Antologi Puisi
permainan kelam
nyanyian sang diam kembali merayap
merasuki, akhirnya beri jeda dalam senyap
hancur rasa menusuk, namun hanya hadir
kepingan hasrat terserak, torehkan getir
menjelma menjadi luka batin tanpa kendali
ketukan nada sang bisu kini terdengar
denyut emosi dan nadi cinta mulai menggelegar
harap jerat pelangi menyayat, memberi riap
pada potongan jiwa yang telah sesat akan gelap
bubuhkan pahit pada rasa yang dikecap
tutur kata sang bijak terasa mendekat
menarik sadar, lelah mengembara di padang kemunafikan
menyadari tinta kelam kembali tertumpah pada angan
ingin satu jawab, jujur yang harus terucap
walau tak kupungkiri, asaku tersayat tanpa mampu menyatu kembali…
Kecewa Akan Cinta
Terkadang Masa lalu menjadi sebuah kenangan
Terkadang sebuah kenangan menjadi penantian
Entahlah..entahlah…
Dalam hatiku berkecamuk rasa tak menentiu
Dicintai salah…mencintaipun juga salah
Terkadang ingin bebas lepas terhempas
Dimana tidak ada penderitaan
Bebas berlari tertawa dan bernyanyi sesuka hati
Tapi duniaku penuh dengan penyesalan…
Tetesan air mata dan misteri akan kekejaman
Tempat dimana bertemu dengan orang tercinta
Dia meninggalkanku dengan dendam yang terpendam
Ada rahasia dibalik kehidupannya yang tak pernah kutahu
Perlahan diriku menyadari akan sebuah kemunafikan
Oh,,Tuhann sungguh kecewa diriku…
Kecewa…kecewa… akan cinta…
Setitik Api Dalam Embun Malam
Menetes titik air, jatuh
pada kulit tangan
sejenak terasa sepi dan dingin,
kemudian terpikir semua itu adalah embun malam ini.
Namun bisuku tetap
menjelang sebagai prasasti yang angkuh.
Dalam malam ini telah
menjelma sebagai api yang menyala
menjulang langit dengan jilatan amarah.
Embun malam membasahi kulit tanganku
hinggap sejenak memberikan rasa dingin,
kemudian jatuh ke tanah.
Setitik embun yang telah jatuh ke tanah
membawa setitik api dari
tubuh yang menanggung amarah.
Menyampaikan pada kelembutan tanah
untuk menumbuhkan sebagai sebuah maaf
di pagi yang akan segera tiba.
-Katjha-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar