Sabtu, 20 Oktober 2012

"Apakah Mayyit ini Orang Baik?" "Baik...!"

Ketika seseorang muslim meninggal dunia sudah menjadi kewajiban bagi muslim yang ditinggalkan untuk mengurusnya. Mulai dari menyiapkan penguburan, mengkafani hingga mendirikan shalat jenazah. Hal ini merupakan tuntunan syariat  yang telah berlaku sebagai tradisi di masyarakat.Diantara rangkaian urusan jenazah, adalah Ibro’ yang dilakukan sebelum mayyit berangkat ke pemakaman. Ibro’ adalah permohonan maaf dan penyelesaian hutang piutang dari keluarga yang ditinggalkan kepada masyarakat, keluarga atau sanak family.
Dalam ibro’ juga dilakukan isyhad yaitu kesaksian terhadap mayyit. Pada praktiknya isyhad biasa dipimpin oleh seorang imam yang bertanya dengan lantang, “Apakah si A (mayyit) ini orang baik?” jama’ah dan hadirin serentak akan menjawab “baik”, begitu secara tradisi diulang hingga tiga kali. Hal ini berdasar pada satu hadits Rasulullah yang menerangkan bahwa kesaksian orang muslim atas kebaikan saudaranya bisa menjadi faktor pendukung menuju surga.
قال رسول الله صلى الله عليه وسلم أَيُّمَا مُسْلِمٍ شَهِدَ لَهُ أَرْبَعَةٌ بِخَيْرٍ أَدْخَلَهُ اللَّهُ الْجَنَّةَ . قُلْنَا وَثَلاَثَةٌ قَالَ وَثَلاَثَةٌ . قُلْتُ وَاثْنَانِ قَالَ وَاثْنَانِ . ثُمَّ لَمْ نَسْأَلْهُ عَنِ الْوَاحِدِ
Nabi bersabda: Setiap muslim yang disaksikan sebagai orang baik oleh 4 orang, Allah akan memasukkannya ke surga. Kami (para sahabat) bertanya “kalau disaksikan 3 orang ya Rasul?” Rasul menjawab “Ya 3 orang juga (akan masuk surga)”,   Kami (para sahabat) bertanya lagi “kalau disaksikan2 orang ya Rasul? Rasul menjawab “Ya 2 orang juga (akan masuk surga)”. Dan kami (para sahabat) tidak menanyakan mengenai kesaksian satu orang.  
Isyhad secara filosofis adalah usaha untuk mengingatkan kebaikan-kebaikan mayyit selama hidupnya, agar dikenang oleh mereka yang ditinggalkan. Selain itu, isyhad juga memberikan optimisme kepada keluarga bahwa kebaikan mayyit menjadi modal tersendiri dalam menghadapi alam kematian.
Bahkan dalam kitab Al-Adzkar ,Imam Nawawi menganjurkan untuk menyebutkan kebaikan-kebaikan mayyit dan memujinya.
ويستحب الثناء على الميت وذكر محاسنه
Begitu pula anjuran dalam Fathul Wahhab, hal ini didasarkan kepada Hadits Riwayat Ibnu Hibban dan Hakim “sebutlah kebaikan seseorang yang meninggal dunia dan hindari membuka aibnya.”
اذكروا محاسن موتكم وكفوا عن مساويهم
Demikianlah, betapa tradisi disekitar kita yang terasa sebagai kebiasaan ternyata memiliki dasar hukum dalam syariat, yang apabila diniati dengan benar memilki nilai ibadah.

Tidak ada komentar: