Jumat, 11 November 2011

HUKUM PERINGATAN HARI BESAR ISLAM

HUKUM PERINGATAN MAULID NABI, ISRO' MI'ROJ DAN NUZULUL-QUR'AN

“Kita jernihkan akal dan bersihkan hati agar tidak ada rasa sombong dan prasangka”

Akhir-akhir ini muncul perbedaan pendapat tentang hukum peringatan hari-hari bersejarah / hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Nuzulu-qur’an. Ada yang mengatakan sunnah dan sebagian memfatwakan bid’ah. Tidak jarang perbedaan pendapat berlanjut pertengkaran saat orang yang berbeda pendapat ini adu agumentasi. Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi jika kita memahami Islam dengan benar lewat Al-qur’an dan Hadits.

Untuk menentukan bahwa suatu perbuatan itu dilarang atau diperintahkan, lebih dahulu kita mulai mengenal istilah sunnah dan bid’ah. Sunnah adalah sesuatu yang pernah dilakukan, dikatakan ataupun disetujui oleh Rosululloh SAW. Sedangkan bid’ah adalah suatu perbuatan yang belum/tidak pernah terjadi pada zaman Rosululloh SAW. Kalau sunnah kita diperintahkan untuk mengikutinya, sedangkan untuk bid’ah tidak boleh dilakukan.

Tentang Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Nuzulu-qur’an minimal kita lihat dari dua sumber hukum Islam yaitu Alqur’an dan Alhadits

Alqur’an Al Karim

Kita dilahirkan oleh sejarah, maka kita diperintah untuk mempelajari sejarah baik sejarah umum maupun sejarah/siroh/biografi para Rosul dan Nabi.

Dalam Surat Al-Hasyr(59) ayat 18, Allah SWT berfirman :

“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian takut kepada Allah dan hendaklah masing-masing orang memperhatikan masa yang lalu untuk masa yang akan datang…”

Dalam Surat Al-a’rof(7) ayat 176 Allah juga berfirman :

“Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.

Tentang kisah, Alqur’an sendiri penuh dengan kisah, bahkan surat yang ke-28 diberi nama Surat Alqoshosh (kisah-kisah atau cerita-cerita). Manfaat belajar sejarah/kisah antara lain disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Yusuf(12) ayat : 111,

“sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”

Orang belajar sejarah umum saja diperintahkan baik di sekolah maupun madrasah, aneh kalau belajar sejarah Islam yang dikemas dalam acara peringatan/pengajian diharamkan. Di sekolah atau madrasah tidak menceritakan sejarah nabi dan rosul secara detail justru di acara peringatan/pengajian orang bisa mengetahui sejarah Nabi dan Rosul dengan tuntas termasuk Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, Nuzulu-qur’an.

Peringatan Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, dan Nuzulul qur’an baru bisa dikatakan bid’ah dan haram kalau dalam acara tersebut ditambah ibadah khusus misalnya : sholat maulid berjama’ah, sholat isro’ Mi’roj berjama’ah dan sholat nuzulul-qur’an berjama,ah dan ibadah khusus lainnya karena nabi tidak pernah melakukannya. Tapi kalau dalam acara peringatan hanya ada mubaligh yang menyampaikan kisah-kisah nabi atau pesan taqwa dan orang-orang yang mendengarkan itu berarti sedang terjadi proses belajar. Belajara hukumnya wajib bagi umat muslimin dan muslimat selama nyawa masih dikandung badan. Belajar bisa dengan membaca buku, mendengarkan pak guru di sekolah, mengaji di masjid, belajar dengan orang tua di rumah, kuliah di kampus, kuliah umum atau pengajian umum dan kemasan belajar lainnya.

Al-Hadits

Dalam Shohih Muslim dijelaskan, “ Beliau Nabi Muhammad ditanya oleh sahabat, mengapa beliau setiap hari senin berpuasa, Beliau menjawab : hari senin itu hari kelahiranku dan hari pertama mulai aku diutus, yaitu menerima wahyu yang pertama”

Dalam hadits di atas walaupun tidak ada teks yang berbunyi memperingati, tapi kalau dicermati dengan seksama Nabi sedang mengingat hari kelahiran atau peringatan hari kelahirannya dengan berpuasa. Nabi Muhammad tidak hanya melakukan peringatan ulang tahun (ultah) bahkan seminggu sekali (ulming).

Mari kita pelajari Islam dengan seksama, kita harus menyadarai keterbatasan sebagai manusia. Ilmu kita hanya setetes air dilautan bila dibandingkan dengan kepandaian Allah. Kita harus mempelajari hukum / ajaran islam secara mendalam tidak secara tekstual. Sehingga kita tidak mudah mengatakan itu bid’ah atau haram hanya karena keterbatasan yang kita miliki. Perbedaan pendapat adalah bukti keterbatasan kita memahami apa yang telah diajarkan Allah pada kita. Oleh karenanya menjalin kebersamaan dan berbagi ilmu diantara umat muslim merupakan suatu keniscayaan. Memisahkan diri dengan orang yang berselisih paham dengan kita bukan solusi yang islami.

Saudaraku kaum muslimin rokhima kumulloh, mari kita jalin silaturohmi dan ukhuwah islamiyyah agar umat muslim terbukti membawa rahmat bagi alam ini. Kita gunakan akal dan hati dalam perjalanan hidup. Akal membantu kita dalam berpikir, hati menuntun kita menghormati dan menghargai orang lain. Kecerdasan akal tanpa disertai hidupnya hati akan membuat kita menjadi takabur. Kita tentunya tidak melupakan sejarah/kisah antara Adam dan syetan. Karena ketakaburannya syetan dikutuk oleh Allah SWT. Astaghfitullohal’adhim…

Tidak ada komentar: