Jumat, 29 Oktober 2010

Qanaah

Hidup mulia dalam pandangan Allah SWT sejatinya dapat dicapai dengan mengedepankan sikap qanaah. Mereka yang bersikap qanaah akan selalu merasa cukup dan ridha atas pemberian Allah SWT. Ini perwujudan rasa syukur yang hakiki. Dalam realitas kehidupan saat ini yang hedonistik, kebanyakan orang akan merasa sulit bersikap qanaah. Sebab, keberhasilan hidup hanya dilihat dari sudut pandang sempit, bertolok ukur dari sekadar atribut duniawi, seperti kekayaan harta, pangkat dan jabatan. Bagi yang tak bersikap qanaah, niscaya pikirannya hanya dipenuhi angan-angan tinggi yang melalaikan. Selalu merasa kurang dan tidak cukup, sehingga muncul sikap serakah. Juga dibarengi rasa dengki atas karunia Allah SWT kepada orang lain. Tak jarang pula untuk mewujudkan keinginannya, seseorang melakukan tindakan menyimpang dari jalan–Nya. Akibatnya, keinginan yang diraih, tak memberikan keberkahan hidup. Sebaliknya, itu akan mengakibatkan seseorang jatuh dalam kehinaan dan kesengsaraan hidup. “Dan jika Allah menghendaki kebaikan bagi kamu, maka tak ada yang dapat menolak karunia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu kepada siapa yang dikehendaki-Nya dan Dialah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang” (QS Yunus 10: 107). Ayat di atas merupakan jaminan Allah SWT atas karunia-Nya yang akan memberikan ketentraman hati. Tidak perlu ada kecemasan dan kekhawatiran, sehingga sikap qanaah akan selalu melekat kuat. “Lihatlah kepada orang yang lebih rendah dari kamu dan janganlah melihat orang yang lebih tinggi darimu. Yang demikian lebih layak agar kalian tidak meremehkan nikmat Allah” (HR Bukhari-Muslim). Dalam hadis itu, Rasullah SAW amat menekankan agar dalam urusan duniawi, kita melihat kepada orang yang lebih rendah. Jangan melihat yang lebih tinggi. Ini akan memberikan kesadaran bahwa karunia nikmat Allah SWT telah banyak diberikan agar umat senantiasa bersyukur kepada Nya, pantang berkeluh kesah maupun pantang berputus asa menjalani kehidupan. Sikap qanaah hendaknya tak diartikan pasif dan pasrah secara total dalam menyikapi keadaan yang dihadapi. “Barang siapa yang hari ini lebih baik dari kemarin sesungguhnya dia telah beruntung, barang siapa yang hari ini sama dengan kemarin, maka sesungguhnya ia telah merugi. Dan barang siapa yang hari ini lebih buruk dari kemarin, maka sesungguhnya ia terlaknat.” ( HR Dailami ). Rasulullah SAW telah memberikan dorongan dan motivasi untuk meraih kemajuan, tapi masih dalam bingkai qanaah. Selalu bersikap optimistis dalam menghadapi kehidupan dengan ikhtiar dan bertawakal kepada-Nya merupakan jalan terbaik.

Tidak ada komentar: