Selasa, 28 Februari 2012

Jika sakit, kembalilah kepada AlQur'an

Jika sakit, kembalilah kepada AlQur'an

Musibah atau bencana bisa berupa bencana alam, kecelakaan, penyakit, atau yang lainnya. Sudah barang tentu musibah apapun termasuk penyakit merupakan sesuatu yang tidak nikmat. Jika kita sakit berarti kita sedang tidak diberi kenikmatan dunia oleh Allah swt. Biasanya jika kita sedang sakit jarang sekali kita ingat kepada Allah.

Biasanya jika kita sedang terkena sakit, kita lalu pergi ke dokter/rumah sakit. Ini sudah benar karena kita memang pergi kepada ahlinya.

Akan tetapi dibalik sakit yang kita derita seringkali kita menganggap bahwa sakit ini adalah cobaan dari Allah swt sehingga selanjutnya kita harus bersabar dan tawakal menerimanya. Hal ini didasarkan pada firman Allah dalam surat Al A’raaf 168 : “..... Wa balaunaahum bil-hasanaati was-sayyi’aati la’allahum yarji’uun” (..... Dan kami coba mereka dengan (nikmat) yang baik-baik dan (bencana) yang buruk-buruk, agar mereka kembali (kepada kebenaran)).

Berdasarkan firman Allah ini, memang benar sakit adalah cobaan dari Allah swt tetapi sakit yang kita derita tersebut diakibatkan oleh karena kesalahan kita sendiri sehingga oleh Allah kita diminta untuk kembali kepada kebenaran/jalan yang benar.

Selain itu jika kita sedang terkena sakit, terkadang kita malah bersyukur karena kita menganggap bahwa dengan sakit ini dosa-dosa kita dapat terhapus, sebagaimana HR Al Bukhari : “Seorang mukmin ditimpa rasa sakit, kelelahan (kepayahan), diserang penyakit atau kesedihan (kesusahan) sampaipun duri yang menusuk (tubuhnya) kecuali dengan itu Allah menghapus dosa-dosanya”.

Kalau kita hayati, sesungguhnya hadist ini diperuntukkan untuk orang-orang mukmin yang sedang diuji imannya oleh Allah swt seperti halnya nabi Ayub.

Pertanyaan kita adalah apakah kita ini sudah termasuk orang-orang yang benar-benar mukmin, merasa sudah mukmin, atau bahkan belum mukmin ?Jika iman kita masih biasa-biasa saja atau belum mencapai takaran iman standar, kita seharusnya introspeksi diri, jangan-jangan sakit kita ini malah peringatan atau bahkan mungkin laknat dari Allah swt karena kelalaian kita yang lupa akan tanggung jawab kita sebagai suami, sebagai isteri, sebagai anak, sebagai atasan, sebagai bawahan, sebagai guru, sebagai murid, sebagai tokoh masyarakat, sebagai anggota masyarakat, atau sebagai yang lainnya.

Mengapa sakit itu bisa terjadi kepada kita ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ingat hadist nabi berikut ini : “Tiada seorang hamba ditimpa musibah baik di atasnya maupun di bawahnya melainkan sebagai akibat dosanya. Sebenarnya Allah telah memaafkan banyak dosa-dosanya. Lalu Rasulullah membacakan ayat 30 dari surat Asy Syuura yang berbunyi : “Wa maa ashaabakum mim mushiibatin fa bimaa kasabat aidiikum wa ya’fuu ‘an kasyiir” (Apa saja musibah yang menimpa kamu maka adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu))”.

Berdasarkan firman Allah ini maka jika kita renungkan, sakit apa saja yang menimpa diri kita ini, disadari atau tidak disadari semuanya disebabkan karena dosa/kesalahan kita sendiri, kesalahan yang sudah bertumpuk-tumpuk sekian lama atau dengan kata lain sakit itu dari perilaku kita karena kita ingkar/kufur terhadap nikmat-nikmat Allah swt.

Tampaknya sudah menjadi karakter kita sebagai manusia, ketika kita melakukan kesalahan yang masih awal, kemudian Allah memaafkan kesalahan kita, namun kita tidak malah bersyukur, tetapi kita malah mengulang-ngulang kesalahan yang sama tersebut sehingga menjadi bertumpuk-tumpuk dan akhirnya Allah memberikan peringatan kepada kita dengan musibah yang berupa sakit ini. Setelah Allah swt menimpakan sakit ini kepada kita, adakah maksud atau katakanlah muatan politis yang terkandung di dalamnya ?

Untuk menjawab pertanyaan ini, mari kita ingat firman Allah dalam surat As Sajdah 21 : “Wa lanudziiqonnahum minal-‘adzaabil-adnaa duunal-‘adzaabil-akbari la’allahum yarji’uun” (Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat), mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar))

Berdasarkan firman Allah ini maka jika kita renungkan, sakit yang ditimpakan oleh Allah swt kepada kita, tidak lain adalah merupakan siksa permulaan di dunia ini, baru sebagian kecil saja dari siksa-Nya, baru merupakan siksa episode pertama saja, dan setelah Allah swt menimpakan sakit tersebut kepada kita di dunia ini maka telah menanti siksa yang lebih besar lagi pada 2 episode berikutnya yang akan menimpa kita yaitu siksa di alam kubur dan siksa di akhirat/neraka nantinya.

Coba bayangkan, seandainya akibat dari kesombongan saya, bisa jadi di dunia ini saya akan ditimpa musibah yang berupa penyakit jantung misalnya. Maka kemungkinan besar di alam kubur nanti jantung saya akan disiram dengan cairan logam yang sangat panas seperti yang senantiasa diceritakan oleh para ustadz, belum lagi di akhirat/neraka nantinya. Sungguh sangat mengerikan.

Tidak takutkah kita akan semua siksa-siksa Allah yang amat pedih tersebut. Oleh karena itu, jika kita tidak ingin mendapatkan musibah/siksa di dunia ini serta siksa-siksa di alam kubur dan akhirat/neraka nantinya, maka kita seharusnya kembali ke jalan yang benar, jalan yang diridhoi oleh Allah swt, jalan yang penuh rakhmat dan barokah-Nya.

Bagaimana seharusnya kita mensikapi sakit yang ditimpakan oleh Allah swt kepada kita ?

Jika kita sedang diberi takdir sakit oleh Allah swt maka takdir ini harus kita imani dan kita tidak boleh protes karena kita sedang diberi peringatan oleh Allah swt karena kesalahan kita agar supaya kita kembali ke jalan yang benar, jalan yang ditunjukkan oleh Al Qur’an.

Dengan kata lain jika kita sedang sakit, kita harus berpikir atau introspeksi diri tentang perilaku/akhlak/pengalaman yang kita alami, kemudian kita ingat kepada Allah, selanjutnya kita segera mohon ampun kepada-Nya,

Mari kita ingat firman Allah dalam surat Al Israa’ 82 : “Wa nunazzilu minal-Qur’aani ma huwa syifaa’uw wa rahmatul lil-mu’miniin .....” (Dan Kami turunkan dari Al Qur’an suatu yang menjadi penawar (obat) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman .....)

Selain itu kita ingat juga firman Allah dalam surat Yunus 57 : “Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman”

Berdasarkan 2 firman Allah tersebut maka dapat kita yakini bahwa Al Qur’an adalah obat segala penyakit dunia sehingga jika kita sedang sakit, kembalilah ke Al Qur’an, maka semua penyakit insyaallah akan sembuh. Kita harus banyak bersujud/syukur dan minta ampun kepada Allah swt karena jika kita sujud kepada-Nya maka kita akan diberi kenikmatan yang berupa kesembuhan sedang jika kita kufur maka kesusahanlah yang akan kita dapati.

Selanjutnya kita harus berakhlakul-karimah, berakhlak mulia sebagaimana yang telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad saw yaitu akhlakul-karimah yang tidak meninggalkan rukun iman dan rukun islam. Dengan iman kita akan selalu sujud dan dekat dengan Allah.

Mari kita ingat ketika Aisyah ra ditanya tentang akhlak Rasulullah saw, maka dia menjawab : “Akhlaknya adalah Al Qur’an” dan firman Allah dalam surat Al Ahzab 21 : “Laqad kaana lakum fii rasuulillaahi uswatun hasanatul liman kaana yarjullaaha wal-yaumal-aakhira wa zakarallaaha kasiiraa” (Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah). Dengan kata lain Muhammad adalah Al Qur’an berjalan.

Beberapa hal yang bisa kita garis bawahi adalah :

Berdasarkan beberapa firman Allah tersebut di atas maka sesungguhnya telah menjadi jelas bahwa sakit yang menimpa diri kita di dunia ini insyaallah disebabkan karena dosa/kesalahan kita agar kita kembali ke jalan yang benar (Al Qur’an).

Disamping itu sakit insyaallah bisa kita jadikan barometer awal untuk mengukur tingkatan/level iman dan takwa kita kepada Allah swt. Sehingga jika kita masih diberi sakit di dunia ini oleh Allah swt kita wajib mempertanyakan pada diri kita sendiri, sudah sampai dimana iman dan takwa kita kepada Allah swt, ini tandanya bahwa iman dan takwa kita insyaallah masih belum seperti yang dikehendaki oleh Allah swt.

Ketahuilah bahwa iman dan takwa seseorang, maaf, tidak cukup hanya diukur dari sholat, puasa, zakat, dan hajinya saja. Ini semua sudah merupakan kewajiban yang harus kita laksanakan, ini adalah standar minimal kita sebagai orang islam. Mudah-mudahan ini bisa menjadi bahan renungan/kajian kita bersama, untuk selanjutnya dapat diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari sehingga dengan kita selalu minta ampun kepada-Nya dan kita selalu membalas semua kenikmatan yang diberikan oleh Allah swt kepada kita dengan balasan iman dan takwa, niscaya kita semua insyaallah akan dapat terhindar dari sakit apapun di dunia ini. Amin.

source: http://akhlakmuliacenter.com/site/26-data-articles/artikel-kesehatan/50-jika-sakit

Tidak ada komentar: