbelanja. Padahal, uangnya itu masih banyak kegunaannya. Tapi jangan berkecil hati, kerana wanita seperti ini biasanya menjadi pujaan lelaki.

2. Bila berjalan, sering menoleh ke kanan and kiri. Wanita seperti ini biasanya pandai menyimpan rahsia. Walaupun ramai yang menganggap wanita seperti ini tidak jujur, suka menipu teman sendiri, dan merugikan temannya, namun, byk lelaki yang berusaha untuk menaklukan hatinya. Konon wanita seperti ini senang diatur.

3. Bila berjalan suka menunduk Cara berjalan melambangkan wanita seperti ini memiliki sifat yang tertutup. Ia hanya akan berbicara dengan orang-orang yang dekat dengannya dan dpt dipercaya untuk menyimpan rahasianya. Wanita seperti ini biasanya sukar untuk ditakluk hatinya. Disamping sikapnya yang dingin, wanita seperti ini tidak peduli dengan kehidupan cinta. Namun, jika ada lelaki yang berhasil menawan hatinya, dijamin akan mendapat kebahagiaan. Sebab, wanita jenis ini sangat setia, dan dia tidak akan mengkhianati lelaki yang dicintainya.

4. Bila berjalan menatap lurus ke depan. Wanita seperti ini biasanya memiliki pendirian yang teguh. Jangan sekali-sekali menentang apa yang pernah dikatakannya, jika anda tidak mau mendengar dia bicara panjang lebar. Meski pendiriannya teguh, tapi selalu berselisih pendapat. Jangan heran jika wanita seperti ini hanya mau bicara dengan orang yang berpengetahuan luas.

5. Bila berjalan badan bergerak ke kanan dan kiri. Wanita yang berjalan dengan gaya yang sedemikian tidak perduli dengan masalah yang berlaku. Apa pun masalah yang ada dihadapannya, dianggap kecil. Padahal masalah itu sebenarnya memerlukan kebijaksanaan dalam menyelesaikannya. Kerana sifatnya yang suka ambil gampangnya ini, banyak persoalan yang akhirnya tidak dapat diselesaikan dan akibatnya merugikan diri sendiri.

6. Bila berjalan badan tampak tegak Wanita ini tegas menentukan sikapnya sendiri. Dia tidak mau urusan pribadinya dicampuri orang lain. Gaya bicaranya serius, menunjukkan dia memiliki pendirian teguh. Yang menarik dari wanita ini, ia bertanggungjawap terhadap apa yang pernah dilakukannya. Dia menyenangi lelaki yang mandiri tanpa meninggalkan sifat-sifat romantisnya.

7. Bila berjalan seperti Jerapah. Maksudnya, ketika melangkahkan kaki, kelihatan bergerak ke depan dan ke belakang. Wanita jenis ini sangat lemah perasaannya. Dia seorang yang mudah terasa dan mudah ersinggung. Jadi, saat anda bicara dengannya cobalah menjaga perasaannya agar tidak tersinggung, wanita ini mudah mengeluarkan air mata.

8. Bila berjalan sambil cengar-cengir, senyam-senyum tanpa alasan jelas ini wanita gila, agak kurang waras jgn didekati
9. Bila berjalan sambil nyanyi trus bawa kecrekan Berarti dia WARIA, bukan wanita asli..banyak pria yang takut padanya
10. Bila berjalan sambil sesekali memamerkan barisan gigi2nya yang putih HATI HATI dia belom di suntik rabies !
11. Bila berjalan, dari belakang kelihatan seperti tidak memijak tanah Mungkin dia syetan....lariiiiii......hahahhaha......
12. kalo ada wanita bisa jalan di air, wuah... itu pasti zhang zi yi! :p
13. Kalo ada wanita berambut panjang menutup muka dan keluar merangkak dari TV anda, maka itu Sadako. Avoid at all cost!

Istimewanya Wanita

1. Doa wanita lebih makbul daripada lelaki kerana sifat penyayang yang lebih kuat daripada lelaki. Ketika ditanya kepada Rasulullah S.A.W akan hal tersebut,jawab baginda: "Ibu lebih penyayang daripada bapa dan doa orang yang penyayang tidak akan sia-sia."
2. Wanita yang solehah (baik) itu lebih baik daripada 1,000 orang lelaki yang soleh.
3. Barang siapa yang menggembirakan anak perempuannya, derajatnya seumpama orang yang sentiasa menangis karena takutkan Allah S.W.T dan orang yang takutkan Allah S.W.T akan diharamkan api neraka ke atas tubuhnya.
4. Barang siapa yang membawa hadiah (barang makanan dari pasar ke rumah) lalu diberikan kepada keluarganya, maka pahalanya seperti bersedekah. Hendaklah mendahulukan anak perempuan daripada anak lelaki. Maka barangsiapa yang menyukakan anak perempuan seolah-olah dia memerdekakan anak Nabi Ismail A.S
5. Wanita yang tinggal bersama anak-anaknya akan tinggal bersama aku (Rasulullah S.A.W) di dalam syurga.
6. Barang siapa mempunyai tiga anak perempuan atau tiga saudara perempuan atau dua anak perempuan atau dua saudara perempuan, lalu dia bersikap ihsan dalam pergaulan dengan mereka dan mendidik mereka dengan penuh rasa takwa serta bertanggungjawab, maka baginya adalah syurga.
7. Daripada Aisyah r.a. "Barang siapa yang diuji dengan sesuatu daripada anak-anak perempuannya, lalu dia berbuat baik kepada mereka, maka mereka akan menjadi penghalang baginya daripada api neraka.
8. Syurga itu di bawah telapak kaki ibu.
9. Apabila memanggil akan engkau dua orang ibu bapamu, maka jawablah panggilan ibumu dahulu.
10. Wanita yang taat berkhidmat kepada suaminya akan tertutup pintu-pintu neraka dan terbuka pintu-pintu syurga. Masuklah dari mana pintu yang dia kehendaki dengan tidak dihisab.
11. Wanita yang taat akan suaminya, semua ikan-ikan di laut, burung di udara, malaikat di langit, matahari dan bulan, semuanya beristighfar baginya selama mana dia taat kepada suaminya dan direkannya (serta menjaga sembahyang dan puasanya).
12. Aisyah r.a berkata "Aku bertanya kepada Rasulullah S.A.W,siapakah yang lebih besar haknya terhadap wanita? Jawab baginda, "Suaminya." "Siapa pula berhak terhadap lelaki?" Jawab Rasulullah S.A.W "Ibunya."
13. Perempuan apabila sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadan, memelihara kehormatannya serta taat akan suaminya, masuklah dia dari pintu syurga mana saja yang dia kehendaki.
14. Tiap perempuan yang menolong suaminya dalam urusan agama, maka Allah S.W.T memasukkan dia ke dalam syurga lebih dahulu daripada suaminya (10,000 tahun).
15. Apabila seseorang perempuan mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah para malaikat untuknya. Allah S.W.T mencatatkan baginya setiap hari dengan 1,000 kebaikan dan menghapuskan darinya 1,000 kejahatan.�
16. Apabila seseorang perempuan mulai sakit hendak bersalin, maka Allah S.W.T mencatatkan baginya pahala orang yang berjihad pada jalan Allah S.W.T
17. Apabila seseorang perempuan melahirkan anak, keluarlah dia daripada dosa-dosa seperti keadaan ibunya melahirkannya.
18. Apabila telah lahir (anak) lalu disusui, maka bagi ibu itu setiap satu tegukan daripada susunya diberi satu kebajikan.
19. Apabila semalaman (ibu) tidak tidur dan memelihara anaknya yang sakit, maka Allah S.W.T memberinya pahala seperti memerdekakan 70 orang hamba dengan ikhlas untuk membela agama Allah S.W.T

Do'a dikala ragu akan dirinya...:)

Bagi yang sedang bimbang oleh sang kekasih, nih ada do'a yang bagus untuk diamalkan. Selamat Mengamalkan ya....:)

Ya Allah...
Seandainya telah Engkau catatkan
dia akan mejadi teman menapaki hidup
Satukanlah hatinya dengan hatiku
Titipkanlah kebahagiaan diantara kami
Agar kemesraan itu abadi
Dan ya Allah... ya Tuhanku yang Maha Mengasihi
Seiringkanlah kami melayari hidup ini
Ke tepian yang sejahtera dan abadi

Tetapi ya Allah...
Seandainya telah Engkau takdirkan...
...Dia bukan milikku
Bawalah ia jauh dari pandanganku
Luputkanlah ia dari ingatanku
Ambillah kebahagiaan ketika dia ada disisiku

Dan peliharalah aku dari kekecewaan
Serta ya Allah ya Tuhanku yang Maha Mengerti...
Berikanlah aku kekuatan
Melontar bayangannya jauh ke dada langit
Hilang bersama senja nan merah
Agarku bisa berbahagia walaupun tanpa bersama dengannya

Dan ya Allah yang tercinta...
Gantikanlah yang telah hilang
Tumbuhkanlah kembali yang telah patah
Walaupun tidak sama dengan dirinya....

Ya Allah ya Tuhanku...
Pasrahkanlah aku dengan takdirMu
Sesungguhnya apa yang telah Engkau takdirkan
Adalah yang terbaik buatku
Karena Engkau Maha Mengetahui
Segala yang terbaik buat hambaMu ini

Ya Allah...
Cukuplah Engkau saja yang menjadi pemeliharaku
Di dunia dan di akhirat
Dengarlah rintihan dari hambaMu yang daif ini

----------------------------------------
Jangan Engkau biarkan aku sendirian
Di dunia ini maupun di akhirat
----------------------------------------

Menjuruskan aku ke arah kemaksiatan dan kemungkaran
Maka kurniakanlah aku seorang pasangan yang beriman
Supaya aku dan dia dapat membina kesejahteraan hidup
Ke jalan yang Engkau ridhai
Dan kurniakanlah padaku keturunan yang soleh

Amin... Ya Rabbal 'Alamin

“Termehek-mehek”, Rekayasa?

Reality show saat ini sedang menjamur. Tapi di antara semua tayangan reality show, Terhehek-Mehek adalah salah satu program yang dianggap paling disukai oleh pemirsa. Jam tayangnya yang prime time yaitu 18.15-19.00 WIB hingga back song-nya yang keren dan syahdu, membuat acara ini makin diminati.

Pertama kali nonton Termehek-mehek, apa sih yang ada di benak kamu? Pastinya sih terseret arus cerita yang seringkali mengaduk-aduk perasaan di tengah-tengah acara pencarian orang yang dikasihi. Kamu diajak untuk ikut dag-dig-dug menanti ending cerita, happy or sad ending? Jadinya berat rasanya mata untuk dialihkan ke hal lain selain mantengin monitor TV sampai acara selesai. Ehem..iya apa iya?

Mayoritas dari kita, saya dan kamu pasti yakin dan percaya bahwa acara tersebut adalah nyata dan bener terjadi. Dan masih banyak jutaan pemirsa TV lainnya juga yang ikut menangis dan bahagia sesuai dengan jalan cerita Termehek-mehek. Eh…usut punya usut, ternyata acara Termehek-mehek dan mayoritas reality show lainnya itu adalah rekayasa, bukan murni nyata kejadiannya. Kok bisa sih? Makanya, supaya ngerti, ikutin terus pembahasan ini yah. Lanjuutt!

Ternyata rekayasa
Dalam bahasa Jawa, ada istilah ‘nggak mehek’ yang artinya kurang lebih meremehkan atau menganggap kecil sesuatu. Namun Termehek-mehek yang sekarang lagi booming, mempunyai arti menangis tersedu-sedu. Acara ini muncul sekitar Mei 2008 dan langsung menarik perhatian mayoritas pemirsa TV. Ide acara adalah membantu mencari seseorang yang lama hilang. Jalinan ceritanya begitu mempesona karena dibuat seakan-akan nyata dan terjadi dengan sebenarnya.

Saya yang semula juga tersepona eh…terpesona pada Termehek-mehek, jadi kuciwa juga mengetahui fakta sebenarnya. Helmi Yahya sebagai yang punya ide cerita mengakui bahwa ia memanfaatkan karakter orang Indonesia yang suka diberi mimpi.

Para pemeran di tiap episode sengaja diambil dari masyarakat umum terutama mahasiswa agar terkesan alami karena wajahnya belum pernah nongol di TV sebelumnya. Ada satu kasus ketika seorang mahasiswa langsung diteleponin oleh banyak teman-temannya setelah shooting reality show. Jelas aja nih mahasiswa langsung menjelaskan pada teman-temannya itu bahwa cerita yang diangkat bukanlah kisah pribadinya, tapi rekayasa berdasarkan skenario belaka. Malulah kalau sampai beneran kisah pribadinya jadi konsumsi banyak orang se-Indonesia, begitu katanya.

Sebagian dari kamu bisa jadi nggak terima dengan kenyataan ini. Kok bisa sih? Bukankah jelas-jelas sang target pernah mengusir kameramen acara termasuk host-nya yaitu Panda dan Mandala? Masa’ rekayasa pake acara usir-usiran segala? Bahkan Panda pake acara nangis juga bila kebetulan ending cerita mengharukan atau sedih. Mungkin kamu berpikir naïf seperti itu.

Yupz, kamu emang nggak salah. Namanya aja acting, pastilah ya harus meyakinkan. Bahkan Panda dan Mandala pun dibayar bukan cuma untuk menjadi host, tapi plus acting juga. Bagi mereka yang bekerja di dunia pertelevisian, sedari awal langsung ngeh bahwa acara-acara reality show seperti ini penuh dengan rekayasa. Namanya aja show atau pertunjukkan yang sudah jelas ada unsur menghiburnya dong. Hal ini tidak bisa dihindari karena tuntutan deadline. Ketika tidak ada satu kisah nyata yang bisa diangkat ke layar TV, maka solusinya adalah bikin skenario dan membayar pemain amatiran agar terkesan alami. Nah, awalnya saya pikir sebagian, tapi ternyata most of them alias hampir semua episode adalah rekayasa!

Cara gampang untuk mengenali bahwa ini adalah rekayasa yaitu kamu perhatikan aja kualitas suara yang jernih ketika terjadi percakapan antara host, client dan target. Kalau memang si target benar-benar tidak tahu sebagaimana ekspresi mukanya yang seringkali berakting bingung ketika didatangi host, maka seharusnya kualitas suara mereka tidak sejernih yang kita dengar di TV. Kejernihan suara itu karena memang adanya chip untuk mikrofon yang biasanya dipasang di baju. Nah loh…

Kalo kamu jeli, ada wajah tokoh pada acara termehek-mehek yang juga sedang bermain sinetron meskipun hanya sebagai tokoh figuran. Lagipula, bila acara ini menyajikan kejadian sebenarnya, apa ada orang yang rela aibnya ditampilkan sedemikian rupa di TV? Kan sudah mendapat persetujuan dari semua pihak, mungkin itu kilahmu. Namanya juga dramatisasi Non, pastilah acara ini dihadirkan agar seolah-olah semuanya terlihat real.

Mengapa terjadi?
Yupz…kalo di benakmu sempat terbersit pertanyaan seperti ini, itu tandanya kamu sudah selangkah lebih cerdas. Kok bisa-bisanya reality show yang seharusnya real alias nyata, eh ternyata malah rekayasa. Kondisi ini memang memanfaatkan psikologi orang Indonesia yang cenderung pasif dan konsumtif. Mereka mudah ‘dicekoki’ apa saja terutama yang bertujuan pembodohan secara massal. Hal ini pula yang terjadi pada berbagai macam program TV di Indonesia.

Deadline, biasanya menjadi alasan utama rekayasa tayangan reality show. Jadi kalo nunggu kisah nyata beneran untuk ditayangkan, itu bakal menunggu waktu lama dan belum ada kepastian juga kasusnya bisa selesai atau nggak. Kalo direkayasa dengan skenario layaknya sinetron, maka menjual program ini ke stasiun TV jadi lebih mudah karena semuanya serba mudah dan pasti. Karena mudah dan ditonton banyak pemirsa, maka rating pasti naik. Kalo rating naik, iklan pun bakal rebutan untuk ambil porsi tayang. Nah, loh…UUD juga alias Ujung-Ujungnya Duit.

Berdasarkan data AC Nielsen di akhir tahun 2008, Termehek-mehek merupakan program acara paling populer dengan raihan rating 7,2 poin dan share 27,3 persen. Ini adalah yang tertinggi dari semua acara reality show yang ada di stasiun televisi lainnya. Menurut Gusti M Taufik, salah satu Event Coordinator pada sebuah Production House (PH) di Jakarta mengatakan bahwa budget produksi pasti akan membangkak jika shooting menggunakan kejadian real. Belum lagi memburu target pasti akan makan waktu lama. Perhatikan saja pada acara Termehek-mehek, meyoritas pencarian orang bisa dilakukan hanya dalam waktu beberapa hari. Padahal faktanya itu adalah skenario yang bisa diselesaikan hanya dalam waktu hitungan jam saja.

Uang adalah raja diraja manusia saat ini, apalagi untuk program TV. Meskipun sebuah tayangan dikatakan bermutu dan mendidik, namun tanpa uang atau iklan yang menyokong, maka bisa dipastikan program tersebut akan gulung tikar dengan cepat. Begitu sebaliknya, meskipun sebuah tayangan dikategorikan ‘junk program’ alias tidak bermutu, tapi bisa tetep jalan bila didukung kekuatan modal. Inilah pola hidup kapitalisme yang memang sangat mendewakan modal dan pemodal sebagai penguasa zaman.

Tradisi intip-mengintip, mencari celah untuk tahu aib orang, bertengkar dengan kasar di depan umum, berkata-kata jorok sehingga TV perlu menyensor dengan bunyi ‘tiiiittt’, adalah sebagian budaya reality show terutama Termehek-mehek yang berusaha diajarkan pada kita. Sifat dasar manusia yang selalu saja ingin tahu urusan orang dijadikan komoditi, tak ubahnya seperti infotainment. Bedanya, kali ini yang dijadikan objek pengintipan adalah mereka yang bukan selebritis. Tapi intinya sih tetep aja, melakukan hal-hal yang nggak penting dan nggak bermanfaat.

Bagaimana sikap kita?
Mungkin awalnya kita nggak paham tentang realitas reality show. Jadinya kita gampang banget tertipu dan ngefans dengan sebuah program tayangan tertentu. Sampai-sampai kita bela-belain untuk menunda keperluan lain demi nggak mau ketinggalan acara tersebut. Ehem…iya apa iya?

Nah, sekarang kamu jadi ngerti tentang apa dan bagaimananya reality show itu terutama Termehek-mehek yang sekarang ini lagi booming. Terus, apa dong yang kita lakukan sebagai pemuda cerdas plus beriman? Ya…nggak usahlah terlalu serius nonton acara reality show itu. Apalagi tayangan favorit begini biasanya sengaja ditaruh di jam-jam darurat. Perhatikan aja Termehek-mehek ini tayang di waktu Maghrib yang singkat. Kalo kamu udah taraf kecanduan sama acara beginian, bisa dipastikan bakal males mau berangkat sholat. Bila pun melakukan, pasti maunya pingin cepet-cepet selesai alias sholat ala kilat khusus (emangnya surat?).

Padahal itu semua rekayasa loh. Seandainya pun bukan rekayasa, masa iya sih tayangan reality show bisa mengalahkan waktu sholat kamu? Semua ini adalah langkah awal bagi media TV untuk menanamkan racunnya ke dalam benak kaum muslimin terutama pemudanya. Kamu jadi terlena di depan TV dan males untuk sholat secara khusyuk dan tumakninah. Boro-boro baca al-Quran setelah sholat Maghrib, yang ada juga baca al-Fatihah nggak jelas bacaannya karena cepet-cepetan mau nonton Termehek-mehek. Aduh….moga aja kamu bukan type ini ya.

Sabtu sore dan Minggu sore itu biasanya banyak kegiatan di sekitar rumah kamu karena anak-anak sekolah dan kuliah pada santai. Dengan adanya Termehek-mehek ini biasanya kamu-kamu pada males untuk berangkat ngaji atau kegiatan positif lainnya. Pinginnya cuma duduk manis sambil mantengin layer TV nunggu acara reality show kelar.

Nah, mulai sekarang udah nggak musim lagi males ngaji dan ikut pembinaan. Meskipun acara TV kesayangan kamu lagi main, waktunya berangkat menimba ilmu ya berangkat aja. Emang TV bisa menyelamatkan dunia-akhirat kamu? Pasti nggak dong. So, nonton reality show ya wajar-wajar aja kaleee, nggak perlu sampai kecanduan.

Semua ini sandiwara
Bagi yang nggak begitu suka dengan sinetron, biasanya terjebak dengan reality show semacam Termehek-mehek. Padahal program jenis ini setali tiga uang alias sama saja dengan sinteron hanya beda kemasan. Sang produser tahu bener bahwa tidak semua orang bisa ditipu untuk program pembodohan ala tayangan sinetron. Oleh karena itu butuh polesan cerdas untuk tope orang-orang seperti ini dengan tayangan jenis lain. Reality show adalah jawabannya.

Sesungguhnya, semua ini adalah sandiwara. Sandiwaranya para pemodal untuk mengeruk untung sebanyak-banyaknya, tak peduli apakah tayangan itu merusak generasi atau tidak. Yang penting bagi mereka adalah rating tinggi yang berarti iklan banyak, duit pun mengalir menambah penuh pundi-pundi uang mereka. Parahnya lagi, masyarakat kita terlena dengan kebodohan ini. Maka sudah saatnya bagi kamu-kamu yang selangkah lebih cerdas daripada rakyat kebanyakan karena kamu udah membaca gaulislam ini (ehem… kagak nyombong Non!) untuk tidak berdiam diri.

Yuk, kita sebarkan pemahaman ini pada umat. Bukan melulu tentang rekayasa reality show saja tapi juga muatan isinya yang bisa merusak generasi secara perlahan tapi pasti. Ingat, tayangan TV hanya hiburan. Ibarat garam pada masakan, bila kebanyakan maka selain rasanya nggak enak juga pasti menimbulkan berbagai macam penyakit.

Begitu juga dengan tayangan TV, nggak perlu menjadikan TV sebagai menu pokok harian kamu. Sekadarnya saja untuk mengetahui berita terkini terutama tayangan yang bermutu dan bermanfaat. Selebihnya, kita kudu ingat bahwa hidup ini bukanlah main-main. Hidup di dunia juga bukan sandiwara, tapi sungguhan. Kita berbuat salah ya akan mendapat dosa, kalo beramal shalih akan dapat pahala. Hidup kita akan dihisab, akan dimintai pertanggungan jawabnya. Allah Swt. yang akan mengawasi kita semua. Dia tidak bisa ditipu dengan acting kita yang bepura-pura alim atau berpura-pura ikhas. Jadi, beramallah sebaik-baiknya untuk kehidupan sebenarnya di negeri akhirat kelak. Biarkan saja Termehek-mehek dengan acara ‘nggak mehek’nya itu, yang penting kamu nggak lagi sebagai orang naïf yang percaya banget sama reality show. So, ayuk bergerak dan berdakwah untuk perubahan!
adapted from[ria: riafariana@yahoo.com]

Kartini Vs Kartono

Bulan April, apa sih yang ada di benak kamu? Hari Kartini, pastinya. Hari yang diyakini sebagai tonggak emansipasi kaum wanita. Nggak bosan-bosannya topik ini dibicarakan terutama di kalangan aktivis feminisme dengan judul baru bernama pemberdayaan perempuan. Seakan-akan tanpa program mereka, kaum perempuan tak berdaya.

Diperparah dengan beberapa lagu yang sengaja memanas-manasi para perempuan untuk mau ‘berjuang’. Nah, salah satunya lagu di bawah ini neh.
Di era tahun 80-an, ada lagu yang berlirik seperti ini :
Semenjak Kartini itu lahir di hari itu
Contoh dan teladan diberi pada kaumku
Wanita bukan budak yang hina
Anggapan lama semua kaum pria
Gunung kan kudaki laut kuseberangi
Mencari Bahagia
Aku disakiti aku diingkari
Dan aku dihina
Apa pria tega menghina wanita
Sayang sayang sayang
Adam tanpa hawa
Tak ada artinya
Sayang sayang sayang

Waduh, hapal banget yah? Hehe, kebetulan aja kakak-kakak saya yang cewek adalah penggemar lagu melow, salah satunya adalah lagu ini. Dan kebetulan aja saya yang saat itu masih pake seragam putih merah alias SD teringat dengan lirik ini. Coba deh kamu tanya ke mamamu yang barangkali aja ingat dengan lagu ini.

Kita bukan mau berlatih olah vokal. Saya juga tak akan mengajari kamu bagaimana cara menyanyikan lagu ini. Tapi saya akan ajak kamu untuk berpikir kritis dalam menyikapi hari Kartini dan juga lagu-lagu sejenis ini. Supaya apa? Supaya kamu nggak terjebak dan terjerumus dengan ide feminisme yang kedengarannya aja manis di mulut dengan tajuk perjuangan hak perempuan. Padahal mah ide ini jauh panggang daripada api, alias nggak ada bagusnya bagi perbaikan nasib dan harga diri kaum perempuan sendiri. Nggak percaya? Baca aja lanjut, okay?

Perjuangan Kartini
Tak ada yang salah dengan perjuangan Kartini. Toh beliau memang hidup di alam penjajahan dan jaman feodalisme Jawa masih mengungkung erat. Jaman ketika perempuan masih dianggap rendah sekedar ‘konco wingking’ alias teman di belakang bagi para pria. Maksudnya perempuan itu tempatnya cuma dapur, sumur dan kasur. Walah! Perempuan nggak boleh ikut mengurusi selain ketiga hal itu. Karena urusannya cuma itu, maka nggak perlu perempuan sekolah tinggi-tinggi. Nggak ada gunanya. Toh, nanti kembalinya juga bakal ke dapur lagi.

Kartini, sebagai seorang perempuan cerdas, nggak terima dengan kondisi ini. Apalagi lingkungan bangsawan Jawa membuatnya sering bergaul dengan noni-noni Belanda yang dianggapnya mempunyai derajat lebih tinggi. Kartini pun ingin seperti mereka. Ia ingin derajat kaumnya meningkat melalui dunia pendidikan. Nah, seringkali perjuangan Kartini dipelintir, berhenti cukup sampai di sini. Jadilah mereka menjadikan sosok Kartini sebagai sosok pejuang emansipasi yang berusaha memperjuangkan hak perempuan.

Mereka lupa (atau pura-pura lupa?) bahwa ada lanjutan dari kisah hidup perjalanan Kartini. Selain berkorespondensi dengan noni-noni Belanda, Kartini juga belajar membaca al-Quran dengan salah satu Kyai di jaman itu. Sayangnya, guru yang menjadi guru ngaji Kartini adalah orang yang berpikiran kolot dengan menyatakan bahwa kitab ini terlalu suci untuk diterjemahkan. Kartini sedih, bagaimana mungkin ia bisa memahami isi kitab suci bila ia tak mengerti makna apa yang dibacanya.

Dari sinilah diskusi-diskusi kecil Kartini muda tentang Islam dimulai. Hingga salah satu buku fenomenal yang berjudul Habis Gelap Terbitlah Terang adalah terinspirasi dari salah satu ayat al-Quran (minadzulumaati ila nuur—dari gelap menuju cahaya). Tidak berhenti sampai di sini, Kartini pun akhirnya menyadari bahwa apa yang diperjuangkannya, bukan karena ingin bersaing dengan para pria. Sebaliknya, pendidikan bagi perempuan yang ia maksudkan adalah sebagai upaya agar perempuan bisa mendidik anak-anaknya dengan baik. Karena anak-anak yang baik dan berkualitas hanya bisa terlahir dari ibu-ibu yang terdidik, bukan yang bodoh. Jadi pendidikan yang perjuangkan adalah dalam rangka mempersiapkan perempuan untuk menjadi sosok ibu yang berkualitas demi terciptanya generasi yang berkualitas pula. Inilah yang nggak pernah disinggung oleh mereka yang mengaku sebagai pejuang hak perempuan.

Lirik lagu di atas dan mungkin lagu lain yang sejenis, seringkali menyesatkan maknanya. Kartini nggak perlu mendaki gunung dan menyeberangi sungai untuk meraih cita-citanya. Dengan tegas, ia tolak tawaran beasiswa ke Belanda untuk sekolah. Bahkan dengan penuh harga diri, ia tulis surat untuk sahabatnya di Belanda itu bahwa ia tak hendak lagi menjadikan mereka sebagai panutan. Perjuangannya adalah di sini, di tanah Jawa Indonesia untuk mendidik perempuan-perempuan di sekitarnya.
Kartini menerima pinangan seorang laki-laki bijak yang memberinya ijin dan kesempatan untuk melanjutkan cita-citanya. Ia pun menikah.

Andai Kartini tahu
Betapa Islam yang menjadi agamanya itu sudah mempunyai konsep tentang perempuan secara ideal. Betapa semua yang ia perjuangkan sudah tercantum dengan gamblang dalam kitab suci al-Quran. Betapa yang ia rindukan tentang perempuan yang berpendidikan untuk mencipta generasi terdidik sudah pernah terterapkan. Yah…andai Kartini tahu itu.

Generasi selevel Imam Ibnu Taimiyah, Ibnu Sina, Imam Bukhari, Muslim, Abu Hanifah dan masih banyak jutaan lain ilmuwan yang mengguncang dunia dengan karya-karyanya, adalah hasil didikan dari sosok ibu yang berkualitas dan terdidik. Sosok laki-laki yang sebagian tersebut di atas adalah sosok yang sangat memuliakan perempuan. Jadi lagu era 80-an itu sangat menyesatkan ketika menyatakan bahwa anggapan lama semua kaum pria bahwa wanita itu hina.

Bila yang dimaksud anggapan lama itu adalah sebelum Islam datang, itu memang iya. Tapi bila anggapan lama itu adalah masa sebelum tahun 80-an ketika lagu itu digubah, maka itu juga tak sepenuhnya salah. Kok bisa? Perempuan jadi terperosok lagi ke lumpur kehinaan, secara resmi yaitu sejak tahun 1924. Ada apa di tahun 1924, tepatnya 3 Maret?

Runtuhnya Khilafah Islam yang menjadi satu-satunya payung dan benteng terakhir untuk menjaga kewibawaan dan harga diri kaum muslimin termasuk perempuan. Sejak saat itulah harga diri perempuan dengan sah diinjak-injak dengan dalih kesetaraan. Perempuan ditarik ke sektor publik dengan jargon emansipasi. Pabrik dan jalanan penuh sesak oleh perempuan. Padahal, rumah adalah tempat ternyaman bagi perempuan untuk beraktivitas dibandingkan dengan pabrik yang penuh dengan kebisingan itu.

Sejalan dengan cita-cita perjuangan Kartini, pendidikan bagi perempuan bukanlah untuk bersaing dan menyamai laki-laki. Tapi semata-mata sebagai fungsi awal yang sesuai dengan fitrah yaitu sebagai pendidik utama bagi anak-anaknya.

Kartono menuntut hak
Ketika ide emansipasi tak lagi murni, para Kartono eh…maksudnya laki-laki pun berusaha menuntut haknya pula. Sebagai ayah, ia menuntut haknya untuk dihormati oleh istri dan anak-anaknya. Bagaimana pun ia adalah wali bagi anak perempuannya. Ijinnya mutlak diperlukan oleh istri bila akan keluar rumah. Tapi ketika hak ini semakin memudar, istri dan anak tak lagi mau mengakuinya sebagai pemimpin rumah tangga, maka wajar bila kaum pria ini juga berhak menuntut.

Sebagai suami, keberadaannya semakin tak dihargai. Posisinya sebagai qowwam alias kepala rumah tangga dihujat. Istrinya menuntut posisi sama, tak mau kalah hanya karena perbedaan jenis kelamin. Maka, muncullah fenomena paguyuban STI alias Suami Takut Istri.

Anak-anak perempuannya tak lagi mengindahkan kata-katanya. Dengan dalih demokrasi dan kebebasan perempuan, anak-anaknya menolak menutup aurat. Bahkan sang ayah bisa diajukan ke komisi perlindungan anak dengan tuduhan pemaksaan dan pemerkosaan hak berekspresi. Hingga taraf pindah agama alias murtad, wewenang sang ayah tak lagi berguna. UU perlindungan anak akan sigap melindungi siapa pun yang berstatus anak untuk menjadi murtad. Nah, lho? Ciloko!

Belum lagi para pria yang jomblo yang semakin merana. Mereka harus mulai mencari solusi karena ternyata gerakan feminisme radikal telah sebegitu dalam menanamkan kebencian terhadap makhluk berjenis laki-laki. Dampaknya adalah perempuan ini tak mau lagi menikah dengan laki-laki dan memilih sesama perempuan sebagai gantinya alias mempraktikkan lesbian. Naudzhubillah min dzalik.

Selain penyakit AIDS, menurunnya tingkat kelahiran menjadi satu masalah tersendiri bagi dunia. Hingga tak heran bila di negara seperti Italia, ada insentif menggiurkan untuk mereka yang mau punya anak. Jadilah, bank sperma laris manis tanpa perlu menikah dengan laki-laki. Nasab sang anak jadi kacau beliau eh, balau. Laki-laki pun harus merana karena defisitnya perempuan untuk dinikahi. Seperti pernyataan seorang penulis perempuan yang karyanya melulu pada tema esek-esek bahwa ‘pernikahan adalah ibarat hukum permintaan dan penawaran. Dan saya tidak menikah untuk mengurangi penawaran di pasar.’ Duile, sebegitunya si Mbak ini cinta pada Kapitalisme (atau justru tertipu?). Sampe-sampe penikahan pun ia ibaratkan dan perlakukan ibarat orang jual beli di pasar.

Bukan masalah emansipasi
Dari gambaran di atas, masalah sesungguhnya bukanlah pada emansipasi. Bukan pula pada kesetaraan hak. Dan nggak juga pada perjuangan pemberdayaan perempuan atau pun Kartono yang menuntut karena terdzalimi oleh para Kartini.

Masalah utama terletak pada pemahaman dan kesadaran perempuan yang masih terjajah oleh ide Kapitalisme dengan anak turunnya bernama feminisme. Feminisme inilah yang nantinya punya istilah emansipasi bagi perempuan. Karena bila ini yang kita perjuangkan maka akan ada kutub lain yang bereaksi. Merekalah kaum pria itu. Meskipun tidak sedikit kaum pria ini juga menjadi antek dan aktivis feminisme sendiri. Tujuannya jelas yaitu untuk semakin melanggengkan dominasi Kapitalisme dan Sekularisme dalam kehidupan di tengah merebaknya kampanye dakwah penerapan Islam sebagai ideologi negara dalam bingkai Khilafah Islamiyah.

Inilah sebetulnya yang menjadi pangkal masalah perempuan. Ketika sudut pandang keperempuanan yang ditonjolkan maka solusi yang dihasilkan pastilah timpang. Mengapa tak coba kita lihat masalah ini sebagai masalah kemanusiaan yang utuh? Karena laki-laki pun banyak kok yang terdzalimi, banyak yang tidak mendapat haknya, tidak memperoleh apa yang seharusnya. Jadi harus ada bentuk penyelesaian masalah yang tidak memihak salah satu pihak saja.

Islam adalah jawabnya. Tak lagi ada sudut Kartini (perempuan) menuntut hak. Atau Kartono (laki-laki) yang terdepak karena si Kartini yang berulah. Islam adalah solusinya ketika kedua jenis ini didudukkan pada masing-masing fungsi yang saling melengkapi. Bukan saling mengiri hati. Perempuan dengan fitrahnya bukan berarti lemah. Itu adalah sebuah kelebihan untuk mendidik generasi yang berkualitas. Laki-laki dengan fitrahnya bukan berarti kuat dan sewenang-wenang terhadap perempuan. Itu maknanya ia berfungsi untuk melindungi, menyayangi dan menghormati perempuan.

Tak ada lagi perjuangan emansipasi. Tak ada lagi penuntutan hak perempuan atas laki-laki dan sebaliknya. Yang ada tinggal perjuangan yang hakiki ketika Islam butuh untuk diterapkan lagi sebagai ideologi negara. Yang tertinggal adalah penuntutan hak kaum muslimin yang selama ini dirampas dan dirampok. Hak untuk mengembalikan Islam dalam semua aspek kehidupan. Kartini (perempuan) dan Kartono (laki-laki) tak lagi saling iri hati. Tak lagi bersaing hak yang semuanya itu terjamin utuh dalam Islam ketika sistemnya sudah diterapkan. Mereka boleh bersaing hanya dalam satu hal, berlomba-lomba dalam kebaikan.
Ayo…ayo, para Kartini dan Kartono, mari berlomba tiket ke surgaNya. Yuuukkk!

adapted from [ria: riafariana@yahoo.com]

Kamis, 09 April 2009

Hukum Pergantian Imam Jum'at

Hukum Pergantian Imam Jum'at

Bagaimana hukumnya orang yang dijadikan pengganti khotib jum'at padahal dia tidak menghadiri keseluruhan rukun-rukun khutbah, lalu dia menjadi imam sholat jum'at, sahkah pergantian tersebut?
Jika tidak, sahkah sholat jum'atnya orang-orang yang bermakmum kepadanya? Dan bagaimana jika sebagian orang yang hadir memberitakan ihwal si imam kepada lainnya, lalu mereka mengulang sholat dzuhur, sahkah sholat dzuhur mereka?

Jawaban

Penggantian khotib atau imam dalam sholat jum'at memiliki tiga kondisi, pertama ditengah-tengah khutbah, setelah khutbah dan sebelum sholat, dan yang terakhir ditengah-tengah sholat, tiap-tiap kondisi ini memiliki persyaratan tersendiri. Pertanyaan di atas adalah masuk kategori kondisi kedua, dan di antara persyaratan dalam kondisi ini adalah si pengganti harus mendengarkan semua rukun-rukun khutbah sekalipun dia di luar jumlah empat puluh (yang memenuhi syarat jumatan), sebab orang yang tidak mendengarkan khutbah tidak termasuk dalam golongan yang mendengar khutbah sempurna kecuali setelah menjadi makmum dalam solat demikian disebutkan dalam kitab Tuhfah karya Syaikhul Islam Ibnu Hajar. Dari sini jelas pergantian orang tersebut diatas tidak sah.

Terus apakah sholat jum'at orang-orang yang bermakmum kepadanya sah? Jawabnya jika mereka mengetahui batalnya sholat si imam maka solatnya pun batal dan dia harus mengulangi dua khutbah dan sholatnya, selagi waktu dzuhur masih mencukupi, dan bila mereka mengganti dengan sholat dzuhur maka sholat dzuhur mereka tidak sah selagi waktu masih memungkinkan untuk mengulangi dua khutbah dan solat jum'at yang lain, sebab solat dzuhur dalam kondisi ini tidak diperbolehkan kecuali jika sudah tidak memungkinkan lagi untuk mengulangi prosesi sholat jum'at secara utuh (khutbah dan sholatnya).

Dalam kitab An Nihayah karangan Imam Romli dikatakan orang yang wajib baginya sholat jum'at dan dia mampu melaksanakannya, bila dia sholat dzuhur maka sholatnya tidak sah, meskipun pada saat itu tidak ada yang mendirikan sholat jumat lain setelah jum'at yang pertama dihukumi tidak sah. dan bila mereka mengikuti imam tanpa mengetahui kebatalan sholat imam mereka sebab tidak sahnya pergantian tadi, dalam kitab Al Raudhah dikatakan hal ini tidak membatalkan sholat makmum, sebab mereka tidak mengetahui kebatalan sholat si imam, sebagaimana bila diketahui bahwa imam tersebut pada saat menjadi imam berhadast, maka bila jumlah makmum lebih dari empat puluh orang maka sholat jum'atnya sah, dan bila kurang atau pas empat puluh) maka tidak sah.

Namun bila sebagian makmum tahu kebatalan imam dan yang lain tidak tahu maka bagi yang tahu terkena hukum orang yang tahu, dan bagi yang tidak tahu maka dihukumi sebagai orang yang tidak tahu, namun bila jumlah orang yang tidak tahu kurang dari empat puluh orang maka sholat jumatnya tidak sah.

Dalam kitab Al Roudl Al Imam An Nawawi mengatakan " jika kita mengatakan sholatnya imam tadi batal, maka bagi yang tahu tidak boleh bermakmum kepadanya, dan jika dia tetap saja bermakmum kepadanya maka solatnya batal.

Ditulis oleh Muhammad Bin Salim Bin Hafidz Bin Syekh Abu Bakar Bin Salim 22 rabiu thany 1376 H. dikuatkan oleh Salim Said Bukair.

The Source: hadhramaut.info/indo - 29/6/2008 Home \ Fatwa

OBAT BAGI PELUPA

Cepat Lupa...Apa Obatnya???

Diriwayatkan dibeberapa hadist, bahwa Sayyidina Ali bin Abi Thalib ketika mengadu kepada Rasulullah SAW tentang tabiat pelupannya

Rasulullah SAW mengajarkan kepadanya doa

اللهم اجعل نفسي مطمئنة تؤمن بلقائك وتقنع بعطائك وترضى بقضائك

dan diperintahkan untuk mengulanginya 3 kali sehari diriwayat yang lain 40 kali sehari, jumlah paling sedikit yang diriwayatkan adalah 3 kali.

hukum orang shalat yang mengucapkan harakat ha'

- Bagaimana hukum orang shalat yang mengucapkan harakat ha' pada lafadz Allah ketika takbir dengan harakat sukun atau mati,
sebab dengan mensukun ha' pada lafadz Allah biasanya membuat rusak pengucapan hamzah pada lafadz Akbar, apakah yang demikian termasuk lahn atau kesalahan yang merusak makna dan I'rab ataukah tidak? Dan bolehkah bermakmum kepada orang yang melakukan kesalahan seperti di atas?

- Dalam mengucapkan ha' pada lafadz Allah, manakah yang lebih utama bagi orang yang shalat, dengan dhommah ataukah sukun? Dan Hamzah pada kalimat Akbar termasuk hamzah Qatha' yang harus diucapkan ataukah hamzah washal (tidak harus diucapkan?

Jawab

Takbirotul ihram adalah rukun qauli (yang diucapkan) dalam Shalat, artinya ketika dibaca maka segala sesuatu yang halal di luar shalat menjadi haram dilakukan. I'rab takbirotul Ihram adalah, Allah Lafdz jalalah Mubtada' marfu' dan Akbar adalah khobarnya.

Adapun mendlommahkan ha' lafadz jalalah saat takbir, hukumnya bila dia berniat berhenti pada lafadz jalalah tidak apa-apa, namun bila tidak maka termasuk kesalahan yang merusak I'rob bukan merusak makna, lalu bila dia dengan mensukun ha lafadz jalalah tadi justru malah merusak hamzah dari lafadz Akbar yang harus diucapkan maka takbirnya tidak sah sebab hamzah dalam lafadz akbar adalah hamzah qatha' yang harus diucapkan, namun bila ha' lafadz jalalah disukun tanpa berniat berhenti tapi dengan mengucapkan hamzah lafadz akbar dengan sempurna maka ini termasuk kesalahan yang tidak merubah makna. Dan disebutkan dalam kitab Minhaj dan Tuhfah hukum bermakmum kepada orang yang salah dalam bacaannya tapi dengan kesalahan yang tidak merubah makna adalah makruh.

Syaikhul Islam dalam kitab Al Bahjah mengatakan dimakruhkan bermakmum dengan orang yang salah dalam bacaannya dengan kesalahan yang tidak merubah makna.

Dalam Raudhotuttolibin juga dikatakan makruh hukumnya bermakmum kepada orang tamtam, yakni orang yang mengulang-ulang huruf ta' dan fa-fa yakni orang yang mengulang-ulang huruf fa' juga orang yang salah dalam bacaannya dengan kesalahan yang tidak merubah makna.

Dengan demikian, sebaiknya bagi seseorang yang shalat hendaknya membaca dhommah huruf ha' pada lafadz jalalah saat takbir namun tidak terlalu memanjangkannya sehingga muncul tawallud yakni huruf wawu sukun yang muncul tanpa dikehandaki, yang dapat membatalkan takbir, sebab diantara syarat takbirotul ihram adalah tidak boleh ada huruf yang menyela-nyelai antara lafadz jalalah dan lafadz akbar. Maka harus betul-betul paham hukum mengucap takbirotul ihram.

Ditulis oleh Muhammad bin Salim bin Hafidz bin Syekh Abu Bakar bin Salim di Tarim pada 27 Syawwal 1387 H.

Khutbah Jum`at (4)

Jauhi Narkoba, Lindungi Keluarga

H Moch Bukhori Muslim, Lc. MA

اَلْحَمَدُ ِللهِ الْوَاحِدِ الْقََهَّارِ الْعَظِيْمِ الْجَبَّارِ الْعَالِمِ بِمَا فِيْ الْضَمَائِرِ وَخَفِيِّ الأَسْرَارِ ، أَحْمَدُهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى عَلَى النِّعَمِ وَتَوَلَّى كَالأمْطَارِ وَأَشْكُرُهُ شُكْرَ عِبَادِهِ الأخْيَارِ ، وَأشْهَدُ أنْ لا إلهَ إلا اللهُ وَحْدَهُ لا شَرِيْكَ لَهُ الكَرِيْمُ الغَفَّارُ ، وَأشْهَدُ أنَّ مَحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ المُصْطَفَى المُخُتَارُ ، اللَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمِّدٍ وَعَلَى ألِهِ وَصَحْبِهِ صَلاَةً وَسَلاَمًا دَائِمَيْنِ مُتَلاَزِمَيْنِ مَا دَامَ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ ، أما بعدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ ، اِتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقًاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ

Hadirin Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia

Pada hari yang mulia ini, tak henti-hentinya saya mengingatkan kepada kita semua, untuk senantiasa meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Mengapa? Karena sikap saling ingat-mengingatkan ini akan mengangkat derajat orang-orang yang beriman.

Inilah inti sari firman Allah SWT,

وَذَكِّرْ فَإِنَّ الذِّكْرَى تَنفَعُ الْمُؤْمِنِينَ

Artinya: ”Dan (tetaplah) memberi peringatan, Karena Sesungguhnya peringatan itu bermanfaat bagi orang-orang yang beriman.” (QS. Adz-Dzariyat 51 : 55)

Hadirin Jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia

Semakin hari kehidupan kita di dunia ini terasa semakin sibuk saja. Banyak hal silih berganti menerpa diri, komunitas, masyarakat dan bangsa ini. Banyak kemaksiatan merajalela di sekeliling kita. Salah satunya adalah penyalahgunaan Narkoba (psikotropika).

Kemaksiatan jenis ini bahkan sudah sangat menggerogoti masyarakat kita. Telah banyak korban berjatuhan tanpa memandang siapa pun dia. Bahkan banyak di antara korban-korban ini berasal dari kalangan anak di bawah umur. Naudzubillah min dzalik.

Hal ini terutama sekali terjadi pada masyarakat perkotaan, bahkan telah merambah hingga pedesaan. Karenanya, penyakit masyarakat ini harus segera diberantas agar tatanan nilai kehidupan, baik moral maupun tatanan sosial tidak hancur karenanya.

Betapa memprihatinkan, sering kali satu keluarga tertangkap sebagi pengedar narkoba, bapak, anak dan ibunya sekaligus adalah pengedar narkoba. Seakan-akan mereka telah kompak untuk berbuat nista. Naudzubillah tsumma na’udzubillah.

Meskipun kebiasaan yang tidak terpuji ini, sebenarnya telah ada sejak zaman jahiliyah. Ketika itu masyarakat jahiliyah senang melakukan perjudian, minum khamr, perzinahan, perampokan dan lain sebagainya. Sehingga rangka memberantas sifat-sifat jahat tersebut, Allah SWT, memberikan larangan yang sangat tegas kepada manusia untuk segera menjauhi perbuatan tidak terpuji tersebut. Sebagaimana firman Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ إِنَّمَا الْخَمْرُ وَالْمَيْسِرُ وَالأَنصَابُ وَالأَزْلاَمُ رِجْسٌ مِّنْ عَمَلِ الشَّيْطَانِ فَاجْتَنِبُوهُ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya: ”Hai orang-orang yang beriman, Sesungguhnya (meminum) khamar, berjudi, (berkorban untuk) berhala, mengundi nasib dengan panah, adalah termasuk perbuatan syaitan. Maka jauhilah perbuatan-perbuatan itu agar kamu mendapat keberuntungan.” (QS. al-Ma’idah 5 : 90)

Namun rupanya kejahatan telah menjadi salah satu watak dunia. Kita sebagai hamba Allah hanya dapat memilih, jalan mana yang semestinya kita tempuh. Jalan kebaikan ataukah jalan kemungkaran. Maka tentu saja sebagai hamba yang bertaqwa, kita harus memilih jalan ketaqwaan, jalan kesalehan, dan jalan keimanan. Bukannya jalan kemungkaran dan kenistaan seperti penyalahgunaan narkoba ini.

Ma’asyirol Muslimin rahimakulullah!

Melalui mimbar ini, mari kita menela’ah sebentar, mengapa Narkoba diharamkan. Al-Qur’an dengan jelas mengatakan bahwa segala sesuatu yang memabukan adalah haram. Sebagaimana tercantum dalam firman Allah di atas. Ketika Allah SWT melarang sesuatu, tentulah terdapat mudharat di dalamnya. Sebagaimana ketika Allah menganjurkan sesuatu, berarti terdapat manfaat di dalamnya. Ditambah lagi telah jelas bagi kita, bahwa penyalahgunaan narkoba nyata-nyata hanya mengakibatkan keburukan, kesengsaraan, kerusakan tatanan dan kehancuran. bagi pribadi pemakai khususnya dan bagi masyarakat sekitar serta bagi bangsa pada umumnya.

Maka dalam hal ini, pemerintah kita, sungguh telah mengambil kebijakan yang bersesuaian dengan perintah Allah dan Rasulnya melalui pelarangan penyalahgunaan Narkoba (psikotropika) ini.

Karenanya, kita harus menerima dengan satu kata sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami mematuhinya). Dengan demikian kita telah mematuhi perintah Allah dan Rasulnya serta sekaligus telah menjadi warga negara yang baik. Sesuai perintah Allah,

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ أَطِيعُواْ اللّهَ وَأَطِيعُواْ الرَّسُولَ وَأُوْلِي الأَمْرِ مِنكُمْ

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (nya), dan ulil amri di antara kamu.” (QS. An-Nisaa’ 4 : 59)

Faktor selanjutnya adalah karena narkoba merusak tatanan kehidupan. Banyak sekali dampak negatif yang disebabkan oleh penyalahgunaan narkoba, seperti merusak moral, membuat korbannya mengalami gangguan kejiwaan.

Menurut teori kedokteran, orang yang mabuk karena minuman keras akan terputus ribuan syaraf otaknya sehingga mengurangi daya ingat. Si pemakai biasanya cenderung tidak memperhatikan lagi moralitas dan pentingnya akhlak dalam kehidupan. Bahkan menyebabkan seringkali narkoba menjadikan seseorang sebagai pribadi yang ”anti sosial”. Pemakai mengalami kecenderungan malas berinteraksi dengan orang lain.

Padahal, kehidupan layak dan interaksi sosial yang aktif tentu saja lebih membawa berkah bagi orang-orang di sekitarnya. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW,

خَيْرُ النَّاسِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ

yang artinya: “Sebaik-baiknya manusia adalah yang membawa manfaat bagi manusia yang lainnya”

Narkoba membuat seseorang menjadi sakit, lemah dan mengalami goncangan jiwa semasa hidupnya. Seorang pecandu akan mengalami penurunan kekebalan tubuh sehingga rentan terhadap serangan berbagai penyakit. Para ahli mengatakan, bahwa penyakit fisik yang yang akan ditimbulkan oleh Narkoba antara lain seperti kanker, hepatitis C, sangat rentan terhadap Virus HIV dan lain sebagainya.

Hadirin jama’ah shalat Jum’at yang berbahagia!

Rasanya tidak ada pilihan lain bagi kita kecuali mengambil sikap menjauhi narkoba. Sikap mencegah lebih baik daripada mengobati. Sebelum keluarga kita dilanda narkoba, mari kita lebih waspada dan berhati-hati dalam menjalankan tugas dan kewajiban sebagai kepala rumah tangga. Dan tetap menyadari diri sebagai hamba Allah SWT Yang memiliki kewajiban untuk beribadah kepada-Nya, dengan penuh ketaqwaan dan keimanan.

Demikianlah khutbah kita pada hari ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan rahmat dan perlindungan-Nya kepada kita semua. Amiin ya Rabbal ’alamin.


بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jum`at (3)

Shalat adalah Kontrol Sosial

Oleh : KH. Syaifuddin

أََلْحَمْدُ لِلّهِ أََلْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أَفْضَلَنَا بِالصَّلاَةِ وَيَأْمُرُنَا بِالْعَمَلِ الصَّالِحِ وَالطَّاعَةِ ، وَالَّذِيْ نَسْتَهِْدِيْ فِيْ كُلِّ اْلأُمُوْرِ وَالْمَظْلَمَةِ ، أَشْهَدُ أَنَّ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ.، يَا أَيُّهاَ الَّذِيْنَ ءَامَنُوا اتَّقُوا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنتُمْ مُّسْلِمُوْنَ ، يَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوْا رَبَّكُمُ الَّذِيْ خَلَقَكُمْ وَيُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوْبَكُمْ ، وَمَنْ يُصَدِّقِ اللهَ وَرَسُوْلَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيْمًا ، اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحِسَانِ إِلَى يَوْمِ الْمِيْعَادِ

أَمَّا بَعْدُ : فَإِنَّ أَصْدَقَ الْحَدِيثِ كِتَابُ اللهَ ، وَخَيْرَ الهَدْيِ هَدْيُ مُحَمَّدٍ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ، فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِيْ كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلاً مِّنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ البَصِيرُ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : صَلُّوْا كَمَا رَأَيْتُمُوْنِيْ أُصَلِّيْ

Hadirin Sidang Jum’at yang Dimuliakan oleh Allah

Marilah pada hari yang cerah ini, kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Karena hanya dengan taqwalah kita dapat selamat menjalani kehidupan dunia dan akhirat.

Adapun salah satu di antara tanda terpenting bagi ketaqwaan kita adalah shalat kita. Apakah kita sudah rajin shalat sesuai yang diperintahkan? Yakni di awal waktu. Apakah kita sudah melaksanakan shalat-shalat sunnah sebagai penyempurna bagi kekurangan-kekurangan kita ketika mendirikan shalat fardhu?

Lalu bagaimanakah kita mesti mengerti apakah yang dimaksudkan sebagai shalat? Secara etimologi shalat adalah doa, secara umum. Sedangkan secara istilah syariat, shalat adalah suatu ibadah yang terdiri dari perkataan-perkataan dan perbuatan-perbuatan tertentu sesuai sarat dan rukun yang dimulai dengan Takbiratul Ihram dan disudahi dengan Salam. Tata caranya adalah sesuai yang dituturkan oleh para Sahabat yang melihat Rasulullah sewaktu sedang shalat.

Turun-temurun hingga sekarang, maka begitulah kita dapat melihat orang-orang mendirikan shalat. Demikian pula kita mendirikan shalat sesuai ajaran yang kita yakini kesahihannya hingga saat ini. Hal ini telah sesuai dengan sabda Rasulullah SAW yang kami bacakan di awal tadi, yang artinya adalah ”Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihatku melaksanakan/mempraktikkannya.” (HR Bukhari-Muslim)

Menurut sejarahnya, perintah shalat diterima oleh Rasululah SAW ketika menunaikan Isra’ mi’raj. Bahwa Nabi Muhammad naik menuju Sidratul Muntaha dan bertemu secara langsung (yaqodhoh) dengan Allah SWT. Pada saat inilah Rasulullah mendapat perintah baginya beserta seluruh ummat yang mempercayai keterutusannya, berupa shalat 50 kali sehari yang kemudian dikurangkan hingga lima kali.

Pewahyuannya yang secara langsung ini menjadikan shalat diyakini oleh para ulama sebagai sebuah ibadah yang memiliki keistimewaan-keistimewaan tertentu. Shalat adalah ibadah yang pertama kali akan ditimbang kelak dihari pembalasan. Jika seorang hamba baik shalatnya maka tentu menjadi baik pulalah seluruh amal perbuatannya. Sebaliknya, jika seorang hamba jelek shalatnya, maka berarti buruk pulalah seluruh hidupnya.

Hadirin Sidang Jum’at yang Berbahagia

Tentu urusan baik dan buruk ibadah shalat seseorang kemudian bukan hanya ditentukan oleh rajin dan tidaknya ia pergi ke Masjid. Melainkan juga menghitung khusyuk ataukah tidaknya, ikhlas atau pamernya seorang hamba ketika sedang menghadap Sang Pencipta alam semesta ini setiap waktunya. Sebagaimana firman Allah,

قَدْ أَفْلَحَ الْمُؤْمِنُونَ الَّذِينَ هُمْ فِي صَلَاتِهِمْ خَاشِعُونَ

"Telah beruntunglah orang-orang mukmin, yaitu mereka yang khusyu' dalam shalatnya." (QS. Al-Mu'minun, 23:1-2)

Bukan hanya di akhirat Allah menjanjikan kebahagiaan bagi hambanya yang mendirikan shalat dengan segenap jiwa dan raganya. Semenjak di dunia pun Allah telah memberi kabar gembira kepada umat Islam, sebagaimana firman Allah:

وَلَوْ أَنَّ أَهْلَ الْقُرَى آمَنُواْ وَاتَّقَواْ لَفَتَحْنَا عَلَيْهِم بَرَكَاتٍ مِّنَ السَّمَاءِ وَالأَرْضِ

"Sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi…" (QS. al-A'raf, 7:96)

Meskipun ketaqwaan tidak dapat hanya diukur dari sisi lahiriah berupa shalat saja, namun shalat jelas-jelas merupakan pintu masuk bagi setiap Muslim untuk memulai pengabdian kepada Allah dan Rasulullah.

Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah

Shalat merupakan sebesar-besarnya tanda iman dan seagung-agungnya syiar agama. Shalat merupakan tanda syukur para hamba atas nikmat yang telah dikaruniakan Allah.

Peristiwa Isra’ mi’raj merupakan bukti bahwa Shalat merupakan simpul terpenting dalam tatanan Islam, baik bagi setiap individu maupun masyarakat, dalam skala yang terkecil hingga level bangsa. Sebegitu pentingnya, maka layaklah Allah mewahyukannya langsung kepada Rasulullah tanpa melalui perantara.

Shalat mempunyai kedudukan yang tak dapat ditandingi oleh ibadah-ibadah yang lain. Ada banyak kutipan ayat-ayat al-Qur'an mengenai keutamaan Shalat. Beberapa di antaranya adalah :

وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقاً نَّحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى

"Dan perintahkanlah kepada keluargamu untuk mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya." (QS. Thaha, 20:132)

Shalat sangat bermanfaat bagi kehidupan umat Islam, baik secara individual maupun secara kemasyarakatan. Dalam hal ini Allah menjanjikan bahwa Shalat dapat menjauhkan manusia dari perbuatan-perbuatan yang tidak manusiawi. Firman Allah :

وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاء وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ

"Dan dirikanlah shalat, karena sesungguhnya Shalat dapat mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar" (QS. Al-Ankabut, 29:45)

Ayat ini merupakan peringatan dari Allah bahwa shalat merupakan elemen terpenting dalam pembentukan pribadi Muslim. Termasuk dalam pembentukan karakter bangsa.

Jika saja seluruh penduduk bangsa rajin melaksanakan Shalat dengan semestinya, tentu Allah akan mencurahkan karunianya kepada kita. Bukan besar kecil atau indah dan gemerlapnya sebuah masjid yang menjadi tolok ukur religiusitas sebuah masyarakat, melainkan banyak atau sedikitnya jamaah yang mendirikan shalat ketika waktu-waktu adzan dikumandangkan.

Sementara Shalat sebagai sebuah keharusan bagi setiap individu Muslim merupakan salah satu pertanda paling mudah dijadikan standar untuk mengukur sejauh mana seseorang memiliki ketaqwaan kepada Allah. Pribadi yang bertaqwa adalah pribadi yang senantiasa hatinya terikat dengan batas-batas waktu Shalat.

Meskipun memang Shalat tidak secara mutlak menunjukkan tingkat ketaqwaan seseorang. Setidaknya Shalat dapat memberikan sebuah perenungan intens dan continue kepada setiap pribadi Muslim dalam keseharian. Ketika seorang Muslim sedang berada dalam posisi yang mengakibatkan ia memiliki kecenderungan atau peluang lebih besar untuk berbuat dosa, maka ia akan dapat mengingat shalatnya. Buat apakah rajin-rajin Shalat jika masih selalu menjalankan kebiasaan buruk misalnya.

Sidang Jum’at yang Dimuliakan Allah

Tentu saja dalam hal ini, shalat adalah sebuah sarana spiritual yang cukup penting untuk meredam kekejian atau kemungkaran yang akan dijalaninya. Shalat dapat berfungsi sebagai kontrol diri setiap saat bagi setiap perilaku individu muslim.

Maka demikian pun shalat dapat berfungsi sebagai kontrol sosiologi masyarakat. Jika sebuah komunitas masyarakat memiliki Masjid yang selalu penuh oleh Jamaah di setiap waktu-waktu shalat, tentu ini mencerminkan kondisi lingkungan yang religius. Biasanya secara otomastis, kegiatan-kegiatan massal yang berbau kemungkaran akan berkurang.

Hal ini tentu sangat berbeda dengan lingkungan masyarakat yang Masjidnya-masjidnya hanya penuh ketika hari raya saja. Tentu kegiatan-kegiatan yang bersifat foya-foya lebih sering diselenggarakan dalam masyarakat. Dari sini shalat dapat kita jadikan sebuah pola dalam memperjuangkan peningkatan moral masyarakat.

Memakmurkan Masjid dengan shalat berjamaah merupakan program yang efektif untuk meredam gejolak negatif masyarakat. Jika kita mampu memakmurkan masjid dengan shalat berjamaah, kedamaian dan linkungan kondusif pasti terkondisikan dengan sendirinya.

Maka marilah kita bersama-sama meningkatkan ketaqwaan dan membangun masyarakat yang islami dan bermoral mulia, berakhlakul karimah dan berkerukunan serta berkesatuan melalui penggalakan shalat berjamaah di masjid-masjid, musholla-musholla maupun di kantor dan di mana pun tempat yang selayaknya kita mengagungkan Asma Allah. Marilah bersama-sama kita tegakkan agama Allah, agar beroleh keselamatan dan kesejahteraan di sepanjang usia umat manusia.

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ اْلآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ، وَتَقَبَلَّ اللهُ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ لِيْ وَلَكُمْ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَأَسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِيِمْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَاْلأَمْوَاتِ. فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ.

Kutbah Jumat (2)

Tanggung Jawab Orang Tua dalam Mencetak Generasi Islami

Oleh : KH Fatkhurrahman

اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ نَوَّرَ قُلُوْبَنَا بِاْلهُدَى وَالأَوْلاَدِ وَاَّلذِيْ أَرْحَمَنَا بِاْلمَغْفِرَةِ وَاْلأَبْنَاءِ ، أَشْهَدُ أنْ لاإلهَ إلاّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَسُبْحَانَ الَّذِيْ أَفْضَلَنَا عَلىَ سَائِرِ مَخْلُوْقَاتِهِ ، وَأشْهَدُ أنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الَّذِيْ أُرْسِلَ إلَى جَمِيْعِ أُمَّتِهِ ، أللّهُمَّ صَلِّي وَسَلِّمْ عَلَى عَبْدِكَ وَرَسُوْلِكَ النَّبِيِّ اْلأُمِّيِّ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَامُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يَتَمَسَّكُوْنَ بِسُنَّتِهِ وَدِيْنِهِ ، أمَّا بَعْدُ : فَيَا عِبَادَ اللهِ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلا تَمُوْتُنَّ اِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. وَاعْلَمُوْا أَنَّ اْلأَوْلاَدَ رَعِيَّةُ كُلِّ اْلأبَاَءِ وَاْلأُمَّهَاتِ وَأَمَانَاتٌ لِكُلِّ اْلمُجْتَمَعِ ، وَأَكْبَرْ اْلأَمَانَاتِ مِنَ اللهِ مَا عِنْدَكُمْ مِنَ الْأوْلاَدِ واْلأحْفَادِ ، فَأََحْسِّنُوْا تَرْبِيَتَهُمْ وَهَذِّبُوْا أخْلَاقَهُمْ وَعَلِّمُوْا بِمَا يَنْفَعُوْنَ بِهِ فِيْ دِيْنِهِمْ وَدُنْيَاهُمْ وَآخِرَتِهِمْ

قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِيْ كِتَابِهِ اْلكَرِيْمِ : ِللهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ ِلمَنْ يَشَاءُ إنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ ، أوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْمًا إنَّهْ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ ، وَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهٌ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِ أوْ يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ ، وَقَالَ أَيْضًا : كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Hadirin Sidang Jum’at Rokhimakumullah
Pada Khutbah ini, saya mengingatkan kepada kita sekalian agar senantiasa mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah SWT. Seringkali diulangi bahwa hanya ketaqwaanlah yang dapat menjamin ketentraman hidup kita selama di dunia. Keimanan dan ketaqwaan pula yang menjadikan kita merasa layak berharap rahmat Allah di dunia dan akhirat. Maka marilah kita semakin mendekatkan diri kepada Allah SWT agar jalan hidup kita senantiasa diberkahi dan diridhoi Allah SWT.

Jika kita senantiasa meningkatkan ketaqwaan, tentu jalan hidup kita menjadi lebih mudah, lebih nyaman dan lebih teratur dan berkesinambungan. Dalam bermasyarakat, tentu kita menginginkan keteraturan dan kesinambungan dalam berbagai bentuk kebaikan. Nah, salah satu di antara bentuk-bentuk kesinambungan dalam kebaikan dan kataqwaan adalah tumbuhnya generasi-generasi penerus perjuangan dan dakwah islamiyah. Maka dengan demikian, tentu kita menginginkan turut berperan serta dalam melanjutkan estafet perjuangan islam ini dengan melahirkan dan mengasuh anak-anak Muslim yang cerdas, berkarakter dan shaleh.

Rasulullah SAW bersabda,

كُلُّ مَوْلُوْدٍ يُوْلَدُ عَلىَ اْلفِطْرَةِ ، فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِ أوْ يُنَصِّرَانِ أوْ يُمَجُّسَانِ

Setiap anak dilahirkan dalam fitrahnya. Keduanya orang tuanya yang menjadikannya sebagai Yahudi, Nashrani atau Majusi. (HR. Bukhari dan Muslim)

Artinya, orang tualah yang memiliki tanggung jawab utama dalam mendidik dan menjadikan seorang anak sebagai pribadi yang sholeh atau sebaliknya.

Hal ini juga sesuai dengan Sabda Rasulullah lainnya,

كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْؤُلٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ

Setiap kalian adalah pemimpin dan setiap pemimpin akan diminta pertanggungjawaban. (HR. Bukhori-Muslim)

Seorang pemimpin pemerintahan adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rakyatnya, suami adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang anggota keluarganya, istri adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang rumah tangga suaminya serta anak-anaknya, dan seorang pembantu adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban tentang harta benda majikannya, ingatlah bahwa setiap kalian adalah pemimpin dan akan diminta pertanggungjawaban kelak di hari Kiamat.

Saudara-saudara Sidang Jum’at yang Dirahmati Allah
Anak merupakan harapan setiap orang tua dalam kehidupan rumah tangga mereka. Anak adalah kebanggaan dan dambaan. Namun terkadang anak juga dapat menjadi cobaan yang sangat berat bagi kedua orang tuanya. Karenanya, setiap orang tua mesti mendidik anak-anak mereka sesuai tuntunan agama Islam.

Anak-anak yang dididik dengan Tuntunan Islam diharapkan menjadi anak-anak yang sholeh, berbakti dan berguna bagi bangsa, negara, masyarakat dan agamanya. Tentu saja orang tuanya adalah mereka yang pertama kali memetik buah dari kesalehan anak-anaknya.

Allah SWT berfirman,

وَالَّلذِيْنَ يَقُوْلُوْنَ رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْناَ لِلُمُتَّقِيْنَ إِمَامًا

Dan orang-orang yang berkata: “Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami istri-istri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Furqaan, 25:74)

رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصَّالِحِيْنَ

Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang-orang shaleh. (QS. Ash-Shoffaat, 37:100)

Dua Ayat ini meneguhkan kepada kita, bahwa selayaknya sebagai pribadi Muslim yang beriman, tentu kita berharap untuk dikaruniai buah hati yang dapat dibanggakan, shaleh-shalihah, berbakti dan berguna bagi sesamanya.

Namun Allah Subhanahu Wata’ala juga mengingatkan kita, bahwa segala anugerah yang berupa keturunan dan segala milik kebendaan serta lain-lainnya, adalah hanya ditentukan oleh Allah SWT. karenanya, sebagai orang beriman, tentu kita tidak boleh menyalahkan siapa pun jika barangkali kita belum dikaruniai keturunan. Karena Allah-lah yang telah menentukan setiap kelahiran yang telah maupun akan muncul di muka bumi ini.

Firman Allah,

ِللهِ مُلْكُ السَّمَوَاتِ وَاْلأَرْضِ يَخْلُقُ مَا يَشَاءُ يَهَبُ ِلمَنْ يَشَاءُ إنَاثاً وَيَهَبُ لِمَنْ يَشَاءُ الذُّكُوْرَ ، أوْ يُزَوِّجُهُمْ ذُكْرَانًا وَإِنَاثًا وَيَجْعَلُ مَنْ يَشَاءُ عَقِيْمًا إنَّهْ عَلِيْمٌ قَدِيْرٌ

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi, Dia menciptakan apa yang Dia kehendaki, Dia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki. Atau Dia menganugerahkan kedua jenis laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa. (QS. asy-Syura, 42:49-50)

Selayaknya kita senantiasa berdoa, semoga Allah mengaruniakan kebahagiaan dunia dan akhirat kepada kita sekalian melalui keturunan-keturunan yang shalih dan shalihah di tengah-tengah masyarakat kita. Agar keturunan-keturunan tersebut dapat melanjutkan estafet dakwah Islam di tengah-tengah kondisi masyarakat yang semakin kompleks ini.

Namun berdoa saja tidaklah cukup. Kita harus mengupayakan sekuat tenaga agar dapat medidik anak-anak kita menjadi generasi yang dapat diandalkan oleh zamannya. Kita harus memperhatikan pendidikan mereka, berusaha menciptakan lingkungan yang kondusif bagi perkembangan positif kejiwaan mereka.

Sebagai orang tua, kita juga harus memperhatikan pergaulan anak-anak kita yang menjadi faktor penentu dalam perkembangan sosial mereka. Kita harus mengajarkan kesederhanaan dalam keseharian mereka. Karena Rasulullah SAW sudah contohkan, bahwa meski hidup dalam kondisi yg sederhana, tapi kebahagiaan selalu Beliau rasakan. Maka demikianlah mestinya kita menciptakan lingkungan sosial dan kekeluargaan bagi anak-anak harapan generasi Islam tersebut.

Di samping itu, hal lain yang harus kita perhatikan dalam mendidik anak adalah memberikan Rejeki yang Halal selama pertumbuhan mereka. Karena rezeki halal dapat mempermudah mereka menjalani kesalehan dan ketaqwaan. Sementara jika kita kurang-hati-hati dan teledor dengan memberikan mereka asupan energi dan suplai pertumbuhan maupun pendidikan dari rezeki halal, maka sama saja dengan menginginkan mereka menjadi lahan empuk bagi tumbuhnya kemungkaran dalam diri anak-anak kita sendiri. Rezeki yang halal akan memudahkan mereka menerima hidayah dan keberkahan dalam menjalani proses pertumbuhan dan pendidikannya.

Hadirin Sidang Jum’at yang dimuliakan oleh Allah
Marilah kita mempertebal keimanan dan ketaqwaan kita kepada Allah dengan mengnalkan jalan dakwah kepada generasi Islam sedini mungkin dengan penuh kebijakan dan keteladanan yang mulia. Bukan zamannya lagi jika kita hanya mendidik tanpa memperhatikan perkembangan psiokologi mereka. Bukan zamannya lagi jika kita hanya mengandalkan kekerasan dalam medidik anak.

Memang benar, bahwa Rasulullah SAW memperbolehkan kita untuk memukul anak-anak jika mereka lalai mengerjakan shalat. Nemun bukan berarti dengan demikian kita dapat memukul mereka dengan seenaknya saja. Karena anak-anak senantiasa membutuhkan kasih sayang yang dapat mereka cerna dan mereka sadari. Anak-anak ingin mengerti bahwa orang tua mereka menyayangi mereka, sehingga mereka dapat membalas kasih saying tersebut dengan kesungguhan belajar dan berusaha menjadi baik bagi lingkungan dan masyarakatnya. Artinya anak-anak akan merasa memiliki tanggung jawab menjadi shaleh dan shalihah jika mereka juga mengerti bahwa kedua orang tuanya mencontohkan kesalehan dan keteladanan yang baik terhadapnya.

Tentang hal ini, Al-Qur’an mengajarkan :

ادْعُ إِلَى سَبِيلِ رَبِّكَ بِالْحِكْمَةِ وَالْمَوْعِظَةِ الْحَسَنَةِ وَجَادِلْهُمْ بِالَّتِي هِيَ أَحْسَنُ إِنَّ رَبَّكَ هُوَ أَعْلَمُ بِمَنْ ضَلَّ عَنْ سَبِيلِهِ وَهُوَ أَعْلَمُ بِالْمُهْتَدِينَ

Serulah (manusia) kepada Tuhanmu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dia-lah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk. (QS. an-Nahl, 16:125)

Artinya, jika kita menginginkan anak-anak kita menjadi generasi yang baik dan santun, tentu kita harus mengajarkan kebaikan dan sopan santun serta etika Islam kepada mereka.

Selain itu, dalam memilihkan atau mengarahkan pendidikan bagi anak-anak, kita dapat memperhatikan bakat dan kecenderungan mereka. Kita dapat menyekolahkan mereka menurut bakat positifnya masing-masing, sehingga ketika telah menjadi dewasa nantinya, mereka tidak memiliki keraguan akan kemampuan dan potensi dirinya.

Hal ini sesuai dengan firman Allah,

وَلْتَكُنْ مِنْكُمْ أُمَّةٌ يَدْعُونَ إِلَى الْخَيْرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ

Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang mengajak kepada kebaikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah dari yang mungkar, mereka itulah orang-orang yang beruntung. (QS. Ali Imran 3: 104)

Ada yang menjadi muballigh, tentara, pedagang, guru atau pun insinyur dan lain-lain sebagainya. Dengan demikian generasi Islam yang kita dambakan bersama dapat segera terwujud menjadi sebuah kenyataan. Dan izzul Islam wal muslimin dapat kita gapai bersama, karena generasi muda saat ini tentu akan menjadi pemimpin Islam di kemudian hari.

Hadirin siding Jum’at yang Dirahmati Allah
Hal terpenting terakhir yang ingin saya sampaikan kepada saudara-saudara sekalian adalah, tentang bekal paling utama kepada generasi muda kita, yakni pendidikan, keteladanan dan ketaqwaan. Sebagaimana perkataan Abdullah bin Umar radhiyallahu’anhu, “Didiklah anakmu karena kamu akan ditanya tentang tanggungjawabmu, apakah sudah kamu ajari anakmu, apakah sudah kamu didik anakmu dan kamu akan ditanya kebaikanmu kepadanya dan ketaatan anakmu kepadamu.”

Saya nyatakan, kita harus memberikan bekal ketaqwaan yang cukup kepada mereka, apapun profesi yang menjadi pilihan mereka kelak. Karena tanpa ketaqwaan, mustahil mereka dapat menjadi generasi Muslim yang dapat diandalkan dan ditunggu peran sertanya dalam pembangunan bangsa dan umat.

Sebagaimana firman Allah,

وَتَزَوَّدُوْا فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ الَّتقْوَى وَاتَّقُوْنِ يَا أُولِي اْلألْبَابِ

Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah takwa dan bertakwalah kepada-Ku, hai orang-orang yang berakal. (QS. al-Baqarah, 2:197)

بَارَكَ اللهُ لِي وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ. وَنَفَعَنِي وَاِيِّاكُمْ بما فيه مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ. وَتَقَبِّلَ الله مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاوَتَهُ اِنَِّهُ هُوَاالسَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أقُوْلُ قَوْلِي هَذا وَأسْتَغْفِرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ لَِيْ وَلَكُمْ وَلِسَائِرِ الْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ فَاسْتَغْفِرُوْهُ إنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

Khutbah Jum`at (1)

Perintah dan Manfaat Solat Berjamaah

Oleh : KH. Zainal Arifin Abu Bakar
( Ketua LDNU, Pengasuh Pesantren Denanyar )

ألْحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ أنْعَمَنَا بِنِعْمَةِ اْلإيْمَانِ وَالإسْلاَمِ وَأفْضَلَنَا باِلعِلْمِ وَاْلعَمَلِ عَلىَ سائر مَخْلُوْقَاتِهِ وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى أشْرَفِ نَبِيِّهِ سَيِّدِنَا وَمَوْلاَنَا مُحَمَّدْ أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَشَرِيْكَ لَهُ, شَهَادَةً تُنْجِبْنَا بِهَا مِنْ اَهْوَالِ يَوْمِ الْقِيَامَة, واشهد ان محمّدا عبده ورسوله لاَنَبِيَ بَعْدَهُ ، أمابعد : ياَأَيُّهاَ النَّاسُ اتَّقُوالله حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَتَمُوتُنَّ إِلاَّوَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَ

Jamaah Sidang Jum’at Rohimakumullah
Pertama, marilah kita tingkatkan takwa kita kepada Allah Ta’ala. Dengan takwa yang sebenar-benarnya yaitu dengan menjalankan semua perintah Allah dan meninggalkan semua laranganNya. Karena apabila kita bertakwa dengan sebenar-benar takwa, maka Allah telah menjanjikan untuk memberi jalan keluar dari kesulitan yang kita hadapi dan Allah menganugerahkan rizki yang tidak terduga.

وَمَنْ يَتَّقِ اللهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجَا وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ
“Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah maka Allah akan menjadikan baginya jalan keluar dan memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka.”

Kedua, marilah kita bersyukur kehadirat Allah Ta’ala yang telah memberikan kepada kita berbagai macam kenikmatan. Bersyukur dalam arti yang sebenarnya adalah memanfaatkan atau menggunakan semua nikmat yang Allah berikan untuk mendekatkan diri atau beribadah kepada-Nya.

Sidang Jum’at yang berbahagia,
Sebagai muslim yang berhaluan Ahlussunah Wal Jama’ah, kita seharusnya menjadi pelopor dan penengah sunnah-sunnah Rosulullah dan melestarikan amalan-amalan para ulama’ salaf ash-sholihin. Di antara sunnah-sunnah Rosulullah tersebut adalah sholat berjama’ah.

Kaum muslimin muslimat rohimakumullah,
Menurut Jumhur Ulama’, sholat berjama’ah hukumnya sunnah muakkad sedangkan menurut Imam Ahmad Bin Hanbal, sholat berjama’ah hukumnya wajib. Rosulullah SAW selama hidupnya sebagai Rosul belum pernah meninggalkan sholat berjama’ah di masjid meskipun beliau dalam keadaan sakit. Rosululah SAW pernah memperingatkan dengan keras keharusan sholat berjama’ah di masjid, sebagai mana diuraikan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam Bukhori Muslim

وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدهممت أن اَمُرَ بِحَطْبٍ فَيَحْتَطِبُ ثُمَّ اَمُرَ بِا لصَّلاَةِ فَيُؤَذِّنَ لَهَا ثُمَّ اَمُرَ رَجُلاً فَيَؤُمَّ النَّاسَ, ثُمَّ اُخَالِفَ اِلَى رَجُالٍ لاَيَشْهَدُونَ الصَّلاَةَ فَأُحْرِقَ عَلَيْهِم بُيُوتَهُمْ - متفق عليه
“Demi jiwaku yang berada dalam kekuasaan-Nya, sungguh aku bertekad menyuruh mengumpulkan kayu bakar, kemudian aku suruh seorang adzan untuk sholat dan seseorang untuk mengimami manusia, kemudian aku pergi kepada orang-orang yang tidak ikut sholat, kemudian aku bakar rumah mereka”

Pada suatu saat Rosulullah didatangi oleh salah satu sahabat yang dicintainya, yaitu Abdullah Bin Umi Maktum. Ia berkata kepada Rosulullah bahwa dirinya buta dan tidak ada yang menuntunnya ke masjid sehingga ia memohon kepada Nabi untuk memberinya keringanan untuk tidak melaksanakan sholat berjama’ah di masjid. Selanjutnya Rosulullah bertanya kepadanya:

هَلْ تَسْمَعُ النّدَاءَ بِالصَّلاَةِ ؟ قَالَ نَعَمْ. قَالَ : فَأَجِبْ..

Begitulah seruan Rosulullah kepada umatnya agar senantiasa menunaikan sholat berjama’ah di masjid sekalipun kepada sahabatnya yang tidak bisa melihat alias buta. Bagaimana dengan kita umatnya, yang diberikan kenikmatan yang sempurna. Dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh Imam Ahmad, Rosulullah bersabda :

لاَصَلاَةَ لِمَنْ جَارَ الْمَسْجِدَ اِلاَّ بِالْجَمَاعَة وَفِى رِوَايَة اِلاَّ فِى الْمَسْجِد - رواه احمد

Tidak sempurna sholat seseorang yang bertetangga dengan masjid kecuali dengan berjama’ah. Dalam suatu riwayat, kecuali di masjid.

Jama’ah sholat Jum’ah rohimakumullah,
Hadits-hadits di atas menunjukkan betapa pentingnya sholat berjama’ah. Rosulullah menekankan bahwa sholat jama’ah dilaksanakan di masjid. Karena masjid didirikan bukan untuk bemegah-megahan, melainkan untuk diramaikan atau dimakmurkan. Allah berfirman dalam surat At-Taubah ayat 18:

إنَّمَا يَعْمُرً مَسَاجِدَ اللهِ مَنْ أمَنَ بِاللهِ وَاليَوْمِ الأخِرِ وَأقَامَ الصَّلاَةَ وَأَتَى الزَّكَوةَ وَلَمْ يَخْشَ إلاَّ اللهَ
“Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian serta tetap mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan tidak takut selain kepada Allah.”

Hadirin jama’ah sholat Jum’at rohimakumullah
Banyak keutamaan dan manfa’at yang bisa diperoleh ketika seseorang menunaikan sholat berjama’ah. Ada keutamaan yang diperoleh di dunia dan juga ada keutamaan atau manfaat yang bisa diperoleh nanti di akhirat. Diantara keutamaan atau manfaat dari sholat berjamaah adalah sebagai berikut :

Manfaat yang pertama adalah Allah melipatgandakan pahala sholat berjama’ah sampai dua puluh tujuh derajat.

قال رسول الله صلّى الله عليه وسلّم : صَلاَة الْجَمَاعَة اَفْضَلُ مِنَ صَلاَةِ الفَدِّ بِسَبْعٍ وَعِشْرِيْنَ دَرَجَة -- متفق عليه

“Sholat berjama’ah itu lebih utama dari sholat sendiri dengan dilipatkan sampai dua puluh tujuh derajat”

Manfaat yang kedua yaitu menjauhkan diri dari sifat munafik. Karena di antara sifat orang munafik adalah bermalas-malasan dalam sholat. Hal ini tertera dalam surat An-Nisa’ ayat 142 :

إنَّ المُنَفِقِيْنَ يُخَدِعُوْنَ اللهَ وَهُوَ خَدِعُهُمْ وَإذَا قَامُوا إلىَ الصَّلاَةِ قَامُوْا كُسَالَى يُرَاءُوْنَ النَّاسَ وَلاَ يَذْكُرُوْنَ اللهَ إلاَّ قَلِيْلاً

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah. Dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk sholat, mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya’ (dengan sholat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.”

Dalam sebuah hadits Nabi bersabda :

“Tidaklah ada sholat yang lebih berat bagi orang-orang munafik melebihi sholat Shubuh dan Isya’. Dan seandainya mereka mengetahui pahala pada keduanya, niscaya mereka akan datang (berjama’ah) meskipun dengan merangkak.” (Muttafaqun ‘Alaih)

Manfaat yang ketiga yaitu menjadi sebab diampuni dosanya oleh Allah. Rosulullah bersabda :

إِذَا قال اْلإِمَامُ (غَيْرِ اْلمَغْضُوبِ عَلَيْهِمْ وَلاَالضّآلّين) فَقُوْلوُا : آمين, فَإِنَّهُ مِنْ وَافَقَ قَوْلُهُ قَوْلُ اْلمَلاَئِكَةِ غَفِرَ لَهُ ماَتَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ -- رواه البجارى و مسلم

“Jika imam mengucapkan “Ghoiril maghdhubi ‘alaihim waladhdholliin”, maka ucapkan amin, karena sesungguhnya siapa yang mengucapkan amin bersamaan dengan ucapan malaikat maka ia akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.”
Dalam hadits lain Nabi bersabda :

“Barangsiapa yang berwudhu untuk sholat dan menyempurnakan wudhunya, lalu berjalan untuk menunaikan sholat, dan ia sholat bersama manusia atau berjama’ah atau di dalam masjid, maka Allah akan mengampuni dosa-dosanya.”

Manfaat yang keempat dari sholat berjama’ah adalah mengembangkan disiplin dan berakhlak mulia. Sholat berjama’ah mengajarkan disiplin seorang makmun senantiasa mengikuti gerakan imam dan berada di belakang imam. Hal ini tentu membiasakan melatih kedisiplinan dalam kehidupan seseorang, menghilangkan ego, perbedaan dan dengan penuh kerendahan hati patuh dan taat pada pimpinannya, yaitu imam.”

Rosulullah bersabda :
اِنَّمَاجُعِلَ اْلإِمَامُ لِيُؤْتَمٌ بِهِ, فَلاَ تَحْتَلِفُ عَلَيْهِ, وَإِذَا كَبُرَ فَكَبِّرُوْا وَإِذَا رَكَعَ فَارْكَعُوْا وَإذَا سَجَدَ فَاسْجُدُوْا وَإذَا صَلّىَ جَالِسًا فَصَلّو جُلُوْساً أجْمَعِيْنَ

Manfaat yang kelima dari sholat berjama’ah adalah tumbuhnya persaudaraan, kasih sayang dan persamaan.

Apabila kita bertemu lima kali dalam sehari, maka akan tumbuh kasih sayang diantara sesama muslim. Dan jika suatu waktu ada saudara kita yang biasa berjama’ah kemudian beberapa waktu tidak hadir di masjid, maka kita akan bertanya-tanya, ada apa atau mengapa ia tidak berjama’ah? Seandainya jawaban yang didapat bahwa beliau itu sakit, maka kita akan bergegas menjenguk dan mendo’akannya.

Sholat berjama’ah juga mengajarkan persamaan : tidak dibedakan antara yang kaya dan yang miskin, seorang pejabat atau rakyat jelata, atasan atau bawahan, semua berdiri, ruku’, sujud, dan duduk dalam satu barisan untuk taat dan tunduk kepada Allah. Allah berfirman:

اِنَّ اللهَ يُجِبُّ الَّذِيْنَ يُقَا تِلُونَ فِى سَبِيْلِهِ صَفًّا كَأَ نَّهُمْ بُنْيَانٌ مَرْصُوصٌ.

“Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berperang di jalan-Nya, dalam barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti bangunan yang sangat kokoh.

بَارَكَ الله لِى وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِى وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذْكُرَ الْحَكِيْمَ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَاِنَّهُ هُوَالسَّمِيْعُ العَلِيْمُ, وَأَقُوْلُ قَوْلى هَذَا فَاسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

7 Keajaiban dalam Islam

Menara Pisa, Tembok Cina, Candi Borobudur, Taaj Mahal, Ka’bah, Menara Eiffel, dan Piramida di mesir, inilah semua keajaiban dunia yang kita kenal. Namun sebenarnya semua itu belum terlalu ajaib, karena di sana masih ada tujuh keajaiban dunia yang lebih ajaib lagi. Mungkin para pembaca bertanya-tanya, keajaiban apakah itu?

Memang tujuh keajaiban lain yang kami akan sajikan di hadapan pembaca sekalian belum pernah ditayangkan di TV, tidak pernah disiarkan di radio-radio dan belum pernah dimuat di media cetak. Tujuh keajaiban dunia itu adalah:


1. * Hewan Berbicara di Akhir Zaman8*

Maha suci Allah yang telah membuat segala sesuatunya berbicara sesuai dengan yang Ia kehendaki. Termasuk dari tanda-tanda kekuasaanya adalah ketika terjadi hari kiamat akan muncul hewan melata yang akan berbicara kepada manusia sebagaimana yang tercantum dalam Al-Qur’an, surah An-Naml ayat 82,
“Dan apabila perkataan Telah jatuh atas mereka, kami keluarkan sejenis binatang melata dari bumi yang akan mengatakan kepada mereka, bahwa Sesungguhnya manusia dahulu tidak yakin kepada ayat-ayat Kami”.
Mufassir Negeri Syam, Abul Fida’ Ibnu Katsir Ad-Dimasyqiy berkomentar tentang ayat di atas, “Hewan ini akan keluar diakhir zaman ketika rusaknya manusia, dan mulai meninggalkan perintah-perintah Allah, dan ketika mereka telah mengganti agama Allah. Maka Allah mengeluarkan ke hadapan mereka hewan bumi. Konon kabarnya, dari Makkah, atau yang lainnya sebagaimana akan datang perinciannya. Hewan ini akan berbicara dengan manusia tentang hal itu”.[Lihat Tafsir Ibnu Katsir (3/498)]
Hewan aneh yang berbicara ini akan keluar di akhir zaman sebagai tanda akan datangnya kiamat dalam waktu yang dekat. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Sesungguhnya tak akan tegak hari kiamat, sehingga kalian akan melihat sebelumnya 10 tanda-tanda kiamat: Gempa di Timur, gempa di barat, gempa di Jazirah Arab, Asap, Dajjal, hewan bumi, Ya’juj & Ma’juj, terbitnya matahari dari arah barat, dan api yang keluar dari jurang Aden, akan menggiring manusia”. [HR. Muslim dalam Shohih-nya (2901), Abu Dawud dalam Sunan-nya (4311), At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (2183), dan Ibnu Majah dalam Sunan-nya (4041)]

2. * Pohon Kurma yang Menangis*

Adanya pohon kurma yang menangis ini terjadi di zaman Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- , mengapa sampai pohon ini menangis? Kisahnya, Jabir bin Abdillah-radhiyallahu ‘anhu- bertutur, “Jabir bin Abdillah -radhiyallahu ‘anhu- berkata: “Adalah dahulu Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- berdiri (berkhutbah) di atas sebatang kurma, maka tatkala diletakkan mimbar baginya, kami mendengar sebuah suara seperti suara unta dari pohon kurma tersebut hingga Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- turun kemudian beliau meletakkan tangannya di atas batang pohon kurma tersebut” .[HR.Al-Bukhariy dalam Shohih-nya (876)]
Ibnu Umar-radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Dulu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- berkhuthbah pada batang kurma. Tatkala beliau telah membuat mimbar, maka beliau berpindah ke mimbar itu. Batang korma itu pun merintih. Maka Nabi -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya sambil mengeluskan tangannya pada batang korma itu (untuk menenangkannya)”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (3390), dan At-Tirmidziy dalam Sunan-nya (505)]

3. * Untaian Salam Batu Aneh*

Mungkin kalau seekor burung yang pandai mengucapkan salam adalah perkara yang sering kita jumpai. Tapi bagaimana jika sebuah batu yang mengucapkan salam. Sebagai seorang hamba Allah yang mengimani Rasul-Nya, tentunya dia akan membenarkan seluruh apa yang disampaikan oleh Rasul-Nya, seperti pemberitahuan beliau kepada para sahabatnya bahwa ada sebuah batu di Mekah yang pernah mengucapkan salam kepada beliau sebagaimana dalam sabdanya, Dari Jabir bin Samurah dia berkata, Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Sesungguhnya aku mengetahui sebuah batu di Mekah yang mengucapkan salam kepadaku sebelum aku diutus, sesungguhnya aku mengetahuinya sekarang”.[HR.Muslim dalam Shohih-nya (1782)].

4. * Pengaduan Seekor Onta*

Manusia adalah makhluk yang memiliki perasaan. Dari perasaan itu timbullah rasa cinta dan kasih sayang di antara mereka. Akan tetapi ketahuilah, bukan hanya manusia saja yang memiliki perasaan, bahkan hewan pun memilikinya. Oleh karena itu sangat disesalkan jika ada manusia yang tidak memiliki perasaan yang membuat dirinya lebih rendah daripada hewan. Pernah ada seekor unta yang mengadu kepada Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- mengungkapkan perasaannya. Abdullah bin Ja’far-radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Pada suatu hari Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wasallam- pernah memboncengku dibelakangnya, kemudian beliau membisikkan tentang sesuatu yang tidak akan kuceritakan kepada seseorang di antara manusia. Sesuatu yang paling beliau senangi untuk dijadikan pelindung untuk buang hajatnya adalah gundukan tanah atau kumpulan batang kurma. lalu beliau masuk kedalam kebun laki-laki Anshar. Tiba tiba ada seekor onta. Tatkala Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- melihatnya, maka onta itu merintih dan bercucuran air matanya. Lalu Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- mendatanginya seraya mengusap dari perutnya sampai ke punuknya dan tulang telinganya, maka tenanglah onta itu. Kemudian beliau bersabda, “Siapakah pemilik onta ini, Onta ini milik siapa?” Lalu datanglah seorang pemuda Anshar seraya berkata, “Onta itu milikku, wahai Rasulullah”.
Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wasallam- bersabda, “Tidakkah engkau bertakwa kepada Allah dalam binatang ini, yang telah dijadikan sebagai milikmu oleh Allah, karena ia (binatang ini) telah mengadu kepadaku bahwa engkau telah membuatnya letih dan lapar”. [HR. Abu Dawud dalam As-Sunan (1/400), Al-Hakim dalam Al-Mustadrak (2/99-100), Ahmad dalam Al-Musnad (1/204-205), Abu Ya’la dalam Al-Musnad (3/8/1), Al-Baihaqiy dalam Ad-Dala’il (6/26), dan Ibnu Asakir dalam Tarikh Dimasyqa (9/28/1). Lihat Ash-Shahihah (20)]

5. * Kesaksian Kambing Panggang*

Kalau binatang yang masih hidup bisa berbicara adalah perkara yang ajaib, maka tentunya lebih ajaib lagi kalau ada seekor kambing panggang yang berbicara. Ini memang aneh, akan tetapi nyata. Kisah kambing panggang yang berbicara ini terdapat dalam hadits berikut:
Abu Hurairah-radhiyallahu ‘anhu- berkata, “Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam- menerima hadiah, dan tak mau makan shodaqoh. Maka ada seorang wanita Yahudi di Khoibar yang menghadiahkan kepada beliau kambing panggang yang telah diberi racun. Lalu Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- pun memakan sebagian kambing itu, dan kaum (sahabat) juga makan. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Angkatlah tangan kalian, karena kambing panggang ini mengabarkan kepadaku bahwa dia beracun”. Lalu meninggallah Bisyr bin Al-Baro’ bin MA’rur Al-Anshoriy. Maka Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- mengirim (utusan membawa surat), “Apa yang mendorongmu untuk melakukan hal itu?” Wanita itu menjawab, “Jika engkau adalah seorang nabi, maka apa yang aku telah lakukan tak akan membahayakan dirimu. Jika engkau adalah seorang raja, maka aku telah melepaskan manusia darimu”. Kemudian Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- memerintahkan untuk membunuh wanita itu, maka ia pun dibunuh. Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda ketika beliau sakit yang menyebabkan kematian beliau,”Senantiasa aku merasakan sakit akibat makanan yang telah aku makan ketika di Khoibar. Inilah saatnya urat nadi leherku terputus”. [HR. Abu Dawud dalam Sunan-nya (4512). Di-shohih-kan Al-Albaniy dalam Shohih Sunan Abi Dawud (hal.813), dengan tahqiq Masyhur Hasan Salman]

6. * Batu yang Berbicara*

Setelah kita mengetahu adanya batu yang mengucapkan salam, maka keajaiban selanjutnya adalah adanya batu yang berbicara di akhir zaman. Jika kita pikirkan, maka terasa aneh, tapi demikianlah seorang muslim harus mengimani seluruh berita yang disampaikan oleh Rasulullah -Shollallahu ‘alaihi wasallam-, baik yang masuk akal, atau tidak. Karena Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- tidaklah pernah berbicara sesuai hawa nafsunya, bahkan beliau berbicara sesuai tuntunan wahyu dari Allah Yang Mengetahui segala perkara ghaib.
Rasulullah -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- bersabda, “Kalian akan memerangi orang-orang Yahudi sehingga seorang diantara mereka bersembunyi di balik batu. Maka batu itu berkata, “Wahai hamba Allah, Inilah si Yahudi di belakangku, maka bunuhlah ia”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (2767), dan Muslim dalam Shohih-nya (2922)]
Al-Hafizh Ibnu Hajar-rahimahullah- berkata, “Dalam hadits ini terdapat tanda-tanda dekatnya hari kiamat, berupa berbicaranya benda-benda mati, pohon, dan batu. Lahiriahnya hadits ini (menunjukkan) bahwa benda-benda itu berbicara secara hakikat”.[Lihat Fathul Bari (6/610)]

7. * Semut Memberi Komando*


Mungkin kita pernah mendengar cerita fiktif tentang hewan-hewan yang berbicara dengan hewan yang lain. Semua itu hanyalah cerita fiktif belaka alias omong kosong. Tapi ketahuilah wahai para pembaca, sesungguhnya adanya hewan yang berbicara kepada hewan yang lain, bahkan memberi komando, layaknya seorang komandan pasukan yang memberikan perintah. Hewan yang memberi komando tersebut adalah semut. Kisah ini sebagaimana yang dijelaskan oleh Al-Qur’an,
“Dan Sulaiman Telah mewarisi Daud, dan dia berkata: “Hai manusia, kami Telah diberi pengertian tentang suara burung dan kami diberi segala sesuatu. Sesungguhnya (semua) Ini benar-benar suatu kurnia yang nyata”.Dan dihimpunkan untuk Sulaiman tentaranya dari jin, manusia dan burung lalu mereka itu diatur dengan tertib (dalam barisan). Hingga apabila mereka sampai di lembah semut, berkatalah seekor semut: Hai semut-semut, masuklah ke dalam sarang-sarangmu, agar kamu tidak diinjak oleh Sulaiman dan tentaranya, sedangkan mereka tidak menyadari.Maka dia (Sulaiman) tersenyum dengan tertawa Karena (mendengar) perkataan semut itu. dan dia berdoa: “Ya Tuhanku berilah Aku ilham untuk tetap mensyukuri nikmat mu yang Telah Engkau anugerahkan kepadaku dan kepada dua orang ibu bapakku dan untuk mengerjakan amal saleh yang Engkau ridhai; dan masukkanlah Aku dengan rahmat-Mu ke dalam golongan hamba-hamba-Mu yang saleh”. (QS.An-Naml: 16-19).


Inilah beberapa perkara yang lebih layak dijadikan “Tujuh Keajaiban Dunia” yang menghebohkan, dan mencengangkan seluruh manusia. Orang-orang beriman telah lama meyakini dan mengimani perkara-perkara ini sejak zaman Nabi -Shallallahu ‘alaihi wa sallam- sampai sekarang. Namun memang kebanyakan manusia tidak mengetahui perkara-perkara itu. Oleh karena itu, kami mengangkat hal itu untuk mengingatkan kembali, dan menanamkan aqidah yang kokoh di hati kaum muslimin

10 Fenomena yang Tak Dapat Dijelaskan oleh Sains

Ilmu pengetahuan memang menakjubkan. Mampu menyibak beragam misteri kehidupan. Mencari energi alternatif, mengobati penyakit, menjelajah antariksa, bahkan menciptakan mahluk hidup buatan. Semua keajaiban sains itu membuat kita terheran-heran.
Tapi tidak semua misteri kehidupan bisa dipecahkan. Masih banyak fenomena lain yang belum dapat terjawab oleh ilmu pengetahuan. Livescience.Con mencatat ada 10 fenomena yang hingga kini belum dapat dijelaskan secara ilmiah. Apa saja itu? Mari kita simak. Siapa tahu Anda mau menambahkannya.

01. Dengungan Taos
Penduduk dan pengunjung kota kecil Taos di New Mexico selama bertahun-tahun diganggu oleh dengungan aneh. Suara berfrekuensi rendah tersebut mengumandang di sepanjang udara gurun pasir. Uniknya, hanya 2 persen dari penduduk setempat yang mendengar suara itu. Sebagian orang meyakini suara itu disebabkan oleh getaran yang tidak biasa. Hingga hari ini misteri dengungan aneh ini belum jua terpecahkan.

02. Bigfoot.
Selama puluhan tahun dilaporkan temuan mahluk besar berambut, berkaki besar dan meninggalkan jejak di sepanjang daerah di Amerika. Bahkan ada saksi matanya juga. Lucunya, tidak ada temuan berupa potongan organ tubuh sama sekali. Hanya berupa rekaman foto dan film. Sama dengan monster Loch Ness, Bigfoot oleh mayoritas orang dianggap hanya mitos. Secara ilmiah belum terbuktikan keberadaannya.

03. Intuisi Sebagian orang menyebutnya “indra keenam”. Nyaris semua orang pernah berpengalaman menggunakan intuisinya baik sengaja maupun tidak. Misalnya saat kita merasa ada sesuatu yang salah, ternyata benar. Kajian psikologi menganalisanya sebagai kemampuan manusia mengenali suatu peristiwa dengan mengumpulkan informasi sekitar. Kita bisa tahu tentang sesuatu tanpa paham bagaimana caranya. Tapi belum ada jua penjelasan yang dapat diterima di dunia sains tentang ini.

04. Menghilang Secara Misterius
Manusia bisa hilang karena banyak alasan. Melarikan diri, kecelakaan, terbunuh, dan masih dapat ditemukan. Namun ada beberapa kasus dimana orang menghilang secara misterius. Sebut saja sejumlah kru kapal Spanyol Marie Celeste, Jimmy Hoffa, Amelia Earthart dan Natalee Holloway. Nama-nama tersebut adalah orang yang menghilang tanpa jejak. Belum ada juga penjelasan ilmiah tentang misteri ini.


05. Hantu Dari karya Shakespeare, Machbet
,
sampai aneka acara televisi terkini, selalu menceritakaan adanya roh orang yangsudah meninggal. Di seantero dunia, perbagai negara, orang percaya adanya hantu. Pemburu hantu serta teknologi paling anyar mencoba menjelaskan secara ilmiah tentang mahluk tersebut. Sayang, masih belum ada penjelasan yang dapat diterima dengan pengetahuan manusia.

06. Déjà vu
Berasal dari bahasa Perancis yang artinya “pernah terlihat”, déjà vu adalah peristiwa dimana kita merasa pernah mengalami kejadian yang sama di masa silam. Nyaris semua orang mengalaminya. Ada yang menganggap sebagai pengalaman di kehidupan sebelumnya. Para psikolog mencoba menjelaskannya secara naturalistik. Tapi kejadian ini tetaplah misteri.

07. UFOs
Tak bisa disangkal bahwa begitu banyak orang bersaksi melaporkan keberadaan Unidentified Flying Objects (UFOs), Dari piring terbang hingga mahluk berkepala botak dengan mata memanjang. Para astronom percaya bahwa meteor berasal dari angkasa luar. Namun apakah ada mahluk hidup di luar sana? Sebuah pertanyaan yang belum dijawab oleh sains.

08. Pengalaman Nyaris Mati dan Hidup Sesudah Mati
Di Indonesia dikenal istilah mati suri, mati sesaat lalu hidup kembali. Ternyata kejadian ini dialami oleh manusia di semua benua di dunia. Pengalaman ini rata-rata berkisah tentang sinar yang menyilaukan yang dijumpai saat menuju ke alam baka. Kaum skeptis menganggapnya hanya sebagai halunisasi. Orang yang relijius meyakini bahwa sinar itu adalah Tuhan. Penjelasan ilmiahnya? Belum ada.

09. Kekuatan Psikis
Ini adalah kekuatan yang melebihi intuisi, dimana orang bisa meramalkan apa yang akan terjadi di masa mendatang. Sebagaian mendapatkan dari mimpi atau mendadak mendapat pengelihatan tentang apa yang akan terjadi. Di Indonesia dikenal sebagai paranormal atau dukun atau peramal. Kekuatan ini juga belum dapat dianalisa secara sains.

10. Hubungan Tubuh dan Pikiran Ilmu kesehatan
memang mempercayai bahwa pikiran kita sangat mempengaruhi kondisi fisik. Pada efek plasebo misalnya, mendemonstrasikan bagaimana suatu penyakit dapat berangsur membaik dengan cara si pasien memikirkan hal-hal positif. Atau penderitaan mental yang justru memperburuk kondisi kesehatan. Tapi sampai sekarang ilmuwan belum mampu menjelaskan detail ilmiah hubungan antara pikiran dan tubuh kita.

TEST KEJERNIHAN OTAK ANDA...

Apa yang anda pikirkan ketika elihat gambar ini



pasti anda berpikiran kepada hal2 yang negative.....
padahal gambar ini menceritakan tentang seorang laki2 baru selesai mandi sedang memakai handuk, tapi handuknya bergambar kaki polos seorang wanita......

ayo jangan memandang sesuatu dengan sebekah mata

Minggu, 05 April 2009

Memisahkan Berkumur dan Istinsyaq

Thalhah bin Musharrif meriwayatkan dari ayahnya dari kakeknya dia berkata, "Saya masuk kepada Nabi -Shallallahu alaihi wa sallam- dan beliau sedang berwudhu. Lalu saya melihat beliau memisahkan antara kumur-kumur dan menghirup air (ke hidung)".

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Daud (139), Al-Baihaqi (1/51) dan Ath-Thabarani (19/409-410). Semuanya dari jalan Al-Laits bin Abi Sulaim dari Thalhah bin Musharrif dari ayahnya dari kakeknya.
Hadits ini adalah hadits yang lemah sebagaimana yang dikatakan oleh Abu Hatim dalam Al-'Ilal 1/53. Ada dua kelemahan dalam sanadnya :


Pertama: Al-Laits bin Abi Sulaim masyhur sebagai rawi yang lemah. Bahkan Imam An-Nawawy dalam kitab Tahdzib Al-Asma` wa Al-Lughat (1/2/75) menukil kesepakatan para ulama atas lemah dan goncangnya hadits Al-Laits bin Abi Sulaim.

Kedua: Ayah Thalhah bin Musharrif adalah rawi yang majhul (tidak dikenal). Lihat At-Tahdzib
Hadits ini mempunyai pendukung dari hadits Abu Wail Syaqiq bin Salamah dia berkata, "Saya melihat Utsman bin Affan berwudhu tiga kali tiga kali, lalu dia menyendirikan (baca : memisahkan) kumur-kumur dari menghirup air. Kemudian dia berkata: "Demikianlah kami melihat Rasulullah Shollallahu `alaihi wa alihi wa sallam berwudhu".


Hadits ini diriwayatkan oleh Ibnul Ja'd sebagaimana dalam Al-Ja'diyyat (3406) dan dalam sanadnya ada Abdurrahman bin Tsabit bin Tsauban, seorang rawi yang lemah.[Asal rujukan: Majalah An-Nashihah]

---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sifat Wudhu

Setelah membahas masalah adab dalam istinja` (buang air), maka berikut pembahasan ringkas mengenai wudhu, yang kali ini kami akan membahas dua permasalahan seputarnya: (1) Sifat wudhu dan (2) kesalahan yang biasa terjadi di dalamnya (insya Allah dua edisi mendatang).
Sebelum kami menggambarkan bagaimana sifat wudhu Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, maka berikut ada beberapa perkara yang penting untuk diketahui:


Pertama: Definisi beberapa istilah
1. Rukun wudhu: Dia adalah semua yang diperintahkan oleh syariat dalam berwudhu, yang kalau ditinggalkan -sengaja maupun tidak sengaja- maka akan membatalkan wudhu. Hanya saja kalau dia sengaja maka dia berdosa. Rukun wudhu ada empat, yaitu semua yang tersebut dalam firman Allah Ta'ala, "Wahai orang-orang yang beriman, kalau kalian berdiri untuk mengerjakan shalat maka cucilah wajah-wajah kalian dan tangan-tangan kalian sampai ke siku dan usaplah kepala-kepala kalian dan kaki-kaki kalian sampai ke mata kaki." (QS. Al-Maidah: 6)


2. Wajib wudhu: Dia adalah semua yang diperintahkan oleh syariat dalam wudhu, tapi tidak disebutkan dalam surah Al-Maidah ayat 6. Hukumnya: Kalau ditinggalkan -sengaja maupun tidak sengaja- maka tidak membatalkan wudhu, tapi kalau dengan sengaja maka pelakunya berdosa.


3. Sunnah wudhu: Yaitu semua amalan wudhu yang tidak diperintahkan oleh syariat, tapi hanya sebatas anjuran atau hanya disebutkan bahwa Nabi melakukannya tapi tidak memerintahkannya. Hukumnya: Tidak berdosa meninggalkannya dan tidak pula membatalkan wudhu -sengaja maupun tidak sengaja-.


4.Mencuci anggota wudhu: Yakni menyiramnya dengan air dimana semua bagian anggota wudhu yang dicuci harus terkena siraman air, kalau tidak maka mencucinya tidak syah dan secara otomatis wudhunya pun tidak syah.


5. Mengusap anggota wudhu: Ini hanya berlaku bagi kepala, yaitu sekedar mengenakan air pada seluruh bagian kepala atau sebagiannya dan tidak perlu menyiramnya.

Kedua: Dalil sifat wudhu Nabi -shallallahu alaihi wasallam-.
Kemudian perlu diketahui bahwa dalam mengetahui sifat wudhu Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, kebanyakan para ulama bersandarkan pada hadits Utsman bin Affan dan hadits Abdullah bin Zaid yang keduanya adalah riwayat Al-Bukhari dan Muslim. Karena itu ada baiknya kalau kami menyebutkan kedua hadits ini:


A. Hadits Utsman bin Affan
Dari Humran maula Ustman bahwa dia melihat Utsman meminta air wudhu: Lalu dia menuangkan air dari bejana ke kedua telapak tangannya lalu mencuci keduanya sebanyak tiga kali. Kemudian dia memasukkan tangan kanannya ke dalam air wudhu lalu berkumur-kumur, istinsyaq (menghirup air ke hidung) dan istintsar (mengeluarkannya). Kemudian dia mencuci wajahnya tiga kali lalu kedua tangan sampai ke siku sebanyak tiga kali. Kemudian dia mengusap kepalanya lalu mencuci kedua kakinya sebanyak tiga kali. Kemudian setelah selesai dia (Utsman) berkata, "Saya melihat Nabi -shallallahu alaihi wasallam- berwudhu seperti wudhu yang saya lakukan ini."


B. Hadits Abdullah bin Zaid, dimana beliau juga memperagakan sifat wudhu Nabi.
Dia meminta baskom berisi air lalu menuangkan air ke kedua telapak tangannya dan mencuci keduanya sebanyak tiga kali. Kemudian dia memasukkan tangannya ke dalam baskom lalu berkumur-kumur, istinsyaq dan istintsar sebanyak tiga kali dari tiga kali mengambil air. Kemudian dia mengambil air lalu mencuci wajahnya sebanyak tiga kali. Kemudian dia mengambil air lalu mencuci tangan sampai sikunya sebanyak dua kali. Kemudian dia mengambil air lalu mengusap kepalannya -ke belakang dan ke depan- sebanyak satu kali. Kemudian dia mencuci kedua kakinya.
Dalam sebagian riwayat: Beliau memulai mengusap pada bagian depan kepalanya kemudian mendorong kedua tangannya sampai ke tengkuknya, kemudian kedua tangannya kembali ke bagian depan kepala.

Sifat Wudhu

Setelah memahami kedua hal di atas, maka berikut penyebutan sifat wudhu:


@ Dalil wajibnya adalah firman Allah Ta'ala dalam surah Al-Maidah ayat 6 yang telah kami bawakan, dan juga sabda Nabi -shallallahu alaihi wasallam-, "Allah tidak adak menerima shalat tanpa thaharah," (HR. Al-Jamaah kecuali Al-Bukhari)


@ Nabi -shallallahu alaihi wasallam- berwudhu setiap kali mau shalat (HR. Al-Bukhari dan Imam Empat). Beliau bersabda, "Seandainya saya tidak menyusahkan umatku niscaya saya akan memerintahkan mereka untuk berwudhu setiap kali mau shalat, dan bersama setiap wudhu ada bersiwak." HR. Ahmad dengan sanad yang shahih sebagaimana dalam Al-Muntaqa.


@ Niat hukumnya adalah rukun wudhu, berdasarkan sabda Nabi yang masyhur, "Sesungguhnya setiap amalan -syah atau tidaknya- tergantung dengan niat." (HR. Al-Bukhari dan Muslim)


@ Didahului dengan bersiwak atau menyikat gigi. Hal ini berdasarkan sabda beliau, "Seandainya saya tidak takut untuk menyusahkan umatku, niscaya aku akan perintahkan mereka untuk bersiwak setiap kali wudhu." (HR. Malik dari Abu Hurairah)


@ Lalu membaca basmalah -dan hukumnya adalah sunnah-, dengan dalil sabda beliau -shallallahu alaihi wasallam-, "Berwudhulah kalian dengan membaca bismillah." (Dihasankan oleh Al-Albani)


@ Mencuci kedua telapak tangan tiga kali dan hukumnya adalah sunnah berdasarkan kesepakatan kaum muslimin.


@ Kemudian berkumur-kumur, dan hukumnya adalah sunnah karena tidak adanya hadits shahih yang memerintahkannya.


@ Selanjutnya melakukan istinsyaq dan istintsar dan kedua amalan ini hukumnya adalah wajib. Berdasarkan sabda beliau -shallallahu alaihi wasallam-, "Kalau salah seorang di antara kalian berwudhu maka hendaknya dia memasukkan air ke dalam hidungnya kemudian dia mengeluarkannya." (HR. Al-Bukhari dan Muslim dari Abu Hurairah) Beliau menggabungkan antara kumur-kumur dan istinsyaq dengan cara setengah dari air yang beliau ambil beliau masukkan ke dalam mulut dan setengah lainnya ke dalam hidung. Beliau istinsyaq dengan tangan kanan dan istintsar dengan tangan kiri, berdasarkan hadits Ali bin Abi Thalib. Dan beliau memerintahkan untuk bersungguh-sungguh dalam istinsyaq kecuali dalam keadaan berpuasa dengan sabdanya, "Bersungguh-sungguhlah dalam menghirup air ke hidung kecuali kalau kamu dalam keadaan berpuasa." (HR. Abu Daud dari Laqith bin Saburah)


@ Mencuci wajah, dan hukumnya adalah rukun wudhu karena tersebut dalam surah Al-Maidah. Disunnahkan juga ketika mencuci wajah untuk menyelang-nyelingi jenggot.


@ Kemudian mencuci kedua tangan sampai melewati siku dan beliau juga memerintahkan untuk menyelang-nyelingi jari-jemari. Hukum mencuci tangan sampai ke siku adalah rukun wudhu.


@ Mengusap sebagian kepala adalah rukun dan sudah syah. Adapun cara yang disunnahkan dalam mengusap kepala adalah: Mengusapkan kedua tangan pada bagian depan kepala kemudian mendorong keduanya sampai ke tengkuk kemudian dikembalikan lagi ke kepala bagian depan, seperti yang tersebut dalam hadits Abdullah bin Zaid di atas. Mengusap kepala hanya satu kali, tidak boleh lebih, juga berdasarkan hadits Abdullah bin Zaid di atas.
Boleh hanya mengusap sebagian kepala kalau dia mengenakan imamah (kain yang dililitkan di kepala) dan boleh juga hanya mengusap di atas imamah. Demikian pula halnya jilbab bagi kaum wanita.


@ Mengusap telinga, dan hukumnya sama dengan mengusap kepala, yaitu rukun. Karena Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, "Kedua telinga adalah bagian dari kepala." (Dishahihkan oleh Al-Albani). Air yang dipakai mengusap telinga adalah sisa air yang tadi dipakai untuk mengusap kepala, tidak mengambil air yang baru.


@ Mencuci kedua kaki -dan hukumnya adalah rukun- sampai melewati mata kaki. Semua bagian kaki harus terkena air wudhu, karena Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, "Celakalah bagi tumit-tumit (yang tidak terkena air, pent.) dari api neraka."


@ Disunnahkan memulai dengan bagian kanan dalam mencuci semua anggota wudhu yang berjumlah sepasang, kecuali telinga karena keduanya diusap secara bersamaan. Nabi -shallallahu alaihi wasallam- bersabda, "Kalau kalian memakai pakaian dan kalau kalian berwudhu, maka mulailah dengan bagian kanan kalian." (HR. Abu Daud dengan sanad yang shahih)


@ Nabi -shallallahu alaihi wasallam- pernah berwudhu dengan mencuci setiap anggota wudhu sebanyak satu kali-satu kali, juga pernah dua kali-dua kali dan juga pernah tiga kali-tiga kali. Dan beliau bersabda, "Barangsiapa yang menambah lebih dari itu maka sungguh dia telah berbuat jelek, melampaui batas dan berbuat zhalim."


@ Disunnahkan membaca doa setelah wudhu, "Asyhadu alla ilaha illallah wahdahu laa syarikalah, wa asyhadu anna Muhammadan abduhu warasuluh. Allahummaj'alni minat tawwabina waj'alni minal mutathahhirin (Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Allah semata, tidak ada sekutu bagi-Nya dan saya bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya. Ya Allah jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang bertaubat dan jadikanlah saya termasuk golongan orang-orang yang selalu bersuci)."
Atau membaca, "Subhanakallahumma wabihamdik asyhadu alla ilaha illa Anta astaghfiruka wa atubu ilaik (Maha Suci Engkau yang Allah dan segala pujian untuk-Mu. Saya bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak disembah selain Engkau, saya meminta ampunan dan bertaubat kepada-Mu)."


[Asal sifat wudhu ini kami nukil dari kitab Ats-Tsamar Al-Mustathab fi Fiqhi As-Sunnah wa Al-Kitab karya Asy-Syaikh Al-Albani: 1/10-11 dengan beberapa perubahan]