Rabu, 22 Desember 2010

Membangun Kepercayaan Diri Menulis

Pak Hernowo, saya sudah mengikuti petunjuk bapak untuk membiasakan diri menulis meski pembiasaan saya itu sebatas menulis di buku catatan harian. Saya juga mencoba senantiasa membaca terlebih dahulu bacaan yang saya sukai. Sehabis membaca, berapa pun yang saya dapat dari membaca, saya lantas menuliskan (atau dalam bahasa bapak, “mengikat”) sesuatu yang saya peroleh dari membaca. Hanya, Pak Hernowo, saya kok masih tidak percaya diri dalam menuliskan sesuatu ya Pak? Apakah saya memang tidak punya bakat menulis sehingga tulisan saya memang tak bisa bagus atau ada faktor lain yang belum saya lakukan untuk membuat tulisan yang dapat menumbuhkan rasa percaya diri saya? Mohon bantuannya, Pak. Terima kasih atas tanggapan atau komentar Pak Hernowo.

Masalah tidak percaya diri ini memang masalah yang cukup pelik. Di bidang apa pun, tak hanya menulis, ketidakpercayaan diri akan melanda baik yang sudah profesional maupun pemula. Atlet-atlet yang sudah malang melintang dalam mengikuti pertandingan, kadang juga masih terlanda masalah ini. Orator-orator ulung yang fasih dalam menyampaikan pidatonya juga masih mungkin terkena rasa tidak percaya diri. Bahkan, John Steinbeck, peraih hadiah Nobel sastra perlu mengasingkan diri ketika ingin mengawali menulis novel barunya karena ketidakpercayaan diri ini.

Bagi saya, ketidakpercayaan diri ini dapat dikategorikan sebagai "writer's block" dalam konteks nonteknis. Dalam bahasa yang lain, masalah ini masuk dalam problem menulis yang bersifat nonteknis. Oleh sebab itu, cara mengatasinya pun perlu menggunakan cara-cara yang bukan teknis. Salah satu cara yang paling ampuh dan sering saya gunakan adalah dengan "free writing" sebagaimana yang diajarkan oleh Natalie Goldberg dan Peter Elbow. Saya kadang juga memanfaatkan teknik "opening up" yang dianjurkan oleh psikolog James W. Pennebaker.

Lho, "free writing" atau menulis bebas kan teknik menulis? Benar, tetapi teknik menulis bebas ini bukan sembarang teknik. Teknik ini juga bukan sekadar kita menulis dengan sesuka hati atau "ngawur" ketika memulai menulis. Memang, boleh saja kita sesuka hati ketika mengawali menulis; namun, dalam keadaan yang sesuka hati itu kita harus dapat merasakan apakah di dalam diri kita kemudian muncul rasa nyaman dan plong? Jadi, bukan tekniknya yang ditekankan, tetapi bagaimana kita merasakan keadaan yang nyaman dan lega itu.

Ketika kita berhasil menjalankan pembiasaan menulis dan merasakan proses menulis itu menyamankan kita, insya Allah ini akan dapat memupuk rasa percaya diri kita. Nah, apakah selama Anda menjalankan pembiasaan menulis itu Anda telah merasakan kenyamanan dan kelegaan? Apa pun hasil tulisan Anda memang tidak penting ketika Anda membebaskan diri Anda menulis. Yang lebih dipentingkan adalah prosesnya. Cobalah untuk merasakan prosesnya ketika Anda membiasakan diri menulis.

Jika Anda dapat benar-benar dapat merasakan prosesnya dan Anda mengalami sebuah kenyamanan, kehangatan, kelegaan, kesenangan, dan rasa lain yang membangkitkan semangat dan gairah Anda menulis, saya kok yakin bahwa rasa percaya diri menulis itu akan terbangun sedikit demi sedikit.[]

Tidak ada komentar: