Sabtu, 21 Juli 2012

KALBU TAK BERDEBU

oleh: 
Prof. Dr. H. Moh. Ali Aziz, M.Ag.
Guru Besar pada Fakultas Dakwah


 Ketika di depan kaca hias, tiba-tiba Anda melihat satu titik debu hitam di dahi? Pertanyaan ini lebih jelas lagi jawabannya jika Anda perempuan. Berapa kali Anda bolak balik ke kaca hias hanya ingin melihat bisul kecil di dekat hidung Anda sudah kempes atau belum. Inilah yang disindir oleh Imam Al Ghazali, “Manusia lebih peka dengan kotoran kulit daripada kotoran batin”. Setiap hari Anda menggosok badan dengan sabun wangi, menyemprot parfum di lengan baju dan berdandan serapi mungkin. Sebelum berangkat keluar masih balik lagi ke kaca untuk memastikan kerapian. Tapi Anda tidak memiliki keseriusan yang sama untuk mengharumkan hati.
Anda tak keberatan membayar ratusan ribu rupiah agar Laboratorium Medis menunjukkan jenis penyakit Anda. Setelah itu Anda membayar lagi jutaan rupiah untuk berobat ke rumah sakit. Tapi, maukah Anda membayar yang sama kepada kawan yang memberitahu bahwa Anda angkuh, kikir, dan dengki? Padahal itu semua penyakit hati yang lebih berbahaya daripada kanker. Boro-boro membayar uang, terima kasih saja tidak. Bahkan seringkali nasib para pengritik lebih buruk daripada para pemuji. Padahal para pengeritik itulah sebenarnya dokter Anda.
Hati adalah raja dan semua anggota badan adalah rakyatnya. Perbuatan yang baik hanya lahir dari hati yang bersih. Hati yang kotor akan memproduk perkataan, sikap dan perbuatan yang tercela. Dalam bersujud, Nabi SAW memohon kepada Allah cahaya dalam hatinya agar menjadi hati yang bersih, “Wahai Allah berikan cahaya di hatiku”. Hati yang tersinari cahaya Allah akan membuat seseorang tawadlu, tidak sombong, mudah memaafkan orang, tidak pendendam, ikhlas menerima apapun pemberian Allah. Surga adalah tempat yang suci, maka hanya orang berhati suci yang diijinkan memasukinya.
Maukah Anda saya “pertemukan” dengan orang yang sejak kecil ikut Nabi agar Anda lebih serius membersihkan kalbu dari debu syirik, dan penyakit hati lainnya?. Inilah orangnya, Anas bin Malik R.A. Dengarkan ceritanya berikut ini.  Pada suatu hari, kami duduk bersama Rasulullah SAW, kemudian  beliau bersabda, “Sebentar lagi akan datang di hadapan kalian seorang pria calon penghuni surga”. Tiba-tiba datanglah seorang pria dengan jenggot yang masih basah dari air wudlu, sambil memegang sandal kusut di tangan kirinya.
Dalam pertemuan esok harinya, Nabi berkata yang sama, “Akan datang seorang laki-laki penghuni surga”.  Tidak lama kemudian, muncullah laki-laki yang sama. Begitulah Nabi mengulang sampai tiga kali. Ketika pertemuan itu selesai, ada seorang sahabat yang bernama Abdullah bin Amr penasaran ingin tahu siapa sebenarnya laki-laki celon penghuni surga itu.
Abdullah membuntuti laki-laki itu sampai ke rumahnya. Lalu ia berkata, “Tuan, saya baru saja bertengkar dengan ayah saya, dan berjanji tidak akan pulang sampai tiga hari. Bolehkah saya tinggal di rumah tuan selama hari-hari itu?”. Laki-laki itu dengan suka hati mengijinkan Abdullah tidur di rumahnya selama tiga malam.
Selama itu Abdullah ingin mengetahui secara langsung bagaimana ibadah laki-laki itu. Segala gerak gerik laki-laki itu diamati, sampai tengah malam pun ingin dilihat apa yang dilakukannya. Tetapi, selama itu pula dia tidak menyaksikan sesuatu yang istimewa di dalam ibadahnya. “Apa benar orang seperti ini dijamin masuk surga?” tanya Abdullah dalam hati. Lalu Abdullah berkata, “Tuan, sebenarnya aku tidak bertengkar dengan ayah dan tidak pula berjanji tidak pulang. Aku hanya penasaran, apa rahasia Tuan sehingga disebut laki-laki calon penghuni surga sampai tiga kali”.  Kata Abdullah selanjutnya, “Aku ingin meniru Tuan agar bisa mendapat kehormatan seperti Tuan”.
Laki-laki itu menjawab, “Teman, yang aku kerjakan tidak lebih dari yang engkau saksikan”. Ketika Abdullah akan berpamit, laki-laki itu memanggil dan berkata, “Demi Allah, ibadahku selama ini tidak lebih dari apa yang kau saksikan selama kau di rumahku. Hanya saja aku tidak pernah menyimpan niat buruk sedikitpun terhadap sesama muslim. Aku juga tidak pernah menyimpan rasa iri terhadap kelebihan atau prestasi yang diberikan kepada siapapun”. Lalu Abdullah berkata, “Luar biasa, betapa bersih hati tuan dari perasaan jelek terhadap sesama muslim, dan betapa bersih pula dari iri hati terhadap kelebihan muslim lainnya. Inilah akhlak yang belum bisa saya lakukan”
Banyak kunci untuk membuka pintu surga. Ada kunci dari pahala mengajar mengaji Al Qur-an,  dari pahala haji dan umrah,  dari shalat malam, taraweh dan witir, dari pahala sedekah dan sebagainya. Tapi berdasar hadis di atas, kunci surga yang paling mahal adalah dari pahala prestasi menjaga kebersihan hati.  Dengan fasilitas atau harta yang melimpah, Anda bisa dengan mudah pergi umrah dan haji puluhan kali.  Bisa juga shalat sepanjang malam dan membaca Al Qur’an sampai tuntas (khatam) setiap hari. Tapi tidak dijamin Anda sukses membersihkan hati, apalagi kotoran hati sesamar debu. Diperlukan perjuangan berat dan panjang (jihadul akbar) untuk menjaga kebersihan hati.  Daripada melagukan lagu-lagu tidak bermutu, lebih baik Anda sering-sering melantunkan syair ini:  “Jagalah hati, jangan kau kotori. Jagalah hati, lentera hidup ini. Bersihkan hati, dari iri dan dengki; Bersihkan hati, untuk ridla ilahi”.
 
sumber:
http://sunan-ampel.ac.id/kolom-akademisi/1518-kalbu-tak-berdebu.html

Tidak ada komentar: