Jumat, 21 Mei 2010


Koreksi Ucapan ''Maa Syaa Allah'' Ketika Kagum terhadap Sesuatu

Segala puji bagi Allah, Rabb semesta alam. Shalawat dan salam semiga terlimpah kepada Rasulullah, beserta keluarga dan para sahabatnya serta umatnya yang senantiasa berpegang dengan sunnah-sunnahnya.

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إِذَا رَأَى أَحَدُكُمْ مِنْ أَخِيهِ وَمِنْ نَفْسِهِ وَمِنْ مَالِهِ مَا يُعْجِبُهُ فَلْيُبَرِّكْهُ فَإِنَّ العَيْنَ حَقٌّ

"Apabila salah seorang kalian melihat kekaguman pada saudaranya, pada dirinya, dan hartanya, hendaknya dia mendoakan barakah untuknya, karena pengaruh 'ain itu benar adanya." (HR. Ahmad 3/447, al-Hakim 4/215 dan dishahihkan oleh Al-Albani dalam al Silsilah al Shahihah no. 2572 dan al Kalim al Thayyib no. 244)

Menurut petunjuk hadits di atas, jika kita melihat kekaguman pada diri saudara kita, hartanya, anaknya, kendaraannya, atau yang lainnya maka kita mendoakan keberkahan. Manfaatnya, agar tidak tertimpa penyakit ‘ain, yaitu penyakit yang disebabkan oleh pengaruh buruk pandangan mata yang yang takjub dengan diiringi iri dan dengki terhadap apa yang dilihatnya. Namun, terkadang pandangan yang tidak disertai rasa dengki-pun, dengan izin Allah, bisa menyebabkan pengaruh buruk ‘ain, walaupun orang tersebut tidak bermaksud menimpakan ‘ain. Bahkan ini terjadi pada para sahabat Nabi shallallahu 'alaihi wasallam yang sudah terkenal akan kebersihan hati mereka.

Namun, ada sebagian orang apabila kagum dengan sesuatu lalu dia berucap, Maa Syaa Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). Mereka berdalil dengan firman Allah Ta'ala dalam surat al-Kahfi dan dengan hadits Anas.

Pertama, Firman Allah Ta'ala:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu Maa Syaa Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (QS. Al Kahfi: 39)

Ayat tersebut tidak tepat dijadikan dalil untuk mengucapkan dzikir di atas ketika melihat sesuatu yang mengagumkan agar selamat dari pengaruh 'ain yang timbul dari kedegkian. Sebabnya, karena ayat tersebut tidak memiliki kaitan dengan tema bahasan tentang kedengkian. Sesungguhnya Allah menghancurkan kebunnya dikarenakan kekufuran dan sikapnya yang melampaui batas.

Menurut keterangan dari Syaikh Utsaimin, dzikir di atas disyari'atkan bagi sesorang yang kagum dan ta'ajub dengan hartanya sendiri. Fungsinya, sebagai ungkapan rasa syukur dan pengakuan bahwa nikmat tersebut datangnya dari Allah Ta'ala. Sebagaimana kisah dua pemilik kebun ketika salah seorang diantara mereka berkata kepada yang lainnya:

وَلَوْلَا إِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاءَ اللَّهُ لَا قُوَّةَ إِلَّا بِاللَّهِ

"Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu Maa Syaa Allaah Laa Quwwata Illaa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)." (QS. Al Kahfi: 39)

Adapun doa yang diucapkan untuk mencegah ‘ain ketika seseorang melihat sesuatu yang menakjubkan dari hartanya adalah dengan mendoakan keberkahan, sebagaimana dalam hadits pertama di atas.

Kedua, dalil dari hadits Anas bin Malik radliyallah 'anhu. Bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Siapa yang melihat sesuatu yang membuatnya kagum, hendaknya dia berucap: Maa syaa Allaah Laa Quwwata Illa Billaah (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah) karenanya dia tidak tertimpa kedengkian 'Ain." (Hadits ini sangat lemah) Imam al Haitsami berkata, "Diriwayatkan oleh Al-Bazzar dari riwayat Abu Bakar al Hudzali, dia seorang yang sangat lemah. (Majmu' al Zawaid: 5/21) karenanya tidak bisa digunakan dasar untuk membenarkan dzikir di atas ketika melihat sesuatu yang membuat takjub.

Jika Melihat Kebaikan Pada Orang Lain

Jika ia melihat sesuatu yang menakjubkan pada orang lain, maka hendaklah ia mendoakan keberkahan. Di antaranya dengan mengucapkan: Baarakallah 'alaihi (Semoga Allah memberkahi atasnya), Baarakallah Fiihi (Semoga Allah memberikan berkah padanya), Allahumma Baarik 'Alaihi (Ya Allah berkahilah atasnya) atau kata-kata yang sejenisnya.

Dan jika ia melihat sesuatu yang menakjubkannya dari perkara dunia, maka hendaklah mengatakan:

لَبَّيْكَ إِنَّ الْعَيْشَ عَيْشَ الآخِرَةِ (Labbaika, innal ‘aisy ‘aisyal Aakhirah). Artinya, "Kupenuhi panggilan-Mu (yaa Allah), sesungguhnya kehidupan yang hakiki adalah kehidupan akhirat." (Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Syaibah 4/107, al-Baihaqi 7/48 dan al-Hakim 1/465, dishahihkan al-Hakim dan disepakati adz-Dzahabi).

Fungsinya, untuk mengingatkan dirinya bahwasanya kehidupan dunia bagaimanapun juga akan hilang dan tidak ada kehidupan yang hakiki di sana, dan kehidupan yang hakiki adalah di akhirat nanti. Wallahu a'lam bil shawab.

Tidak ada komentar: