Oleh : Listyo Yuwanto
Fakultas Psikologi Universitas Surabaya
Seseorang yang masih mencintai pasangannya dan kemudian mengalami putus cinta umumnya akan menampilkan reaksi kehilangan terutama di awal-awal putus cinta. Berikut adalah gambaran reaksi putus cinta dari tinjauan psikologi mengacu pada teori yang diajukan oleh Shontz (sitat dalam Ogden, 1996).
Reaksi pertama yang muncul adalah shock. Shock ini menggambarkan kondisi kaget atau merasa tidak menduga. Beberapa karakteristik yang ditampilkan dalam bentuk shock biasanya adalah reaksi-reaksi otomatis dalam tubuh misalnya tiba-tiba kepala pusing, menangis, tenggorokan terasa kering, atau yang sering dialami adalah perasaan melayang yang tidak tergambarkan. Tinggi rendahnya shock yang mungkin dialami oleh individu bisa berbeda-beda dan tergantung pada kesiapan individu itu sendiri. Jika dalam hubungan romantis yang dijalaninya ia telah mendapatkan tanda-tanda bahwa ada aspek hubungan romantis yang telah berkurang tingkatnya, telah sering terjadi pertengkaran, ada tanda-tanda pasangan tidak lagi memberikan perhatian yang dibutuhkan, apalagi sudah ada kata-kata yang sempat keluar bagaimana kalau hubungan diakhiri, maka saat menerima kenyataan putus hubungan dengan pasangan meskipun shock ia telah mengerti apa dasarnya atau apa penyebabnya. Berbeda dengan individu yang merasa bahwa hubungan romantis yang dijalaninya biasa-biasa saja tidak ada masalah berarti tiba-tiba berakhir. Tingkat shock nya kemungkinan besar akan tinggi bila dibandingkan ia telah mengetahui sebelumnya bahwa di hubungan romantis yang dijalani telah terdapat masalah yang memungkinkan untuk berakhir.
Jadi tidak mengherankan ketika kita mengetahui ataupun mendengarkan berita ketika ada orang yang putus cinta bisa menampilan bentuk-bentuk perilaku menangis dengan keras, diam tidak bisa bereaksi apa-apa, kepala terasa kosong tidak bisa berpikir atau gelap mata dengan memecah barang-barang yang ada di sekitarnya ataupun seperti orang yang linglung. Kondisi ini disebabkan karena individu mengalami shock.
Kedua adalah encounter reaction. Bentuk reaksi ini merupakan kelanjutan dari shock. Pada fase ini dicirikan dengan pikiran kacau, perasaan kehilangan, tidak percaya, sedih, merasa tidak berdaya, dan merasa diri tidak berguna. Reaksi ini merupakan bentuk ketidak inginan kehilangan sesuatu yang dimiliki, namun akhirnya mengalami kehilangan. Kondisi encounter reaction bisa terjadi pada pihak yang memutuskan hubungan ataupun pada pihak yang diputuskan, namun secara umum kondisi ini lebih sering dialami oleh individu yang diputuskan hubungannya oleh pasangan. Ketika individu diputus maka ia secara sepihak langsung akan melihat bahwa dirinya adalah individu yang memiliki kekurangan sehingga orang yang disayanginya ”membuangnya”. Ia tidak layak untuk dipertahankan sebagai pasangan, ia merasa bahwa ia bukan pasangan yang baik. Perasaan bersalah lebih menguasai dirinya sehingga membuat simpulan bahwa dirinya adalah pihak yang bersalah dan menjadi penyebab putusnya hubungan. Pada fase ini individu dapat mengalami yang disebut kondisi self blame, yaitu kondisi menyalahkan diri sendiri sebagai penyebab putusnya hubungan disertai dengan tingkat menyalahkan diri sendiri secara berlebihan atau tidak pada proporsinya. Berdasarkan kajian adversity quotient (AQ) individu yang terlalu merasa bahwa dirinya adalah penyebab kesalahan dan harus bertanggungjawab sepenuhnya (origin & ownerhip) menyebabkan kemampuan untuk menghadapi masalah atau kesulitan menjadi berkurang atau kurang baik. Kajian adversity quotient memberikan gambaran bahwa individu yang memiliki AQ yang tinggi seharusnya memiliki origin dan ownership yang sewajarnya. Artinya dalam menghadapi suatu masalah atau kesulitan termasuk putus cinta, individu dapat menyadari bahwa ia juga berperan dalam putus cinta tersebut dan bertanggungjawab terhadap masalah yang dihadapi pada proporsi yang wajar.
Reaksi ketiga adalah retreat. Tahapan ini dicirikan dengan menolak kenyataan yang telah terjadi. Individu yang mengalami putus cinta biasanya akan menolak bahwa telah mengalami putus cinta meskipun pada kenyataannya telah mengalami putus cinta. Reaksi penolakan telah mengalami putus cinta adalah bentuk pertahanan diri (mekanisme pertahanan) untuk melindungi diri individu dari perasaan yang tidak nyaman. Putus cinta adalah kondisi tidak nyaman ketika pada dasarnya individu masih menyayangi pasangannya dan tidak ingin hubungan romantis yang telah dijalani berakhir. Karena ia tidak mampu mempertahankan hubungan romantis biasanya ia akan sedih dan kecewa. Untuk menghibur diri maka individu biasanya akan menyatakan bahwa dirinya tidak merasa sedih, untung putus cinta ia bisa melakukan banyak hal lain yang lebih berguna, ia merasa bahwa selama ini hubungan yang telah dijalani tidak bermanfaat. Intinya individu yang mengalami putus cinta umumnya menyatakan penolakan bahwa ia mengalami kekecewaan akibat putus cinta untuk melindungi diri dari ketidaknyamanan yang muncul dalam diri sendiri.
Mengapa individu yang mengalami putus cinta menunjukkan reaksi-reaksi tersebut? Karena individu yang mengalami putus cinta bergerak dari kondisi nyaman ke kondisi tidak nyaman. Individu memiliki kebutuhan afeksi, oleh karena itu ia menjalin hubungan romantis dengan pasangannya. Hubungan biasa dengan lawan jenis tidak bisa memenuhi kebutuhan afeksinya. Saat menjalin hubungan romantis ia mendapatkan pemuasan kebutuhan afeksi. Saat putus cinta dengan kata lain hubungan romantisnya berakhir dan ia sendiri tidak menghendakinya maka kondisi nyamannya dipaksa untuk bergerak ke arah tidak nyaman dengan ciri tidak ada lagi pemuasan kebutuhan afeksi yang didapatkan dari pasangan.
Sumber referensi :
Ogden, J. (1996). Health psychology : A textbook. Buckingham : Open University Press.
Yuwanto, L. (2010). Putus cinta : Kajian perspektif psikologi. Surabaya : Putra Media Nusantara
© 2011 Universitas Surabaya. Artikel yang ada di halaman ini merupakan artikel yang ditulis oleh staf Universitas Surabaya. Anda dapat menggunakan informasi yang ada pada halaman ini pada situs Anda dengan menuliskan nama penulis dan memasang backlink dengan alamat http://www.ubaya.ac.id/ubaya/articles_detail/24/Reaksi-Umum-Putus-Cinta.html
semua tak sama.... apa yang ku lihat.... apa yang ku sentuh.... apa yang ku rasa... tak pernah sama....
Selasa, 15 November 2011
Sabtu, 12 November 2011
Arti Pendidikan Karakter
Seperti terminologi lainnya, tidak ada defenisi tunggal untuk pendidikan karakter. Secara etimologis, karakter berarti watak atau tabiat. Ada juga yang menyamakannya dengan kebiasaan. Selain itu ada yang mengaitkannya dengan keyakinan. Bahkan disamakan dengan akhlak.
Dari pengertian ini, yang jelas karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Karenanya, menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku.
Lalu dimanakah letak karakter dalam diri seseorang? Inipun sulit dijawab. Namun ada “hukum” yang menarik terkait karakter. Kira-kira begini bunyinya: pikiran menghasilkan ucapan; ucapan mempengaruhi tindakan; tindakan menghasilkan kebiasaan; kebiasaan membentuk karakter; karakter menentukan nasib.
Ternyata, hal yang paling mendasar dalam pembentukan karakter itu tiada lain adalah pikiran. Maklumlah, dalam pikiran itulah semua tindakan manusia itu diprogram. Bermula dari pikiran itulah, baik buruknya tindakan manusia berasal. Bilamana pikirannya positif, maka tindakannya positif dan sebaliknya.
Oleh sebab itu, pikiran harus mendapatkan asupan yang baik agar menghasilkan asupan yang baik agar menghasilkan tindakan yang baik. Dalam konteks inilah pendidikan karakter sangat penting guna memberikan asupan yang baik itu. Kenyataannya, secara intrinsik yang namanya pendidikan bertujuan memberikan pikiran-pikiran positif. Jadi kloplah pasangan kata pendidikan dan karakter ini.
Empat Dimensi Pendidikan Karakter
Mencermati konsep dasar pendidikan, karakter yang dikembangkan Kemdiknas, tampaklah di sana empat dimensinya. Empat dimensi pendidikan karakter meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga, dan oleh karsa.
Yang patut dicatat dalam empat dimensi ini adalah keterkaitan di antara mereka satu sama lain dilambangkan dengan empat lingkaran yang saling mengikat. Maknanya, karakter seorang individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi itu tumbuh dan berkembang dalam diri yang bersangkutan.
Tidak sempurna pribadi seseorang jika hanya pintar saja (olah otak). Apa artinya jika kepandaian jika tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, kemanusiaan, dan kesosialan serta kewargaan. Karena itu perlu olah hati.
Tentu saja, selain otak dan hatinya perlu berkembang, manusia juga perlu berkembang raga dan karsanya. Hal demikian agar ia dapat hadir di lingkungan sosialnya. Otak yang pintar dan hati yang lembut, belum sepenuhnya berguna jika belum memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya.
Sedangkan olah raga, diperlukan agar seseorang memiliki keterjagaan fisik. Dengan sehat secara fisik, maka ketiga potensi sebelumnya, otak, hati, dan rasa, dapat dimanfaatkan secara optimal. Bayangkan, jika seseorang yang pintar otaknya, lembut hatinya, banyak karsanya, namun sakit-sakitan maka ia tidak akan memberikan dampak yang maksimal bagi lingkungannya.
Nilai Inti Pendidikan Karakter
Mendiknas, M. Nuh mengibaratkan nilai-nilai pada pendidikan karakter itu, termasuk yang berada dalam empat dimensi itu -- sebagai sebuah pohon. Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti tersebut terdiri dari empat aspek.
Pertama, jujur. Semua orang tak terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan.
Kedua, cerdas. Sudah terang jujur merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi –maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri.
Ketiga, bisa berteman. Apa artinya jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus bisa berteman.
Keempat, bertanggung jawab. Inilah karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat diandalkan sekaligus membanggakan. Bukankah setiap perbuatan selalu dimintai pertanggungjawabannya?
Tujuan PK
Dalam berbagai kesempatan Mendiknas, M. Nuh menegaskan bahwa pendidikan karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini.
Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesame makhluk Tuhan tidak ada yang lebih unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong menolong.
Kedua, sebagai manusia intelektual yang memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya. Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan warga dunia.
Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity)
Kearifan Lokal untuk Pendidikan Karakter
Disadari atau tidak, sungguh amat banyak nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat yang dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan karakter. Nilai-nilai tradisi ini telah menjadi kearifan lokal yang walaupun berbeda-beda di antara suku-suku bangsa namun memiliki kesamaan yang sangat signifikan. Manakala nilai-nilai tradisional ini hendak disinkronkan dengan pendidikan karakter niscaya sangat sejalan dengan nilai inti dan tujuan pendidikan karakter.
Tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa kita, kepercayaan pada sesuatu yang supranatural menjadi bagian hidup dari kebanyakan suku bangsa. Sebelum Hindu sebagai agama yang pertama kali datang ke Indonesia, suku-suku bangsa di Tanah Air umumnya menganut animisme dan dinamisme. Mereka percaya bahwa di balik alam yang nyata itu ada kekuatan yang mengendalikan hidup mereka dan mereka memujanya. Lewat pemujaan itu mereka berharap kehidupan mereka, sanak familinya dan lingkungannya berjalan dengan baik. Atas dasar kepercayaan yang dianutnya mereka menata harmoni sosial mereka.
Ketika agama-agama masuk mulai dari Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, dan Islam, kepercayaan bangsa Indonesia kepada tuhan semakin berkembang. Sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing, setiap pemeluk agama percaya bahwa hanya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa; sedangkan manusia harus tunduk dan patuh pada titahNya termasuk menghargai sesama dan melestarikan alam sekitar.
Selanjutnya kepercayaan kepada Tuhan itu bukan saja menjadi landasan spiritual serta tuntutan dan tuntunan ritual para pemeluknya, melainkan pula menjadi sumber nilai dan norma sosial seperti kejujuran, tolong menolong, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Seperti dimaklumi, salah satu pilar keimanan adalah percaya bahwa Tuhan maha melihat. Pilar inilah yang membuat pemeluk agama merasa harus selalu jujur. Pilar lainnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Tuhan. Aspek inilah yang mendorong para pemeluk agama selalu mempertimbangkan setiap tindakannya: apakah sejalan dengan ajaran agama ataukah menyimpang. Sedangkan untuk sikap tolong menolong, setiap agama memerintahkannya minimal di anatara pemeluk agamanya masing-masing.
Di samping nilai dan norma yang bersumber dari agama, di tengah masyarakat kita dalam suku-suku bangsa Indonesia juga ada dan masih hidup nilai-nilai dan norma sosial yang bersumber dari adat. Biasanya kearifan lokal yang bersumber dari adat ini berbentuk pepatah petitih yang mengajarkan kebaikan seperti ajakan untuk menambah pengetahuan, dorongan untuk kerja keras, nasihat dalam mengumpulkan kekayaan, unggah ungguh berbahasa, cara menghormati orang lain, hingga ajaran melestarikan alam sekitar.
Secara turun temurun kearifan lokal yang bersumber dari adat istiadat itu, dan bersanding dengan kearifan lokal yang bersumber dari ajaran agama, masih terus diwariskan dan sesungguhnya masih hidup di tengah masyarakat kita. Karena itu, ketika pendidikan karakter didengungkan ulang maka sejatinya kearifan lokal itu dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter. Sebaliknya pendidikan karakter ini merevitalisasi kearifan lokal untuk dimanfaatkan dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena tokoh-tokoh pemangku kearifan lokal ini pada dasarnya masih banyak, dan pada umumnya terdidik, maka sangat terbukalah peluang mereka untuk menyandingkan pendidikan karakter dan kearifan lokal. Bilamana kita mampu menyandingkan dalam arti menunjukkan bahwa pendidikan karakter sejalan dengan nilai tradisi kita sendiri, maka efektivitas pendidikan karakter akan cepat terasa. Semoga.
Dari pengertian ini, yang jelas karakter sering dikaitkan dengan kejiwaan. Karenanya, menurut ahli psikologi, karakter adalah sistem keyakinan dan kebiasaan yang ada dalam diri seseorang yang mengarahkannya dalam bertingkah laku.
Lalu dimanakah letak karakter dalam diri seseorang? Inipun sulit dijawab. Namun ada “hukum” yang menarik terkait karakter. Kira-kira begini bunyinya: pikiran menghasilkan ucapan; ucapan mempengaruhi tindakan; tindakan menghasilkan kebiasaan; kebiasaan membentuk karakter; karakter menentukan nasib.
Ternyata, hal yang paling mendasar dalam pembentukan karakter itu tiada lain adalah pikiran. Maklumlah, dalam pikiran itulah semua tindakan manusia itu diprogram. Bermula dari pikiran itulah, baik buruknya tindakan manusia berasal. Bilamana pikirannya positif, maka tindakannya positif dan sebaliknya.
Oleh sebab itu, pikiran harus mendapatkan asupan yang baik agar menghasilkan asupan yang baik agar menghasilkan tindakan yang baik. Dalam konteks inilah pendidikan karakter sangat penting guna memberikan asupan yang baik itu. Kenyataannya, secara intrinsik yang namanya pendidikan bertujuan memberikan pikiran-pikiran positif. Jadi kloplah pasangan kata pendidikan dan karakter ini.
Empat Dimensi Pendidikan Karakter
Mencermati konsep dasar pendidikan, karakter yang dikembangkan Kemdiknas, tampaklah di sana empat dimensinya. Empat dimensi pendidikan karakter meliputi: olah pikir, olah hati, olah raga, dan oleh karsa.
Yang patut dicatat dalam empat dimensi ini adalah keterkaitan di antara mereka satu sama lain dilambangkan dengan empat lingkaran yang saling mengikat. Maknanya, karakter seorang individu dinyatakan lengkap jika keempat dimensi itu tumbuh dan berkembang dalam diri yang bersangkutan.
Tidak sempurna pribadi seseorang jika hanya pintar saja (olah otak). Apa artinya jika kepandaian jika tidak memiliki sifat-sifat ketuhanan, kemanusiaan, dan kesosialan serta kewargaan. Karena itu perlu olah hati.
Tentu saja, selain otak dan hatinya perlu berkembang, manusia juga perlu berkembang raga dan karsanya. Hal demikian agar ia dapat hadir di lingkungan sosialnya. Otak yang pintar dan hati yang lembut, belum sepenuhnya berguna jika belum memberikan kemanfaatan bagi sekitarnya.
Sedangkan olah raga, diperlukan agar seseorang memiliki keterjagaan fisik. Dengan sehat secara fisik, maka ketiga potensi sebelumnya, otak, hati, dan rasa, dapat dimanfaatkan secara optimal. Bayangkan, jika seseorang yang pintar otaknya, lembut hatinya, banyak karsanya, namun sakit-sakitan maka ia tidak akan memberikan dampak yang maksimal bagi lingkungannya.
Nilai Inti Pendidikan Karakter
Mendiknas, M. Nuh mengibaratkan nilai-nilai pada pendidikan karakter itu, termasuk yang berada dalam empat dimensi itu -- sebagai sebuah pohon. Ibarat pohon, pendidikan karakter itu memiliki akar yang karenanya pohon itu dapat tumbuh dan berkembang. Demikian pula seseorang bisa hidup dengan baik jika memiliki nilai-nilai inti karakter sebagai akar kehidupannya. Nilai inti tersebut terdiri dari empat aspek.
Pertama, jujur. Semua orang tak terkecuali orang jahat apalagi orang baik, menyukai kejujuran. Kejujuran menghasilkan kebaikan. Dengan jujur, semua masalah menjadi mudah terpecahkan.
Kedua, cerdas. Sudah terang jujur merupakan sesuatu yang mendasar dalam hidup seseorang. Namun jujur saja tetapi –maaf- bodoh kurang berarti karena itu akan lebih banyak menjadi beban bagi orang lain. Oleh sebab itu ia harus cerdas supaya bisa mengambil peran aktif dalam menjawab setiap persoalan paling tidak yang menimpa dirinya sendiri.
Ketiga, bisa berteman. Apa artinya jujur dan cerdas namun tidak bisa bergaul dengan orang lain? Orang egois, mau menang sendiri saja, dan suka menyakiti orang lain tak banyak manfaatnya walaupun jujur dan cerdas. Karenanya karakter yang harus dimiliki adalah harus bisa berteman.
Keempat, bertanggung jawab. Inilah karakter yang menjadi taruhan seseorang dalam kehidupan sosialnya. Sebagai sikap ksatria, karakter bertanggung jawab mencerminkan kepribadian yang dapat diandalkan sekaligus membanggakan. Bukankah setiap perbuatan selalu dimintai pertanggungjawabannya?
Tujuan PK
Dalam berbagai kesempatan Mendiknas, M. Nuh menegaskan bahwa pendidikan karakter bagi peserta didik Indonesia bertujuan hendak menjadikan manusia Indonesia sebagai individu yang memiliki tiga elemen sekaligus di bawah ini.
Pertama, sebagai makhluk Tuhan yang mengakui bahwa semua makhluk di hadapan Tuhan itu sama. Bahwasanya sesame makhluk Tuhan tidak ada yang lebih unggul dan lebih hebat dari yang lainnya. Jika setiap orang memiliki pikiran seperti ini, niscaya akan timbul rasa saling mengasihi antar sesama. Hidup pun menjadi rukun dan saling menghormati, toleran dengan perbedaan, dan suka tolong menolong.
Kedua, sebagai manusia intelektual yang memiliki kepenasaranan untuk tahu (curiousity) terhadap berbagai perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan demikian, seseorang akan pintar dan cerdas karena selalu berusaha menambah ilmu dan keterampilannya. Pada gilirannya, iptek yang dikuasainya tersebut dapat dimanfaatkan bukan saja untuk kepentingan dirinya sendiri melainkan juga kemaslahatan orang lain bahkan warga dunia.
Ketiga, sebgai warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang cinta dan bangga pada tanah air. Cinta dicirikan oleh rasa memiliki yang kuat pada NKRI yang berasaskan Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. Bangga diindikasikan oleh raihan prestasi yang disumbangkan pada NKRI demi kejayaan bangsa dan negara. Dengan tiga tujuan utama ini, pendidikan karakter bersifat komprehensif yang hendak menjadikan setiap anak bangsa memiliki watak yang menjunjung tinggi nilai ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan. Lebih dari itu, watak ketaqwaan, kesosialan, dan kebangsaan tidak dilakukan secara membabi buta melainkan dilaksanakan dengan penuh kesadaran karena ketiga watak ini disertai dengan watak keilmuan (curiousity)
Kearifan Lokal untuk Pendidikan Karakter
Disadari atau tidak, sungguh amat banyak nilai-nilai tradisional yang hidup dalam masyarakat yang dapat dijadikan sebagai muatan pendidikan karakter. Nilai-nilai tradisi ini telah menjadi kearifan lokal yang walaupun berbeda-beda di antara suku-suku bangsa namun memiliki kesamaan yang sangat signifikan. Manakala nilai-nilai tradisional ini hendak disinkronkan dengan pendidikan karakter niscaya sangat sejalan dengan nilai inti dan tujuan pendidikan karakter.
Tercatat dalam sejarah perjalanan bangsa kita, kepercayaan pada sesuatu yang supranatural menjadi bagian hidup dari kebanyakan suku bangsa. Sebelum Hindu sebagai agama yang pertama kali datang ke Indonesia, suku-suku bangsa di Tanah Air umumnya menganut animisme dan dinamisme. Mereka percaya bahwa di balik alam yang nyata itu ada kekuatan yang mengendalikan hidup mereka dan mereka memujanya. Lewat pemujaan itu mereka berharap kehidupan mereka, sanak familinya dan lingkungannya berjalan dengan baik. Atas dasar kepercayaan yang dianutnya mereka menata harmoni sosial mereka.
Ketika agama-agama masuk mulai dari Hindu, Budha, Konghucu, Kristen, dan Islam, kepercayaan bangsa Indonesia kepada tuhan semakin berkembang. Sesuai dengan keyakinan dan kepercayaannya masing-masing, setiap pemeluk agama percaya bahwa hanya Tuhan yang Maha Besar dan Maha Kuasa; sedangkan manusia harus tunduk dan patuh pada titahNya termasuk menghargai sesama dan melestarikan alam sekitar.
Selanjutnya kepercayaan kepada Tuhan itu bukan saja menjadi landasan spiritual serta tuntutan dan tuntunan ritual para pemeluknya, melainkan pula menjadi sumber nilai dan norma sosial seperti kejujuran, tolong menolong, bertanggung jawab dan lain sebagainya. Seperti dimaklumi, salah satu pilar keimanan adalah percaya bahwa Tuhan maha melihat. Pilar inilah yang membuat pemeluk agama merasa harus selalu jujur. Pilar lainnya, setiap perbuatan manusia akan dimintai pertanggungjawabannya kelak di hadapan Tuhan. Aspek inilah yang mendorong para pemeluk agama selalu mempertimbangkan setiap tindakannya: apakah sejalan dengan ajaran agama ataukah menyimpang. Sedangkan untuk sikap tolong menolong, setiap agama memerintahkannya minimal di anatara pemeluk agamanya masing-masing.
Di samping nilai dan norma yang bersumber dari agama, di tengah masyarakat kita dalam suku-suku bangsa Indonesia juga ada dan masih hidup nilai-nilai dan norma sosial yang bersumber dari adat. Biasanya kearifan lokal yang bersumber dari adat ini berbentuk pepatah petitih yang mengajarkan kebaikan seperti ajakan untuk menambah pengetahuan, dorongan untuk kerja keras, nasihat dalam mengumpulkan kekayaan, unggah ungguh berbahasa, cara menghormati orang lain, hingga ajaran melestarikan alam sekitar.
Secara turun temurun kearifan lokal yang bersumber dari adat istiadat itu, dan bersanding dengan kearifan lokal yang bersumber dari ajaran agama, masih terus diwariskan dan sesungguhnya masih hidup di tengah masyarakat kita. Karena itu, ketika pendidikan karakter didengungkan ulang maka sejatinya kearifan lokal itu dapat digunakan untuk memperkuat pendidikan karakter. Sebaliknya pendidikan karakter ini merevitalisasi kearifan lokal untuk dimanfaatkan dalam rangka kehidupan berbangsa dan bernegara.
Oleh karena tokoh-tokoh pemangku kearifan lokal ini pada dasarnya masih banyak, dan pada umumnya terdidik, maka sangat terbukalah peluang mereka untuk menyandingkan pendidikan karakter dan kearifan lokal. Bilamana kita mampu menyandingkan dalam arti menunjukkan bahwa pendidikan karakter sejalan dengan nilai tradisi kita sendiri, maka efektivitas pendidikan karakter akan cepat terasa. Semoga.
Jumat, 11 November 2011
ISLAM ADALAH AGAMA PENEMU SEGALA SESUATU
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa beberapa penemuan yang mengubah peradaban dunia berasal dari para ilmuwan muslim.Para ilmuwan ini mempunyai kontribusi dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan merupakan temuan awal sebelum dikembangkan oleh ilmuwan Barat lainnya.Penemuan-penemuan ilmuwan muslim ini sempat terlupakan oleh masyarakat dunia.Untuk itu sebuah Yayasan Sains, Teknologi dan Peradaban (The Foundation for Science Technology and Civilisation (FSTC) yang berpusat di London Mengadakan pameran untuk memperlihatkan dan menegaskan kepada publik tentang kontribusi peradaban non-barat yang sudah ada 1000 tahun yang lampau.
Apa saja penemuan-penemuan itu?
1. Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan.
2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.
3. Mesin Terbang
Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.
4. Universitas
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan universitas al-Qarawiyyin dan terus beroperasi selama 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.
5. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 ‘Kitab al-Jabr Wal-Mugabala’, yang diterjemahkan ke dalam buku ‘The Book of Reasoning and Balancing’. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa menjadi kekuatan.
6. Optik
“Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm,” ujar Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.
7. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.
8. Sikat Gigi
Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.
9. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini
Apa saja penemuan-penemuan itu?
1. Operasi Bedah
Sekitar tahun 1000, seorang dokter Al Zahrawi mempublikasikan 1500 halaman ensiklopedia berilustrasi tentang operasi bedah yang digunakan di Eropa sebagai referensi medis selama lebih dari 500 tahun. Diantara banyak penemu, Zahrawi yang menggunakan larutan usus kucing menjadi benang jahitan, sebelum menangani operasi kedua untuk memindahkan jahitan pada luka. Dia juga yang dilaporkan melakukan operasi caesar dan menciptakan sepasang alat jepit pembedahan.
2. Kopi
Saat ini warga dunia meminum sajian khas tersebut tetapi, kopi pertama kali dibuat di Yaman pada sekitar abad ke-9. Pada awalnya kopi membantu kaum sufi tetap terjaga ibadah larut malam. Kemudian dibawa ke Kairo oleh sekelompok pelajat yang kemudian kopi disukai oleh seluruh kerajaan. Pada abad ke-13 kopi menyeberang ke Turki, tetapi baru pada abad ke-16 ketika kacang mulai direbus di Eropa, kopi dibawa ke Italia oleh pedagang Venesia.
3. Mesin Terbang
Abbas ibn Firnas adalah orang pertama yang mencoba membuat konstruksi sebuah pesawat terbang dan menerbangkannya. Di abad ke-9 dia mendesain sebuah perangkat sayap dan secara khusus membentuk layaknya kostum burung. Dalam percobaannya yang terkenal di Cordoba Spanyol, Firnas terbang tinggi untuk beberapa saat sebelum kemudian jatuh ke tanah dan mematahkan tulang belakangnya. Desain yang dibuatnya secara tidak terduga menjadi inspirasi bagi seniman Italia Leonardo da Vinci ratusan tahun kemudian.
4. Universitas
Pada tahun 859 seorang putri muda bernama Fatima al-Firhi mendirikan sebuah universitas tingkat pertama di Fez Maroko. Saudara perempuannya Miriam mendirikan masjid indah secara bersamaan menjadi masjid dan universitas al-Qarawiyyin dan terus beroperasi selama 1.200 tahun kemudian. Hassani mengatakan dia berharap orang akan ingat bahwa belajar adalah inti utama tradisi Islam dan cerita tentang al-Firhi bersaudara akan menginspirasi wanita muslim di mana pun di dunia.
5. Aljabar
Kata aljabar berasal dari judul kitab matematikawan terkenal Persia abad ke-9 ‘Kitab al-Jabr Wal-Mugabala’, yang diterjemahkan ke dalam buku ‘The Book of Reasoning and Balancing’. Membangun akar sistem Yunani dan Hindu, aljabar adalah sistem pemersatu untuk nomor rasional, nomor tidak rasional dan gelombang magnitudo. Matematikawan lainnya Al-Khwarizmi juga yang pertama kali memperkenalkan konsep angka menjadi bilangan yang bisa menjadi kekuatan.
6. Optik
“Banyak kemajuan penting dalam studi optik datang dari dunia muslm,” ujar Hassani. Diantara tahun 1.000 Ibn al-Haitham membuktikan bahwa manusia melihat obyek dari refleksi cahaya dan masuk ke mata, mengacuhkan teori Euclid dan Ptolemy bahwa cahaya dihasilkan dari dalam mata sendiri. Fisikawan hebat muslim lainnya juga menemukan fenomena pengukuran kamera di mana dijelaskan bagaimana mata gambar dapat terlihat dengan koneksi antara optik dan otak.
7. Musik
Musisi muslim memiliki dampak signifikan di Eropa. Di antara banyak instrumen yang hadir ke Eropa melalui timur tengah adalah lute dan rahab, nenek moyang biola. Skala notasi musik modern juga dikatakan berasal dari alfabet Arab.
8. Sikat Gigi
Menurut Hassani, Nabi Muhammad SAW mempopulerkan penggunaan sikat gigi pertama kali pada tahun 600. Menggunakan ranting pohon Miswak, untuk membersihkan gigi dan menyegarkan napas. Substansi kandungan di dalam Miswak juga digunakan dalam pasta gigi modern.
9. Engkol
Banyak dasar sistem otomatis modern pertama kali berasal dari dunia muslim, termasuk pemutar yang menghubungkan sistem. Dengan mengkonversi gerakan memutar dengan gerakan lurus, pemutar memungkinankan obyek berat terangkat relatif lebih mudah. Teknologi tersebut ditemukan oleh Al-jazari pada abad ke-12, kemudian digunakan dalam penggunaan sepeda hingga kini
HUKUM PERINGATAN HARI BESAR ISLAM
HUKUM PERINGATAN MAULID NABI, ISRO' MI'ROJ DAN NUZULUL-QUR'AN
“Kita jernihkan akal dan bersihkan hati agar tidak ada rasa sombong dan prasangka”
Akhir-akhir ini muncul perbedaan pendapat tentang hukum peringatan hari-hari bersejarah / hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Nuzulu-qur’an. Ada yang mengatakan sunnah dan sebagian memfatwakan bid’ah. Tidak jarang perbedaan pendapat berlanjut pertengkaran saat orang yang berbeda pendapat ini adu agumentasi. Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi jika kita memahami Islam dengan benar lewat Al-qur’an dan Hadits.
Untuk menentukan bahwa suatu perbuatan itu dilarang atau diperintahkan, lebih dahulu kita mulai mengenal istilah sunnah dan bid’ah. Sunnah adalah sesuatu yang pernah dilakukan, dikatakan ataupun disetujui oleh Rosululloh SAW. Sedangkan bid’ah adalah suatu perbuatan yang belum/tidak pernah terjadi pada zaman Rosululloh SAW. Kalau sunnah kita diperintahkan untuk mengikutinya, sedangkan untuk bid’ah tidak boleh dilakukan.
Tentang Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Nuzulu-qur’an minimal kita lihat dari dua sumber hukum Islam yaitu Alqur’an dan Alhadits
Alqur’an Al Karim
Kita dilahirkan oleh sejarah, maka kita diperintah untuk mempelajari sejarah baik sejarah umum maupun sejarah/siroh/biografi para Rosul dan Nabi.
Dalam Surat Al-Hasyr(59) ayat 18, Allah SWT berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian takut kepada Allah dan hendaklah masing-masing orang memperhatikan masa yang lalu untuk masa yang akan datang…”
Dalam Surat Al-a’rof(7) ayat 176 Allah juga berfirman :
“Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.
Tentang kisah, Alqur’an sendiri penuh dengan kisah, bahkan surat yang ke-28 diberi nama Surat Alqoshosh (kisah-kisah atau cerita-cerita). Manfaat belajar sejarah/kisah antara lain disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Yusuf(12) ayat : 111,
“sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”
Orang belajar sejarah umum saja diperintahkan baik di sekolah maupun madrasah, aneh kalau belajar sejarah Islam yang dikemas dalam acara peringatan/pengajian diharamkan. Di sekolah atau madrasah tidak menceritakan sejarah nabi dan rosul secara detail justru di acara peringatan/pengajian orang bisa mengetahui sejarah Nabi dan Rosul dengan tuntas termasuk Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, Nuzulu-qur’an.
Peringatan Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, dan Nuzulul qur’an baru bisa dikatakan bid’ah dan haram kalau dalam acara tersebut ditambah ibadah khusus misalnya : sholat maulid berjama’ah, sholat isro’ Mi’roj berjama’ah dan sholat nuzulul-qur’an berjama,ah dan ibadah khusus lainnya karena nabi tidak pernah melakukannya. Tapi kalau dalam acara peringatan hanya ada mubaligh yang menyampaikan kisah-kisah nabi atau pesan taqwa dan orang-orang yang mendengarkan itu berarti sedang terjadi proses belajar. Belajara hukumnya wajib bagi umat muslimin dan muslimat selama nyawa masih dikandung badan. Belajar bisa dengan membaca buku, mendengarkan pak guru di sekolah, mengaji di masjid, belajar dengan orang tua di rumah, kuliah di kampus, kuliah umum atau pengajian umum dan kemasan belajar lainnya.
Al-Hadits
Dalam Shohih Muslim dijelaskan, “ Beliau Nabi Muhammad ditanya oleh sahabat, mengapa beliau setiap hari senin berpuasa, Beliau menjawab : hari senin itu hari kelahiranku dan hari pertama mulai aku diutus, yaitu menerima wahyu yang pertama”
Dalam hadits di atas walaupun tidak ada teks yang berbunyi memperingati, tapi kalau dicermati dengan seksama Nabi sedang mengingat hari kelahiran atau peringatan hari kelahirannya dengan berpuasa. Nabi Muhammad tidak hanya melakukan peringatan ulang tahun (ultah) bahkan seminggu sekali (ulming).
Mari kita pelajari Islam dengan seksama, kita harus menyadarai keterbatasan sebagai manusia. Ilmu kita hanya setetes air dilautan bila dibandingkan dengan kepandaian Allah. Kita harus mempelajari hukum / ajaran islam secara mendalam tidak secara tekstual. Sehingga kita tidak mudah mengatakan itu bid’ah atau haram hanya karena keterbatasan yang kita miliki. Perbedaan pendapat adalah bukti keterbatasan kita memahami apa yang telah diajarkan Allah pada kita. Oleh karenanya menjalin kebersamaan dan berbagi ilmu diantara umat muslim merupakan suatu keniscayaan. Memisahkan diri dengan orang yang berselisih paham dengan kita bukan solusi yang islami.
Saudaraku kaum muslimin rokhima kumulloh, mari kita jalin silaturohmi dan ukhuwah islamiyyah agar umat muslim terbukti membawa rahmat bagi alam ini. Kita gunakan akal dan hati dalam perjalanan hidup. Akal membantu kita dalam berpikir, hati menuntun kita menghormati dan menghargai orang lain. Kecerdasan akal tanpa disertai hidupnya hati akan membuat kita menjadi takabur. Kita tentunya tidak melupakan sejarah/kisah antara Adam dan syetan. Karena ketakaburannya syetan dikutuk oleh Allah SWT. Astaghfitullohal’adhim…
“Kita jernihkan akal dan bersihkan hati agar tidak ada rasa sombong dan prasangka”
Akhir-akhir ini muncul perbedaan pendapat tentang hukum peringatan hari-hari bersejarah / hari-hari besar Islam, seperti Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Nuzulu-qur’an. Ada yang mengatakan sunnah dan sebagian memfatwakan bid’ah. Tidak jarang perbedaan pendapat berlanjut pertengkaran saat orang yang berbeda pendapat ini adu agumentasi. Hal yang seharusnya tidak perlu terjadi jika kita memahami Islam dengan benar lewat Al-qur’an dan Hadits.
Untuk menentukan bahwa suatu perbuatan itu dilarang atau diperintahkan, lebih dahulu kita mulai mengenal istilah sunnah dan bid’ah. Sunnah adalah sesuatu yang pernah dilakukan, dikatakan ataupun disetujui oleh Rosululloh SAW. Sedangkan bid’ah adalah suatu perbuatan yang belum/tidak pernah terjadi pada zaman Rosululloh SAW. Kalau sunnah kita diperintahkan untuk mengikutinya, sedangkan untuk bid’ah tidak boleh dilakukan.
Tentang Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj dan Nuzulu-qur’an minimal kita lihat dari dua sumber hukum Islam yaitu Alqur’an dan Alhadits
Alqur’an Al Karim
Kita dilahirkan oleh sejarah, maka kita diperintah untuk mempelajari sejarah baik sejarah umum maupun sejarah/siroh/biografi para Rosul dan Nabi.
Dalam Surat Al-Hasyr(59) ayat 18, Allah SWT berfirman :
“Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kalian takut kepada Allah dan hendaklah masing-masing orang memperhatikan masa yang lalu untuk masa yang akan datang…”
Dalam Surat Al-a’rof(7) ayat 176 Allah juga berfirman :
“Maka ceritakanlah kisah-kisah itu agar mereka berfikir”.
Tentang kisah, Alqur’an sendiri penuh dengan kisah, bahkan surat yang ke-28 diberi nama Surat Alqoshosh (kisah-kisah atau cerita-cerita). Manfaat belajar sejarah/kisah antara lain disebutkan oleh Allah SWT dalam surat Yusuf(12) ayat : 111,
“sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal”
Orang belajar sejarah umum saja diperintahkan baik di sekolah maupun madrasah, aneh kalau belajar sejarah Islam yang dikemas dalam acara peringatan/pengajian diharamkan. Di sekolah atau madrasah tidak menceritakan sejarah nabi dan rosul secara detail justru di acara peringatan/pengajian orang bisa mengetahui sejarah Nabi dan Rosul dengan tuntas termasuk Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, Nuzulu-qur’an.
Peringatan Maulid Nabi, Isro’ Mi’roj, dan Nuzulul qur’an baru bisa dikatakan bid’ah dan haram kalau dalam acara tersebut ditambah ibadah khusus misalnya : sholat maulid berjama’ah, sholat isro’ Mi’roj berjama’ah dan sholat nuzulul-qur’an berjama,ah dan ibadah khusus lainnya karena nabi tidak pernah melakukannya. Tapi kalau dalam acara peringatan hanya ada mubaligh yang menyampaikan kisah-kisah nabi atau pesan taqwa dan orang-orang yang mendengarkan itu berarti sedang terjadi proses belajar. Belajara hukumnya wajib bagi umat muslimin dan muslimat selama nyawa masih dikandung badan. Belajar bisa dengan membaca buku, mendengarkan pak guru di sekolah, mengaji di masjid, belajar dengan orang tua di rumah, kuliah di kampus, kuliah umum atau pengajian umum dan kemasan belajar lainnya.
Al-Hadits
Dalam Shohih Muslim dijelaskan, “ Beliau Nabi Muhammad ditanya oleh sahabat, mengapa beliau setiap hari senin berpuasa, Beliau menjawab : hari senin itu hari kelahiranku dan hari pertama mulai aku diutus, yaitu menerima wahyu yang pertama”
Dalam hadits di atas walaupun tidak ada teks yang berbunyi memperingati, tapi kalau dicermati dengan seksama Nabi sedang mengingat hari kelahiran atau peringatan hari kelahirannya dengan berpuasa. Nabi Muhammad tidak hanya melakukan peringatan ulang tahun (ultah) bahkan seminggu sekali (ulming).
Mari kita pelajari Islam dengan seksama, kita harus menyadarai keterbatasan sebagai manusia. Ilmu kita hanya setetes air dilautan bila dibandingkan dengan kepandaian Allah. Kita harus mempelajari hukum / ajaran islam secara mendalam tidak secara tekstual. Sehingga kita tidak mudah mengatakan itu bid’ah atau haram hanya karena keterbatasan yang kita miliki. Perbedaan pendapat adalah bukti keterbatasan kita memahami apa yang telah diajarkan Allah pada kita. Oleh karenanya menjalin kebersamaan dan berbagi ilmu diantara umat muslim merupakan suatu keniscayaan. Memisahkan diri dengan orang yang berselisih paham dengan kita bukan solusi yang islami.
Saudaraku kaum muslimin rokhima kumulloh, mari kita jalin silaturohmi dan ukhuwah islamiyyah agar umat muslim terbukti membawa rahmat bagi alam ini. Kita gunakan akal dan hati dalam perjalanan hidup. Akal membantu kita dalam berpikir, hati menuntun kita menghormati dan menghargai orang lain. Kecerdasan akal tanpa disertai hidupnya hati akan membuat kita menjadi takabur. Kita tentunya tidak melupakan sejarah/kisah antara Adam dan syetan. Karena ketakaburannya syetan dikutuk oleh Allah SWT. Astaghfitullohal’adhim…
hari bersejarah dalam islam
UMAT MUSLIM setiap tahun merayakan hari besar Islam yang merupakan bentuk peringatan terhadap berbagai peristiwa penting dalam sejarah Islam. Perayaan hari besar tersebut ditandai dengan kegiatan ibadah, seperti pengajian, puasa, ceramah agama, maupun salat. Berikut adalah beberapa peringatan hari besar Islam yang diperingati oleh umat muslim.
Tahun baru Hijriah (1 Muharam)
Tarikh Hijriah atau penanggalan Hijriah dihitung sejak hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M. Hijrah Nabi SAW dapat diartikan sebagai berpindahnya umat muslimin dari Mekah ke Madinah serta usaha menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Pengagungan kaum muslim terhadap besarnya arti hijrah Nabi SAW terlihat dengan digunakannya peristiwa tersebut sebagai permulaan kalender Islam. Penetapan tahun Hijriah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun keempat ia menjadi Khalifah atau tahun ke-17 setelah hijrah. Perhitungan kalender ini ditentukan berdasarkan perubahan posisi bulan, yakni satu tahun Hijriah berlangsung selama 354 hari, lebih pendek 11 hari dibandung tahun Masehi.
Maulid Nabi SAW (12 Rabiulawal)
Maulid Nabi SAW merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi SAW diperingati sebagai perwujudan kecintaan umat Islam untuk mengikuti jejaknya. Di Indonesia, Maulid Nabi SAW selalu diperingati setiap tahun oleh masyarakat Islam. Sebagian muslim Indonesia merayakan dengan cara tradisional seperti membaca Barzanji (kitab berbahasa Arab yang berisi syair pujian kepada Nabi SAW), tahlil dan doa bersama. Peringatan Maulid Nabi SAW dibeberapa daerah di Indonesia disertai pula dengan ritual keagamaan, seperti di Cirebon, Yogyakarta, Surakarta dan Aceh. Peringatan sekaten (dari kata "syahadatain") di keraton Yogyakarta dan Surakarrta merupakan bentuk peringatan Maulid Nabi SAW yang dikenalkan pertama kali oleh Raden Patah dari Kesultanan Demak pada abad ke-16. Acara sekaten ditandai dengan dibuatnya "gunungan", yaitu aneka makanan dan hasil humi yang dibentuk menyerupai sebuah gunung, yang diperebutkan oleh masyarakat sebagai simbol kebesaran Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta. Pada masa sekarang, sekaten berkembang menjadi sebuah pesta rakyat dengan berbagai macam pertunjukan kesenian dan pasar malam.
Muslim Sunni merayakan Maulid pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakan Maulid pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.
Mengenai Maulid, memang ada dua pendapat. Sebagian besar menganjurkan, dan sebagian kecil menganggap Bid'ah. Khususnya yang berfaham Salafiyah dan Wahhabi, sebagian dari mereka menganggap bid'ah.
Isra Mikraj (27 Rajab)
Perjalanan Nabi SAW pada malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaksa di Yerusalem disebut Isra, sedangkan mikraj adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidilaksa sampai ke langit ketujuh dari Sidratulmuntaha. Nabi SAW melakukan Isra dan Mikraj ditemani Malaikat Jibril dan mengendarai burak (buroq) yang berarti "kilat" dan naik ke langit melalui beberapa tingkatan menuju Baitulmakmur, Sidratulmuntaha, arasy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan). Hakikat dari peristiwa Isra Mikrah ini adalah perintah salah yang diterima Nabi SAW dari Allah SWT. Pada mulanya Allah SWT memberi perintah melaksanakan salat 50 waktu sehari semalam, namun NAbi SAW meminta keringanan dan Allah SWT mengurangi waktu salat menjadi 5 kali sehari semalam. Peringatan Isra Mikraj di Indonesia biasanya diisi dengan ceramah mengenai arti dan hikmah peristiwa tersebut.
Nuzulul Qur'an (17 Ramadan)
Nuzulul Qur'an merupakan peringatan turunnya Al-Qur'an untuk pertama kali. Allah SWT menurunkan wahyu berupa lima ayat pertama surah al-'Alaq kepada Nabi SAW melalui Malaikat Jibril. Peringatan ini bermakna penting bagi umat Islam karena Al-Qur'an menjadi pedoman manusia dalam membedakan yang benar dan yang batil.
Idul Fitri (1 Syawal)
Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu hari besar Islam yang diperingati setiap 1 Syawal. Datangnya hari raya Isudl Fitri umumnya disambut dengan sukacita, terutama bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan. Idul Fitri mengandung makna kembalinya manusia kepada keadaan sucinya, sesuai fitrah, untuk mematuhi tetanan kehidupan yang diridhai Allah SWT. Idul Fitri juga menjadi puncak kemenangan manusia melawan hawa nafsunya. Pada hari raya Idul Fitri umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri berjemaah. Masyarakat muslim di Indonesia mempunyai kebiasaan untuk mengadakan pertemuan yang biasa disebut "halal bi halal" dengan maksud mempererat hubungan silaturahmi dan saling memaafkan kesalahan.
Idul Adha (10 Zulhijah)
Hari raya Idul Adha diperingati umat Islam setiap tanggal 10 Zulhijah. Pada tanggal tersebut umat muslim dari seluruh dunia melakukan ibadah haji di Tanah Suci. Idul Adha disebut juga hari raya kurban. Kata "adha" adalah bentuk jamak dari kata dahiliyah, berarti "hewan kurban". Hal ini berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim AS ketika ia diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih Ismail, anaknya dari Hajar. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya melaksanakan perintah itu. Pada akhirnya ketika hal tersebut dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha, sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Kisah Nabi Ibrahim AS memberikan keteladanan bagi umat Islam untuk mematuhi perintah Allah SWT. Idul Adha mengandung makna ganda yaitu kebahagian umat Islam yang diwujudkan dengan penyembelihan hewan kurban dan kebahagiaan umat Islam karena dapat menunaikan ibadah haji dan memenuhi panggilan-Nya.
Referensi
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Prof. Dr. Nurcholish Madjid, etc. Ensiklopedi Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2005.
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Dr. Ahmad Qodri Abdillah Azizy, MA, Dr. A. Chaeruddin, SH., etc. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2008, Editor : Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, MA.
Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.
Tahun baru Hijriah (1 Muharam)
Tarikh Hijriah atau penanggalan Hijriah dihitung sejak hijrah Nabi Muhammad SAW dari Mekah ke Madinah pada tahun 622 M. Hijrah Nabi SAW dapat diartikan sebagai berpindahnya umat muslimin dari Mekah ke Madinah serta usaha menjauhkan diri dari perbuatan dosa. Pengagungan kaum muslim terhadap besarnya arti hijrah Nabi SAW terlihat dengan digunakannya peristiwa tersebut sebagai permulaan kalender Islam. Penetapan tahun Hijriah dilakukan oleh Khalifah Umar bin Khattab pada tahun keempat ia menjadi Khalifah atau tahun ke-17 setelah hijrah. Perhitungan kalender ini ditentukan berdasarkan perubahan posisi bulan, yakni satu tahun Hijriah berlangsung selama 354 hari, lebih pendek 11 hari dibandung tahun Masehi.
Maulid Nabi SAW (12 Rabiulawal)
Maulid Nabi SAW merupakan peringatan hari kelahiran Nabi Muhammad SAW. Maulid Nabi SAW diperingati sebagai perwujudan kecintaan umat Islam untuk mengikuti jejaknya. Di Indonesia, Maulid Nabi SAW selalu diperingati setiap tahun oleh masyarakat Islam. Sebagian muslim Indonesia merayakan dengan cara tradisional seperti membaca Barzanji (kitab berbahasa Arab yang berisi syair pujian kepada Nabi SAW), tahlil dan doa bersama. Peringatan Maulid Nabi SAW dibeberapa daerah di Indonesia disertai pula dengan ritual keagamaan, seperti di Cirebon, Yogyakarta, Surakarta dan Aceh. Peringatan sekaten (dari kata "syahadatain") di keraton Yogyakarta dan Surakarrta merupakan bentuk peringatan Maulid Nabi SAW yang dikenalkan pertama kali oleh Raden Patah dari Kesultanan Demak pada abad ke-16. Acara sekaten ditandai dengan dibuatnya "gunungan", yaitu aneka makanan dan hasil humi yang dibentuk menyerupai sebuah gunung, yang diperebutkan oleh masyarakat sebagai simbol kebesaran Allah SWT sebagai Sang Maha Pencipta. Pada masa sekarang, sekaten berkembang menjadi sebuah pesta rakyat dengan berbagai macam pertunjukan kesenian dan pasar malam.
Muslim Sunni merayakan Maulid pada tanggal 12 Rabiul Awal sedangkan muslim Syiah merayakan Maulid pada tanggal 17 Rabiul Awal, yang juga bertepatan dengan ulang tahun Imam Syiah yang keenam, yaitu Imam Ja'far ash-Shadiq.
Mengenai Maulid, memang ada dua pendapat. Sebagian besar menganjurkan, dan sebagian kecil menganggap Bid'ah. Khususnya yang berfaham Salafiyah dan Wahhabi, sebagian dari mereka menganggap bid'ah.
Isra Mikraj (27 Rajab)
Perjalanan Nabi SAW pada malam hari dari Masjidilharam di Mekah ke Masjidilaksa di Yerusalem disebut Isra, sedangkan mikraj adalah perjalanan Nabi SAW dari Masjidilaksa sampai ke langit ketujuh dari Sidratulmuntaha. Nabi SAW melakukan Isra dan Mikraj ditemani Malaikat Jibril dan mengendarai burak (buroq) yang berarti "kilat" dan naik ke langit melalui beberapa tingkatan menuju Baitulmakmur, Sidratulmuntaha, arasy (takhta Tuhan), dan kursi (singgasana Tuhan). Hakikat dari peristiwa Isra Mikrah ini adalah perintah salah yang diterima Nabi SAW dari Allah SWT. Pada mulanya Allah SWT memberi perintah melaksanakan salat 50 waktu sehari semalam, namun NAbi SAW meminta keringanan dan Allah SWT mengurangi waktu salat menjadi 5 kali sehari semalam. Peringatan Isra Mikraj di Indonesia biasanya diisi dengan ceramah mengenai arti dan hikmah peristiwa tersebut.
Nuzulul Qur'an (17 Ramadan)
Nuzulul Qur'an merupakan peringatan turunnya Al-Qur'an untuk pertama kali. Allah SWT menurunkan wahyu berupa lima ayat pertama surah al-'Alaq kepada Nabi SAW melalui Malaikat Jibril. Peringatan ini bermakna penting bagi umat Islam karena Al-Qur'an menjadi pedoman manusia dalam membedakan yang benar dan yang batil.
Idul Fitri (1 Syawal)
Hari raya Idul Fitri merupakan salah satu hari besar Islam yang diperingati setiap 1 Syawal. Datangnya hari raya Isudl Fitri umumnya disambut dengan sukacita, terutama bagi mereka yang telah melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadan. Idul Fitri mengandung makna kembalinya manusia kepada keadaan sucinya, sesuai fitrah, untuk mematuhi tetanan kehidupan yang diridhai Allah SWT. Idul Fitri juga menjadi puncak kemenangan manusia melawan hawa nafsunya. Pada hari raya Idul Fitri umat Islam melaksanakan salat Idul Fitri berjemaah. Masyarakat muslim di Indonesia mempunyai kebiasaan untuk mengadakan pertemuan yang biasa disebut "halal bi halal" dengan maksud mempererat hubungan silaturahmi dan saling memaafkan kesalahan.
Idul Adha (10 Zulhijah)
Hari raya Idul Adha diperingati umat Islam setiap tanggal 10 Zulhijah. Pada tanggal tersebut umat muslim dari seluruh dunia melakukan ibadah haji di Tanah Suci. Idul Adha disebut juga hari raya kurban. Kata "adha" adalah bentuk jamak dari kata dahiliyah, berarti "hewan kurban". Hal ini berkaitan dengan kisah Nabi Ibrahim AS ketika ia diperintahkan Allah SWT untuk menyembelih Ismail, anaknya dari Hajar. Tanpa ragu, Ismail meminta ayahnya melaksanakan perintah itu. Pada akhirnya ketika hal tersebut dilaksanakan, Allah SWT mengganti Ismail dengan seekor kambing. Peristiwa ini selalu diperingati setiap tahun dengan menyembelih hewan kurban pada hari Idul Adha, sebagai bentuk pendekatan diri kepada Allah SWT. Kisah Nabi Ibrahim AS memberikan keteladanan bagi umat Islam untuk mematuhi perintah Allah SWT. Idul Adha mengandung makna ganda yaitu kebahagian umat Islam yang diwujudkan dengan penyembelihan hewan kurban dan kebahagiaan umat Islam karena dapat menunaikan ibadah haji dan memenuhi panggilan-Nya.
Referensi
Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Prof. Dr. Abdul Aziz Dahlan, Prof. Dr. Nurcholish Madjid, etc. Ensiklopedi Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2005.
Prof. Dr. Nurcholish Madjid, Prof. Dr. Azyumardi Azra, MA, Dr. Ahmad Qodri Abdillah Azizy, MA, Dr. A. Chaeruddin, SH., etc. Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Penerbit PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, Jakarta, 2008, Editor : Prof. Dr. Taufik Abdullah, Prof. Dr. M. Quraish Shihab, Prof. Dr. H. Ahmad Sukardja, MA.
Sami bin Abdullah bin Ahmad al-Maghluts, Atlas Sejarah Para Nabi dan Rasul, Mendalami Nilai-nilai Kehidupan yang Dijalani Para Utusan Allah, Obeikan Riyadh, Almahira Jakarta, 2008.
Dr. Syauqi Abu Khalil, Atlas Al-Quran, Membuktikan Kebenaran Fakta Sejarah yang Disampaikan Al-Qur'an secara Akurat disertai Peta dan Foto, Dar al-Fikr Damaskus, Almahira Jakarta, 2008.
Tim DISBINTALAD (Drs. A. Nazri Adlany, Drs. Hanafi Tamam, Drs. A. Faruq Nasution), Al-Quran Terjemah Indonesia, Penerbit PT. Sari Agung, Jakarta, 2004
Departemen Agama RI, Yayasan Penyelenggara Penerjemah/Penafsir Al-Quran, Syaamil Al-Quran Terjemah Per-Kata, Syaamil International, 2007.
alquran.bahagia.us, al-quran.bahagia.us, dunia-islam.com, Al-Quran web, PT. Gilland Ganesha, 2008.
Muhammad Fu'ad Abdul Baqi, Mutiara Hadist Shahih Bukhari Muslim, PT. Bina Ilmu, 1979.
Al-Hafizh Zaki Al-Din 'Abd Al-'Azhum Al Mundziri, Ringkasan Shahih Muslim, Al-Maktab Al-Islami, Beirut, dan PT. Mizan Pustaka, Bandung, 2008.
M. Nashiruddin Al-Albani, Ringkasan Shahih Bukhari, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 2008.
Al-Bayan, Shahih Bukhari Muslim, Jabal, Bandung, 2008.
Muhammad Nasib Ar-Rifa'i, Kemudahan dari Allah, Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Maktabah al-Ma'arif, Riyadh, dan Gema Insani, Jakarta, 1999.
Kamis, 10 November 2011
kalender hijriyah
Kalender Hijriyah
Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari.
Sejarah
Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari)
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Nama-nama bulan hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
No Penanggalan Islam Lama Hari
1 Muharram 30
2 Safar 29
3 Rabiul awal 30
4 Rabiul akhir 29
5 Jumadil awal 30
6 Jumadil akhir 29
7 Rajab 30
8 Sya'ban 29
9 Ramadhan 30
10 Syawal 29
11 Dzulkaidah 30
12 Dzulhijjah 29/(30)
Total 354/(355)
Keterangan
Tanda kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender Hijriyah dengan metode sisa yaitu 3-3-2 yang berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.
Nama-nama hari dalam hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:
al-Ahad (Minggu)
al-Itsnayn (Senin)
ats-Tsalaatsa' (Selasa)
al-Arba'aa / ar-Raabi' (Rabu)
al-Khamsatun (Kamis)
al-Jumu'ah (Jumat)
as-Sabat (Sabtu)
Sejarah ringkas tahun hijriah
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.
Sistem kalender pra-Islam di Arab
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).
Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting di tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).
Revisi penanggalan
Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
Penentuan Tahun 1 Kalender Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.
Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558.
Tanggal-tanggal penting
Tanggal-tanggal penting dalam Kalender Hijriyah adalah:
1 Muharram: Tahun Baru Hijriyah
10 Muharram: Hari Asyura. Hari ini diperingati bagi kaum Syi'ah untuk memperingati wafatnya Imam Husain bin Ali
12 Rabiul Awal: Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran Nabi Muhammad)
27 Rajab: Isra' Mi'raj
Bulan Ramadan: Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di bulan Ramadan
17 Ramadan: Nuzulul Qur'an
10 hari ganjil terakhir di Bulan Ramadan terjadi Lailatul Qadar
1 Syawal: Hari Raya Idul Fitri
8 Dzulhijjah: Hari Tarwiyah
9 Dzulhijjah: Wukuf di Padang Arafah
10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha
11-13 Dzulhijjah:Hari Tasyriq
Hisab dan Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.
Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas dari astrologi pada Abad Pertengahan.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
[sunting] Rupa-rupa
Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender Hijriyah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari. Dalam jangka panjang, satu siklus ini cukup akurat hingga satu hari dalam sekitar 2500 tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, siklus ini memiliki deviasi 1-2 hari.
Microsoft menggunakan Algoritma Kuwait untuk mengkonversi Kalender Gregorian ke Kalender Hijriyah. Algoritma ini diklaim berbasis analisis statistik data historis dari Kuwait, namun dalam kenyataannya adalah salah satu variasi dari Kalender Hijriyah tabular.
Untuk konversi secara kasar dari Kalender Hijriyah ke Kalender Masehi (Gregorian), kalikan tahun Hijriyah dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.
Setiap 33 atau 34 tahun Kalender Hijriyah, satu tahun penuh Kalender Hijriyah akan terjadi dalam satu tahun Kalender Masehi. Tahun 1429 H lalu terjadi sepenuhnya pada tahun 2008 M.
Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa di indonesia
Sistem Kalender Jawa berbeda dengan Kalender Hijriyah, meski keduanya memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di Jawa diperkenalkan sistem penanggalan Kalender Saka (berbasis matahari) yang berasal dari India. Sistem penanggalan ini digunakan hingga pada tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 Saka), Sultan Agung mengubah sistem Kalender Jawa dengan mengadopsi Sistem Kalender Hijriah, seperti nama-nama hari, bulan, serta berbasis lunar (komariyah). Namun demikian, demi kesinambungan, angka tahun saka diteruskan, dari 1547 Saka Kalender Jawa tetap meneruskan bilangan tahun dari 1547 Saka ke 1547 Jawa.
Berbeda dengan Kalender Hijriah yang murni menggunakan visibilitas Bulan (moon visibility) pada penentuan awal bulan (first month), Penanggalan Jawa telah menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya.
Kalender Hijriyah atau Kalender Islam (bahasa Arab: التقويم الهجري; at-taqwim al-hijri), adalah kalender yang digunakan oleh umat Islam, termasuk dalam menentukan tanggal atau bulan yang berkaitan dengan ibadah, atau hari-hari penting lainnya. Kalender ini dinamakan Kalender Hijriyah, karena pada tahun pertama kalender ini adalah tahun dimana terjadi peristiwa Hijrah-nya Nabi Muhammad dari Makkah ke Madinah, yakni pada tahun 622 M. Di beberapa negara yang berpenduduk mayoritas Islam, Kalender Hijriyah juga digunakan sebagai sistem penanggalan sehari-hari. Kalender Islam menggunakan peredaran bulan sebagai acuannya, berbeda dengan kalender biasa (kalender Masehi) yang menggunakan peredaran matahari.
Sejarah
Penentuan dimulainya sebuah hari/tanggal pada Kalender Hijriyah berbeda dengan pada Kalender Masehi. Pada sistem Kalender Masehi, sebuah hari/tanggal dimulai pada pukul 00.00 waktu setempat. Namun pada sistem Kalender Hijriah, sebuah hari/tanggal dimulai ketika terbenamnya matahari di tempat tersebut.
Kalender Hijriyah dibangun berdasarkan rata-rata silkus sinodik bulan kalender lunar (qomariyah), memiliki 12 bulan dalam setahun. Dengan menggunakan siklus sinodik bulan, bilangan hari dalam satu tahunnya adalah (12 x 29,53059 hari = 354,36708 hari).Hal inilah yang menjelaskan 1 tahun Kalender Hijriah lebih pendek sekitar 11 hari dibanding dengan 1 tahun Kalender Masehi.
Faktanya, siklus sinodik bulan bervariasi. Jumlah hari dalam satu bulan dalam Kalender Hijriah bergantung pada posisi bulan, bumi dan matahari. Usia bulan yang mencapai 30 hari bersesuaian dengan terjadinya bulan baru (new moon) di titik apooge, yaitu jarak terjauh antara bulan dan bumi, dan pada saat yang bersamaan, bumi berada pada jarak terdekatnya dengan matahari (perihelion). Sementara itu, satu bulan yang berlangsung 29 hari bertepatan dengan saat terjadinya bulan baru di perige (jarak terdekat bulan dengan bumi) dengan bumi berada di titik terjauhnya dari matahari (aphelion). dari sini terlihat bahwa usia bulan tidak tetap melainkan berubah-ubah (29 - 30 hari) sesuai dengan kedudukan ketiga benda langit tersebut (Bulan, Bumi dan Matahari)
Penentuan awal bulan (new moon) ditandai dengan munculnya penampakan (visibilitas) Bulan Sabit pertama kali (hilal) setelah bulan baru (konjungsi atau ijtimak). Pada fase ini, Bulan terbenam sesaat setelah terbenamnya Matahari, sehingga posisi hilal berada di ufuk barat. Jika hilal tidak dapat terlihat pada hari ke-29, maka jumlah hari pada bulan tersebut dibulatkan menjadi 30 hari. Tidak ada aturan khusus bulan-bulan mana saja yang memiliki 29 hari, dan mana yang memiliki 30 hari. Semuanya tergantung pada penampakan hilal.
Nama-nama bulan hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 12 bulan:
No Penanggalan Islam Lama Hari
1 Muharram 30
2 Safar 29
3 Rabiul awal 30
4 Rabiul akhir 29
5 Jumadil awal 30
6 Jumadil akhir 29
7 Rajab 30
8 Sya'ban 29
9 Ramadhan 30
10 Syawal 29
11 Dzulkaidah 30
12 Dzulhijjah 29/(30)
Total 354/(355)
Keterangan
Tanda kurung merupakan tahun kabisat dalam kalender Hijriyah dengan metode sisa yaitu 3-3-2 yang berjumlah 11 buah yaitu 2,5,8,10,13,16,18,21,24,26 dan 29.
Nama-nama hari dalam hijriyah
Kalender Hijriyah terdiri dari 7 hari. Sebuah hari diawali dengan terbenamnya matahari, berbeda dengan Kalender Masehi yang mengawali hari pada saat tengah malam. Berikut adalah nama-nama hari:
al-Ahad (Minggu)
al-Itsnayn (Senin)
ats-Tsalaatsa' (Selasa)
al-Arba'aa / ar-Raabi' (Rabu)
al-Khamsatun (Kamis)
al-Jumu'ah (Jumat)
as-Sabat (Sabtu)
Sejarah ringkas tahun hijriah
Penentuan kapan dimulainya tahun 1 Hijriah dilakukan 6 tahun setelah wafatnya Nabi Muhammad. Namun demikian, sistem yang mendasari Kalender Hijriah telah ada sejak zaman pra-Islam, dan sistem ini direvisi pada tahun ke-9 periode Madinah.
Sistem kalender pra-Islam di Arab
Sebelum datangnya Islam, di tanah Arab dikenal sistem kalender berbasis campuran antara Bulan (komariyah) maupun Matahari (syamsiyah). Peredaran bulan digunakan, dan untuk mensinkronkan dengan musim dilakukan penambahan jumlah hari (interkalasi).
Pada waktu itu, belum dikenal penomoran tahun. Sebuah tahun dikenal dengan nama peristiwa yang cukup penting di tahun tersebut. Misalnya, tahun dimana Muhammad lahir, dikenal dengan sebutan "Tahun Gajah", karena pada waktu itu, terjadi penyerbuan Ka'bah di Mekkah oleh pasukan gajah yang dipimpin oleh Abrahah, Gubernur Yaman (salah satu provinsi Kerajaan Aksum, kini termasuk wilayah Ethiopia).
Revisi penanggalan
Pada era kenabian Muhammad, sistem penanggalan pra-Islam digunakan. Pada tahun ke-9 setelah Hijrah, turun ayat 36-37 Surat At-Taubah, yang melarang menambahkan hari (interkalasi) pada sistem penanggalan.
Penentuan Tahun 1 Kalender Islam
Setelah wafatnya Nabi Muhammad, diusulkan kapan dimulainya Tahun 1 Kalender Islam. Ada yang mengusulkan adalah tahun kelahiran Muhammad sebagai awal patokan penanggalan Islam. Ada yang mengusulkan pula awal patokan penanggalan Islam adalah tahun wafatnya Nabi Muhammad.
Akhirnya, pada tahun 638 M (17 H), khalifah Umar bin Khatab menetapkan awal patokan penanggalan Islam adalah tahun dimana hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekkah ke Madinah. Penentuan awal patokan ini dilakukan setelah menghilangkan seluruh bulan-bulan tambahan (interkalasi) dalam periode 9 tahun. Tanggal 1 Muharam Tahun 1 Hijriah bertepatan dengan tanggal 16 Juli 622, dan tanggal ini bukan berarti tanggal hijrahnya Nabi Muhammad. Peristiwa hijrahnya Nabi Muhammad terjadi bulan September 622. Dokumen tertua yang menggunakan sistem Kalender Hijriah adalah papirus di Mesir pada tahun 22 H, PERF 558.
Tanggal-tanggal penting
Tanggal-tanggal penting dalam Kalender Hijriyah adalah:
1 Muharram: Tahun Baru Hijriyah
10 Muharram: Hari Asyura. Hari ini diperingati bagi kaum Syi'ah untuk memperingati wafatnya Imam Husain bin Ali
12 Rabiul Awal: Maulud Nabi Muhammad (hari kelahiran Nabi Muhammad)
27 Rajab: Isra' Mi'raj
Bulan Ramadan: Satu bulan penuh umat Islam menjalankan Puasa di bulan Ramadan
17 Ramadan: Nuzulul Qur'an
10 hari ganjil terakhir di Bulan Ramadan terjadi Lailatul Qadar
1 Syawal: Hari Raya Idul Fitri
8 Dzulhijjah: Hari Tarwiyah
9 Dzulhijjah: Wukuf di Padang Arafah
10 Dzulhijjah: Hari Raya Idul Adha
11-13 Dzulhijjah:Hari Tasyriq
Hisab dan Rukyat
Rukyat adalah aktivitas mengamati visibilitas hilal, yakni mengamati penampakan bulan sabit yang pertama kali tampak setelah bulan baru (ijtima). Rukyat dapat dilakukan dengan mata telanjang, atau dengan alat bantu optik seperti teleskop. Apabila hilal terlihat, maka pada petang tersebut telah memasuki tanggal 1.
Sedangkan hisab adalah melakukan perhitungan untuk menentukan posisi bulan secara matematis dan astronomis. Hisab merupakan alat bantu untuk mengetahui kapan dan dimana hilal (bulan sabit pertama setelah bulan baru) dapat terlihat. Hisab seringkali dilakukan untuk membantu sebelum melakukan rukyat.
Penentuan awal bulan menjadi sangat signifikan untuk bulan-bulan yang berkaitan dengan ibadah, seperti bulan Ramadan (yakni umat Islam menjalankan puasa ramadan sebulan penuh), Syawal (yakni umat Islam merayakan Hari Raya Idul Fitri), serta Dzulhijjah (dimana terdapat tanggal yang berkaitan dengan ibadah Haji dan Hari Raya Idul Adha). Penentuan kapan hilal dapat terlihat, menjadi motivasi ketertarikan umat Islam dalam astronomi. Ini menjadi salah satu pendorong mengapa Islam menjadi salah satu pengembang awal ilmu astronomi sebagai sains, lepas dari astrologi pada Abad Pertengahan.
Sebagian umat Islam berpendapat bahwa untuk menentukan awal bulan, adalah harus dengan benar-benar melakukan pengamatan hilal secara langsung (rukyatul hilal). Sebagian yang lain berpendapat bahwa penentuan awal bulan cukup dengan melakukan hisab (perhitungan matematis), tanpa harus benar-benar mengamati hilal. Metode hisab juga memiliki berbagai kriteria penentuan, sehingga seringkali menyebabkan perbedaan penentuan awal bulan, yang berakibat adanya perbedaan hari melaksanakan ibadah seperti puasa Ramadan atau Hari Raya Idul Fitri.
[sunting] Rupa-rupa
Menurut perhitungan, dalam satu siklus 30 tahun Kalender Hijriyah, terdapat 11 tahun kabisat dengan jumlah hari sebanyak 355 hari, dan 19 tahun dengan jumlah hari sebanyak 354 hari. Dalam jangka panjang, satu siklus ini cukup akurat hingga satu hari dalam sekitar 2500 tahun. Sedangkan dalam jangka pendek, siklus ini memiliki deviasi 1-2 hari.
Microsoft menggunakan Algoritma Kuwait untuk mengkonversi Kalender Gregorian ke Kalender Hijriyah. Algoritma ini diklaim berbasis analisis statistik data historis dari Kuwait, namun dalam kenyataannya adalah salah satu variasi dari Kalender Hijriyah tabular.
Untuk konversi secara kasar dari Kalender Hijriyah ke Kalender Masehi (Gregorian), kalikan tahun Hijriyah dengan 0,97, kemudian tambahkan dengan angka 622.
Setiap 33 atau 34 tahun Kalender Hijriyah, satu tahun penuh Kalender Hijriyah akan terjadi dalam satu tahun Kalender Masehi. Tahun 1429 H lalu terjadi sepenuhnya pada tahun 2008 M.
Kalender Hijriah dan Penanggalan Jawa di indonesia
Sistem Kalender Jawa berbeda dengan Kalender Hijriyah, meski keduanya memiliki kemiripan. Pada abad ke-1, di Jawa diperkenalkan sistem penanggalan Kalender Saka (berbasis matahari) yang berasal dari India. Sistem penanggalan ini digunakan hingga pada tahun 1625 Masehi (bertepatan dengan tahun 1547 Saka), Sultan Agung mengubah sistem Kalender Jawa dengan mengadopsi Sistem Kalender Hijriah, seperti nama-nama hari, bulan, serta berbasis lunar (komariyah). Namun demikian, demi kesinambungan, angka tahun saka diteruskan, dari 1547 Saka Kalender Jawa tetap meneruskan bilangan tahun dari 1547 Saka ke 1547 Jawa.
Berbeda dengan Kalender Hijriah yang murni menggunakan visibilitas Bulan (moon visibility) pada penentuan awal bulan (first month), Penanggalan Jawa telah menetapkan jumlah hari dalam setiap bulannya.
hari-hari besar dalam islam
Sebagai umat Islam sudah sewajarnya jika kita mengetahui hari-hari besar Islam dan asal-usul nya. Didalam Agama Islam Ada 8 hari Besar Yaitu :
1 Muharam TAHUN BARU ISLAM (hari pertama tahun Hijriyah)
10 Muharam HARI ANAK YATIM (disebut juga hari Asyura)
12 Rabiul Awal MAULID NABI (hari kelahiran Nabi Muhammad SAW)
27 Rajab ISRA' MI'RAJ (Hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW/ nabi naik ke sidratul muntaha untuk menerima perintah sholat 5 waktu)
15 Sya’ban NISFU SYA'BAN (pergantian raport amal manusia)
17 Ramadhan NUZULUL QUR'AN (Malam Nuzulul Qur’an/ turunnya qur'an)
1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri)
10 Zulhijjah (Hari Raya Idul Adha)
1 Muharam
Muharram (محرّم) adalah bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Muharram berasal dari kata yang artinya ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’, yaitu dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah.
Tanggal 1 Muharram adalah hari Tahun Baru dalam agama Islam.
10 Muharam
Keistimewaan 10 Muharam diterangankan dalam hadis ra Abu Hurairah, bahwa Allah SWT. telah mewajibkan Bani Israil berpuasa sehari dalam satu tahun, yakni pada hari Asyura. Oleh sebab itu Nabi Muhammad saw menganjurkan umatnya dan melapangkan keluarganya pada hari itu. Karena orang yang melapangkan keluarganya pada hari itu akan dilapangkan oleh Allah kehidupannya sepanjang tahun. nabi juga bersabda, “Hari Asyura adalah hari puasa bagi orang Quraisy di zaman jahiliyah, dan Rasulullah saw mempuasakannya. Ketika tiba di Madinah, beliau mempuasakanya dan menyuruh orang banyak mempuasakannya.” (H.R. Aisyah). dengan demikian berpuasa pada hari Asyura, hukumnya sunnah.
10 Muharram dianggap hari besar Islam karena pada hari ini banyak terjadi peristiwa penting, dan hari kemenangan para pejuang penegak kebenaran. Pada hari itu terjadi :
Allah SWT menjadikan ‘Arasy.
Allah SWT menjadikan Malaikat Jibril as
Allah SWT menjadikan Lauh Mahfuzh
Hari Pertama Allah SWT menciptakan Alam
Hari Pertama Allah SWT menurunkan rahmat
Hari Pertama Allah SWT menurunkan hujan dari langit
Nabi Adam as. bertoubat kepada Allah SWT, dan tobatnya diterima sehingga ia bersih dari dosa
Nabi Idris as diangkat oleh Allah SWT ketempat yang lebih tinggi
Nabi Nuh as diselamatkan oleh Allah SWT ketika banjir merendam umatnya yang zalim
Nabi Ibrahim as diselamatkan oleh Allah SWT dari pembakaran Raja Namrud
Allah SWT menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as.
Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara Mesir, setelah meringkuk beberapa tahun akibat fitnah Siti Zulaiha.
Nabi Ya’qub as disembuhkan oleh Allah SWT dari penyakit yang dideritanya.
Nabi Yunus as dikeluarkan dari perut ikan paus, setelah berada didalamnya selama 40 hari 40 malam
Allah SWT mengijinkan Nabi Musa as membelah laut merah untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya
Kesalahan Nabi Daud as diampuni oleh Allah SWT
Nabi Sulaiman as dikaruniai Allah SWT kerajaan besar.
12 Rabiul Awal
Peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Salahudin al Ayyubi ketika menghadapi pasukan salib. Peringatan itu dijadikan sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban , untuk menyelamatkan umat Islam. dan akhirnya Salahuddin al Ayyubi berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem.
27 Rajab
Pada malam tanggal 27 Rajab ketika Nabi Muhammad SAW sedang tidur, datanglah malaikat Jibril dan Mikail. Kedua malaikat itu membawaNabi ketelaga Zam-zam yang tidak jauh dari Baitullah, Ka’bah. Ditempat itulah dada Nabi Muhammad SAW dibedah dan hatinya disucikan dengan air zam-zam. Setelah segala “kotoran” hati ( sifat - sifat buruk seperti : sombong, iri, dengki, rakus dan lain sebagainya) dihilangkan, Jibril mengisinya dengan ilmu, iman, hikmah dan keyakinan. Kemudian jibril membubuhkan cap kenabian pada pundak Nabi Muhammad SAW. Dari telaga zam-zam mereka berangkat ke Masjidil Aqsha dengan mengendarai Buraq (menurut riwayat Said bin Musayyit, Buraq itu kendaraan nabi Ibrahim yang biasa dipakai ke Baitullah - Mekah, sedangkan menurut para ahli tafsir modern Buraq berasal dari kata “Barqun” artinya dalam bahasa Indonesia ialah Kilat). Ditengah perjalanan Jibril beberapa kali meminta Nabi turun dan melaksanakan shalat. Pertama di Yasrib yang kemudian dikenal dengan Madinah, Kedua di Madyan, Ketiga di Bukit Thursina, keempat di Baitlehem. Sesampainya di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad SAW disambut oleh para nabi terdahulu dan para malaikat dan Nabi Muhammad SAW brtindak sebagai Imam selesai Shalat oleh Malaikat Jibril Nabi Muhammad SAW disuguhkan dua gelas minuman yang satu berisi Susu yang lainya berisi Arak. Rasulullah memilih minuman yang berisi Susu.
Sesaat kemudian Rasul bersama Jibril melanjutkan perjalanan Mi’raj (alat untuk naik, Yang dimaksudkan adalah alat untuk naik bagi arwah anak cucu Adam as) ke Sidratul Muntaha, yaitu suatu tempat tertinggi diatas langit ketujuh. Dengan demikian mereka melintasi pintu-pintu langit dari yang pertama sampai pintu langit ketujuh. Yang masing - masing dijaga oleh malaikat. Dilangit pertama Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Adam as. Di langit kedua Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Isa as, Nabi Yahya as dan Nabi Zakaria as, dilangit ketiga Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Yusuf as, dilangit ke empat Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Idris as, di langit kelima Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Harun as dan dilangit keenam Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Musa as, dilangit ketujuh Nabi Muhammad Saw menyaksikan Baitul Makmur yang setiap harinya dimasuki oleh 70.000 Malaikat tanpa keluar lagi. Selanjutnya sampai lah Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha. Setelah menerima Perintah Shalat Nabi Muhammad SAW kembali kebumi.
15 Syaban
Kebesaran hari ini diterangkan oleh Rasulullah SAW. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban , seraya berkata Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit. rasulullah saw bertanya, mengapa malam ini, Jibril ? Jibril menjawab Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni segala kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bernusuhan, orang yang terus-menerus minum khamar(arak atau minuman keras), terus menerus berzina, makan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silahturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka bertobat dan meninggalkan kejahata-kejahatan itu.”
Rasulullah pun keluar, lalu mengerjakan Shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdoa, “Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu serta dari kemurkaan-Mu. Tiada kubatasi puji-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu. Maka bagi-Mulah segala puji-pujian itu hingga Engkau rela ” ( H.R. Abu Hurairah). Oleh karenanya malam tersebut sangat baik untuk beribadah dan memohon ampunan dari Allah SWT.
17 Ramadhan
Pada malam 17 Ramadhan pertama kali diturunkan ayat Al-qur’an ketika Rasulullah SAW. menyepi digoa Hira Jabal Nur sekitar enam kilometer dari kota Mekah.
1 Syawal
Pada hari itu Allah SWT membersihkan segala dosa umat Islam yang telah menunaikan puasa Ramadhan sebulan penuh dan membayar zakat fitrah, sehingga seperti bayi yang baru lahir.
10 Zulhijjah
Disebut juga hari raya Qur’ban, kata Dzulhijah berasal dari bahasa Arab, Dzul (punya) dan Hijjah (haji). Artinya “Yang punya haji”.
1 Muharam TAHUN BARU ISLAM (hari pertama tahun Hijriyah)
10 Muharam HARI ANAK YATIM (disebut juga hari Asyura)
12 Rabiul Awal MAULID NABI (hari kelahiran Nabi Muhammad SAW)
27 Rajab ISRA' MI'RAJ (Hari Isra’ Mi’raj Nabi Muhammad SAW/ nabi naik ke sidratul muntaha untuk menerima perintah sholat 5 waktu)
15 Sya’ban NISFU SYA'BAN (pergantian raport amal manusia)
17 Ramadhan NUZULUL QUR'AN (Malam Nuzulul Qur’an/ turunnya qur'an)
1 Syawal (Hari Raya Idul Fitri)
10 Zulhijjah (Hari Raya Idul Adha)
1 Muharam
Muharram (محرّم) adalah bulan pertama dalam penanggalan hijriyah. Muharram berasal dari kata yang artinya ‘diharamkan’ atau ‘dipantang’, yaitu dilarang melakukan peperangan atau pertumpahan darah.
Tanggal 1 Muharram adalah hari Tahun Baru dalam agama Islam.
10 Muharam
Keistimewaan 10 Muharam diterangankan dalam hadis ra Abu Hurairah, bahwa Allah SWT. telah mewajibkan Bani Israil berpuasa sehari dalam satu tahun, yakni pada hari Asyura. Oleh sebab itu Nabi Muhammad saw menganjurkan umatnya dan melapangkan keluarganya pada hari itu. Karena orang yang melapangkan keluarganya pada hari itu akan dilapangkan oleh Allah kehidupannya sepanjang tahun. nabi juga bersabda, “Hari Asyura adalah hari puasa bagi orang Quraisy di zaman jahiliyah, dan Rasulullah saw mempuasakannya. Ketika tiba di Madinah, beliau mempuasakanya dan menyuruh orang banyak mempuasakannya.” (H.R. Aisyah). dengan demikian berpuasa pada hari Asyura, hukumnya sunnah.
10 Muharram dianggap hari besar Islam karena pada hari ini banyak terjadi peristiwa penting, dan hari kemenangan para pejuang penegak kebenaran. Pada hari itu terjadi :
Allah SWT menjadikan ‘Arasy.
Allah SWT menjadikan Malaikat Jibril as
Allah SWT menjadikan Lauh Mahfuzh
Hari Pertama Allah SWT menciptakan Alam
Hari Pertama Allah SWT menurunkan rahmat
Hari Pertama Allah SWT menurunkan hujan dari langit
Nabi Adam as. bertoubat kepada Allah SWT, dan tobatnya diterima sehingga ia bersih dari dosa
Nabi Idris as diangkat oleh Allah SWT ketempat yang lebih tinggi
Nabi Nuh as diselamatkan oleh Allah SWT ketika banjir merendam umatnya yang zalim
Nabi Ibrahim as diselamatkan oleh Allah SWT dari pembakaran Raja Namrud
Allah SWT menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as.
Nabi Yusuf dibebaskan dari penjara Mesir, setelah meringkuk beberapa tahun akibat fitnah Siti Zulaiha.
Nabi Ya’qub as disembuhkan oleh Allah SWT dari penyakit yang dideritanya.
Nabi Yunus as dikeluarkan dari perut ikan paus, setelah berada didalamnya selama 40 hari 40 malam
Allah SWT mengijinkan Nabi Musa as membelah laut merah untuk menyelamatkan diri dari kejaran Fir’aun dan bala tentaranya
Kesalahan Nabi Daud as diampuni oleh Allah SWT
Nabi Sulaiman as dikaruniai Allah SWT kerajaan besar.
12 Rabiul Awal
Peringatan Hari Maulid Nabi Muhammad SAW pertama kali diselenggarakan oleh Sultan Salahudin al Ayyubi ketika menghadapi pasukan salib. Peringatan itu dijadikan sarana untuk mengobarkan semangat juang dan berkorban , untuk menyelamatkan umat Islam. dan akhirnya Salahuddin al Ayyubi berhasil memimpin tentara Islam memasuki Yerusalem.
27 Rajab
Pada malam tanggal 27 Rajab ketika Nabi Muhammad SAW sedang tidur, datanglah malaikat Jibril dan Mikail. Kedua malaikat itu membawaNabi ketelaga Zam-zam yang tidak jauh dari Baitullah, Ka’bah. Ditempat itulah dada Nabi Muhammad SAW dibedah dan hatinya disucikan dengan air zam-zam. Setelah segala “kotoran” hati ( sifat - sifat buruk seperti : sombong, iri, dengki, rakus dan lain sebagainya) dihilangkan, Jibril mengisinya dengan ilmu, iman, hikmah dan keyakinan. Kemudian jibril membubuhkan cap kenabian pada pundak Nabi Muhammad SAW. Dari telaga zam-zam mereka berangkat ke Masjidil Aqsha dengan mengendarai Buraq (menurut riwayat Said bin Musayyit, Buraq itu kendaraan nabi Ibrahim yang biasa dipakai ke Baitullah - Mekah, sedangkan menurut para ahli tafsir modern Buraq berasal dari kata “Barqun” artinya dalam bahasa Indonesia ialah Kilat). Ditengah perjalanan Jibril beberapa kali meminta Nabi turun dan melaksanakan shalat. Pertama di Yasrib yang kemudian dikenal dengan Madinah, Kedua di Madyan, Ketiga di Bukit Thursina, keempat di Baitlehem. Sesampainya di Masjidil Aqsha, Nabi Muhammad SAW disambut oleh para nabi terdahulu dan para malaikat dan Nabi Muhammad SAW brtindak sebagai Imam selesai Shalat oleh Malaikat Jibril Nabi Muhammad SAW disuguhkan dua gelas minuman yang satu berisi Susu yang lainya berisi Arak. Rasulullah memilih minuman yang berisi Susu.
Sesaat kemudian Rasul bersama Jibril melanjutkan perjalanan Mi’raj (alat untuk naik, Yang dimaksudkan adalah alat untuk naik bagi arwah anak cucu Adam as) ke Sidratul Muntaha, yaitu suatu tempat tertinggi diatas langit ketujuh. Dengan demikian mereka melintasi pintu-pintu langit dari yang pertama sampai pintu langit ketujuh. Yang masing - masing dijaga oleh malaikat. Dilangit pertama Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Adam as. Di langit kedua Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Isa as, Nabi Yahya as dan Nabi Zakaria as, dilangit ketiga Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Yusuf as, dilangit ke empat Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Idris as, di langit kelima Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Harun as dan dilangit keenam Nabi Muhammad Saw bertemu dengan Nabi Musa as, dilangit ketujuh Nabi Muhammad Saw menyaksikan Baitul Makmur yang setiap harinya dimasuki oleh 70.000 Malaikat tanpa keluar lagi. Selanjutnya sampai lah Nabi Muhammad SAW di Sidratul Muntaha. Setelah menerima Perintah Shalat Nabi Muhammad SAW kembali kebumi.
15 Syaban
Kebesaran hari ini diterangkan oleh Rasulullah SAW. ” Malaikat Jibril mendatangiku pada malam Nishfu (15) Sya’ban , seraya berkata Hai Muhammad, malam ini pintu-pintu langit dan pintu-pintu rahmat dibuka. Bangunlah dan Shalatlah, angkat kepalamu dan tadahkan dua tanganmu kelangit. rasulullah saw bertanya, mengapa malam ini, Jibril ? Jibril menjawab Malam ini dibukakan 300 pintu rahmat. Tuhan mengampuni segala kesalahan orang yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu, kecuali tukang sihir, tukang nujum, orang bernusuhan, orang yang terus-menerus minum khamar(arak atau minuman keras), terus menerus berzina, makan riba, durhaka kepada ibu bapak, orang yang suka mengadu domba dan orang yang memutuskan silahturahim. Tuhan tidak mengampuni mereka sampai mereka bertobat dan meninggalkan kejahata-kejahatan itu.”
Rasulullah pun keluar, lalu mengerjakan Shalat (sendirian) dan menangis dalam sujudnya, seraya berdoa, “Yaa Allah, aku berlindung kepada-Mu dari azab dan siksa-Mu serta dari kemurkaan-Mu. Tiada kubatasi puji-pujian kepada-Mu sebagaimana Engkau telah memuji diri-Mu. Maka bagi-Mulah segala puji-pujian itu hingga Engkau rela ” ( H.R. Abu Hurairah). Oleh karenanya malam tersebut sangat baik untuk beribadah dan memohon ampunan dari Allah SWT.
17 Ramadhan
Pada malam 17 Ramadhan pertama kali diturunkan ayat Al-qur’an ketika Rasulullah SAW. menyepi digoa Hira Jabal Nur sekitar enam kilometer dari kota Mekah.
1 Syawal
Pada hari itu Allah SWT membersihkan segala dosa umat Islam yang telah menunaikan puasa Ramadhan sebulan penuh dan membayar zakat fitrah, sehingga seperti bayi yang baru lahir.
10 Zulhijjah
Disebut juga hari raya Qur’ban, kata Dzulhijah berasal dari bahasa Arab, Dzul (punya) dan Hijjah (haji). Artinya “Yang punya haji”.
Selasa, 08 November 2011
Mengelola Kelas lewat Jejaring Facebook
Mengelola Kelas lewat Jejaring Facebook
FACEBOOK (FB) tak lagi asing bagi yang suka melakukan eksplorasi dengan browsing di dunia maya. Sebelum situs yang dirillis pada 4 Febuari 2004 itu laris, kita lebih dulu mengenal blog.
Pada perkembangannya, blog pun banyak dimanfaatkan penyelenggara pendidikan. Blog banyak digunakan sekolah untuk aktualisasi diri. Program-program unggulan dan segudang prestasi acap dimunculkan. Terlebih pada masa penerimaan siswa baru, blog dapat dijadikan media promosi di dunia maya.
Tak hanya sekolah, sebagian besar guru pun membuat blog pribadi yang berisi segudang informasi tentang ilmu pengetahuan. Materi pelajaran pun banyak dipaparkan dalam blog. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mengunduh materi pelajaran.
Kesibukan dan banyaknya aktivitas guru di luar sekolah memungkinkan mereka tak dapat masuk kelas. Nah, dengan keberadaan FB, guru tetap dapat mengelola kelas tanpa harus berdiri di depan kelas.
FB yang diciptakan Mark Zuckerberg merupakan situs jaringan sosial yang memberikan feature berkirim surat (pesan), chating, group, serta rubrik menarik lain. Feature group yang diberikan FB dapat dijadikan kelas jarak jauh oleh guru. Guru cukup membuat grup khusus yang beranggota para siswa.
Dalam grup tersebut, guru dapat memulai proses pembelajaran dengan memberikan kegiatan diskusi di dalam grup. Dari tema yang dilontarkan, guru dapat melihat dan menilai respons siswa mengenai tema tersebut.
Selain grup, fasilitas chating juga dapat digunakan para guru sebagai media pembelajaran jarak jauh. Dengan chating, guru dan siswa dapat bertanya-jawab. Adapun melalui fasilitas pesan, guru dapat memberikan tugas kepada para siswa.
Kini, dengan FB guru tetap dapat mengelola kelas tanpa harus datang ke sekolah. Apalagi saat ini mendapatkan jaringan internet cukup mudah dan hampir semua sekolah telah terjamah jaringan komunikasi tanpa batas itu.
FACEBOOK (FB) tak lagi asing bagi yang suka melakukan eksplorasi dengan browsing di dunia maya. Sebelum situs yang dirillis pada 4 Febuari 2004 itu laris, kita lebih dulu mengenal blog.
Pada perkembangannya, blog pun banyak dimanfaatkan penyelenggara pendidikan. Blog banyak digunakan sekolah untuk aktualisasi diri. Program-program unggulan dan segudang prestasi acap dimunculkan. Terlebih pada masa penerimaan siswa baru, blog dapat dijadikan media promosi di dunia maya.
Tak hanya sekolah, sebagian besar guru pun membuat blog pribadi yang berisi segudang informasi tentang ilmu pengetahuan. Materi pelajaran pun banyak dipaparkan dalam blog. Hal itu dimaksudkan agar siswa dapat mengunduh materi pelajaran.
Kesibukan dan banyaknya aktivitas guru di luar sekolah memungkinkan mereka tak dapat masuk kelas. Nah, dengan keberadaan FB, guru tetap dapat mengelola kelas tanpa harus berdiri di depan kelas.
FB yang diciptakan Mark Zuckerberg merupakan situs jaringan sosial yang memberikan feature berkirim surat (pesan), chating, group, serta rubrik menarik lain. Feature group yang diberikan FB dapat dijadikan kelas jarak jauh oleh guru. Guru cukup membuat grup khusus yang beranggota para siswa.
Dalam grup tersebut, guru dapat memulai proses pembelajaran dengan memberikan kegiatan diskusi di dalam grup. Dari tema yang dilontarkan, guru dapat melihat dan menilai respons siswa mengenai tema tersebut.
Selain grup, fasilitas chating juga dapat digunakan para guru sebagai media pembelajaran jarak jauh. Dengan chating, guru dan siswa dapat bertanya-jawab. Adapun melalui fasilitas pesan, guru dapat memberikan tugas kepada para siswa.
Kini, dengan FB guru tetap dapat mengelola kelas tanpa harus datang ke sekolah. Apalagi saat ini mendapatkan jaringan internet cukup mudah dan hampir semua sekolah telah terjamah jaringan komunikasi tanpa batas itu.
Desain Besar Pendidikan: pendidikan karakter
Desain Besar Pendidikan
Pendidikan bukan obat mujarab bagi berbagai macam persoalan yang dihadapi bangsa ini. Meski demikian, dengan mendesain kebijakan pendidikan secara baik dan sinambung, hal itu mampu memberi sumbangan yang bermakna bagi perubahan tatanan masyarakat.
Sayang, kebijakan pendidikan kita lebih banyak didasari perilaku reaktif untuk memenuhi kebutuhan sesaat dan sering kontraproduktif bagi dunia pendidikan sendiri. Mendesain kebijakan pendidikan secara integral merupakan keharusan.
Mengawali tugasnya sebagai Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh melempar dua wacana penting, masalah integrasi evaluasi pendidikan dan pentingnya mendesain pendidikan yang mampu membentuk karakter budaya, bukan sekadar membentuk siswa menjadi individu yang santun, tetapi juga memiliki keingintahuan intelektual yang bermuara pada keunggulan akademis. Integrasi pendidikan dan pembentukan karakter merupakan titik lemah kebijakan pendidikan nasional kita selama ini.
Jika dua hal ini ingin menjadi sasaran Mendiknas, mau tidak mau harus berani mengkritisi kembali aneka macam kebijakan pendidikan yang telah lalu. Ada beberapa kebijakan pendidikan warisan Mendiknas sebelumnya yang harus ditelaah kembali karena tidak didasari sikap pikir jangka panjang, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan reaksioner sesaat.
Tiga keprihatinan
Pertama, perubahan kebijakan proporsi pendidikan untuk menciptakan lebih banyak sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA) dengan rasio 70-30. Kebijakan ini amat reaksioner, tidak memerhatikan kepentingan jangka panjang kebutuhan nasional bangsa akan lahirnya generasi peneliti dan tenaga-tenaga terdidik secara akademis.
Di banyak tempat, perubahan rasio ini telah mematikan SMK-SMK swasta yang sudah mengalami krisis siswa sejak beberapa tahun. Partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan berkurang karena matinya sekolah-sekolah kejuruan swasta akibat gelojoh pemerintah dalam mendirikan SMK hingga ke pelosok.
Perlu diingat, banyaknya pengangguran terdidik dari perguruan tinggi ataupun lulusan SMA tak akan serta-merta diatasi dengan mendirikan SMK. Masalah pengangguran bukan soal utama dunia pendidikan, tetapi persoalan politik ekonomi yang kurang mampu memberikan keadilan bagi terciptanya lapangan pekerjaan. Sekolah tidak memiliki tanggung jawab menciptakan lapangan pekerjaan. Tugas mereka adalah mendidik dan membentuk mereka menjadi individu yang cerdas sehingga mereka menjadi lebih bermartabat dan dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, perubahan proporsi ini akan memperkecil kesempatan siswa masuk perguruan tinggi (PT). Pada masa depan, PT memiliki posisi strategis dalam menjaga keberlangsungan hidup masyarakat melalui kinerja penelitian dan keilmuan yang dimiliki. Kita akan kehilangan banyak dokter, peneliti, ilmuwan, dan lainnya karena kebijakan pendidikan kita lebih mengarahkan siswa pada akuisisi kemampuan dan keterampilan teknik, sedangkan refleksi filosofis intelektual yang memiliki rigoritas akademis kian berkurang.
Kedua, perubahan proporsi kebijakan ini tidak didasari cara berpikir integral, bukan hanya tentang keberlanjutan kompetensi akademis, tetapi juga pemahaman akan fungsi evaluasi itu sendiri.
Dari segi keberlanjutan kompetensi akademis, menciptakan lebih banyak SMK, sementara lupa mengintegrasikannya dengan membangun akademi atau politeknik sesuai kompetensi yang dibutuhkan, hanya akan menciptakan tenaga kerja murah dan hanya menguntungkan perusahaan swasta karena mereka tak perlu membiayai ongkos pelatihan untuk perekrutan karyawan yang baru, sementara beban seperti ini ditanggung negara.
Perubahan proporsi SMA-SMK dianggap merupakan bagian tugas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, sedangkan pendirian pendidikan setingkat akademi merupakan bagian kinerja Ditjen Pendidikan Tinggi. Dua direktorat jenderal ini harus bekerja sama menciptakan program pendidikan yang sinambung sehingga mereka yang masuk SMK memiliki kesempatan melanjutkan ke politeknik atau akademi yang setingkat dengan PT. Melulu membangun SMK tanpa dibarengi pengembangan politeknik dan akademi hanya akan melahirkan tenaga kerja murah.
Dari segi evaluasi, ujian nasional (UN) SMK dan SMA bermasalah. Hasil UN tidak akan bisa dipakai untuk melanjutkan ke PT karena tujuan evaluasi yang dibutuhkan oleh SMK/SMA dan PT amat berbeda. Dengan demikian, UN hanya akan menjadi pemborosan anggaran negara. Negara dan rakyat ditipu karena telah mengalokasikan uang untuk membuat evaluasi yang salah sasaran. Keinginan pemerintah untuk mengajukan peninjauan kembali atas putusan Mahkamah Agung tentang kebijakan UN menunjukkan bahwa pengambil kebijakan ini tuli dengan suara rakyatnya sendiri.
Ketiga, pembentukan karakter bangsa dalam konteks pendidikan harus bermuara pada keunggulan akademis. Tugas utama sekolah adalah membentuk anak-anak yang cerdas, pintar, kritis, yang mampu memahami tatanan sosial masyarakat menjadi lebih baik sehingga mereka mampu terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat.
Mengajarkan kesantunan, tata krama, membentuk siswa menjadi anak yang saleh dan rajin berdoa, tentu menjadi bagian integral kinerja pendidikan, tetapi ini bukan tugas utama sekolah. Ini adalah tugas semua warga masyarakat Indonesia. Memupuk keingintahuan intelektual, seperti diindikasikan Mendiknas yang baru, merupakan tugas utama sekolah.
Kebijakan pendidikan yang dipikirkan secara matang dan berkesinambungan seharusnya menjadi orientasi bagi pemerintah dalam mendesain pendidikan nasional. Kebutuhan sesaat akan tetap berubah, tetapi menciptakan sebuah generasi yang memiliki keunggulan akademis kiranya menjadi tugas abadi setiap lembaga pendidikan.
Inilah yang seharusnya menjadi desain besar pendidikan nasional kita.
Pendidikan bukan obat mujarab bagi berbagai macam persoalan yang dihadapi bangsa ini. Meski demikian, dengan mendesain kebijakan pendidikan secara baik dan sinambung, hal itu mampu memberi sumbangan yang bermakna bagi perubahan tatanan masyarakat.
Sayang, kebijakan pendidikan kita lebih banyak didasari perilaku reaktif untuk memenuhi kebutuhan sesaat dan sering kontraproduktif bagi dunia pendidikan sendiri. Mendesain kebijakan pendidikan secara integral merupakan keharusan.
Mengawali tugasnya sebagai Menteri Pendidikan Nasional, Mohammad Nuh melempar dua wacana penting, masalah integrasi evaluasi pendidikan dan pentingnya mendesain pendidikan yang mampu membentuk karakter budaya, bukan sekadar membentuk siswa menjadi individu yang santun, tetapi juga memiliki keingintahuan intelektual yang bermuara pada keunggulan akademis. Integrasi pendidikan dan pembentukan karakter merupakan titik lemah kebijakan pendidikan nasional kita selama ini.
Jika dua hal ini ingin menjadi sasaran Mendiknas, mau tidak mau harus berani mengkritisi kembali aneka macam kebijakan pendidikan yang telah lalu. Ada beberapa kebijakan pendidikan warisan Mendiknas sebelumnya yang harus ditelaah kembali karena tidak didasari sikap pikir jangka panjang, tetapi hanya untuk memenuhi kebutuhan reaksioner sesaat.
Tiga keprihatinan
Pertama, perubahan kebijakan proporsi pendidikan untuk menciptakan lebih banyak sekolah menengah kejuruan (SMK) dibandingkan dengan sekolah menengah atas (SMA) dengan rasio 70-30. Kebijakan ini amat reaksioner, tidak memerhatikan kepentingan jangka panjang kebutuhan nasional bangsa akan lahirnya generasi peneliti dan tenaga-tenaga terdidik secara akademis.
Di banyak tempat, perubahan rasio ini telah mematikan SMK-SMK swasta yang sudah mengalami krisis siswa sejak beberapa tahun. Partisipasi masyarakat dalam dunia pendidikan berkurang karena matinya sekolah-sekolah kejuruan swasta akibat gelojoh pemerintah dalam mendirikan SMK hingga ke pelosok.
Perlu diingat, banyaknya pengangguran terdidik dari perguruan tinggi ataupun lulusan SMA tak akan serta-merta diatasi dengan mendirikan SMK. Masalah pengangguran bukan soal utama dunia pendidikan, tetapi persoalan politik ekonomi yang kurang mampu memberikan keadilan bagi terciptanya lapangan pekerjaan. Sekolah tidak memiliki tanggung jawab menciptakan lapangan pekerjaan. Tugas mereka adalah mendidik dan membentuk mereka menjadi individu yang cerdas sehingga mereka menjadi lebih bermartabat dan dapat berpartisipasi aktif dalam kehidupan masyarakat.
Selain itu, perubahan proporsi ini akan memperkecil kesempatan siswa masuk perguruan tinggi (PT). Pada masa depan, PT memiliki posisi strategis dalam menjaga keberlangsungan hidup masyarakat melalui kinerja penelitian dan keilmuan yang dimiliki. Kita akan kehilangan banyak dokter, peneliti, ilmuwan, dan lainnya karena kebijakan pendidikan kita lebih mengarahkan siswa pada akuisisi kemampuan dan keterampilan teknik, sedangkan refleksi filosofis intelektual yang memiliki rigoritas akademis kian berkurang.
Kedua, perubahan proporsi kebijakan ini tidak didasari cara berpikir integral, bukan hanya tentang keberlanjutan kompetensi akademis, tetapi juga pemahaman akan fungsi evaluasi itu sendiri.
Dari segi keberlanjutan kompetensi akademis, menciptakan lebih banyak SMK, sementara lupa mengintegrasikannya dengan membangun akademi atau politeknik sesuai kompetensi yang dibutuhkan, hanya akan menciptakan tenaga kerja murah dan hanya menguntungkan perusahaan swasta karena mereka tak perlu membiayai ongkos pelatihan untuk perekrutan karyawan yang baru, sementara beban seperti ini ditanggung negara.
Perubahan proporsi SMA-SMK dianggap merupakan bagian tugas Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah, sedangkan pendirian pendidikan setingkat akademi merupakan bagian kinerja Ditjen Pendidikan Tinggi. Dua direktorat jenderal ini harus bekerja sama menciptakan program pendidikan yang sinambung sehingga mereka yang masuk SMK memiliki kesempatan melanjutkan ke politeknik atau akademi yang setingkat dengan PT. Melulu membangun SMK tanpa dibarengi pengembangan politeknik dan akademi hanya akan melahirkan tenaga kerja murah.
Dari segi evaluasi, ujian nasional (UN) SMK dan SMA bermasalah. Hasil UN tidak akan bisa dipakai untuk melanjutkan ke PT karena tujuan evaluasi yang dibutuhkan oleh SMK/SMA dan PT amat berbeda. Dengan demikian, UN hanya akan menjadi pemborosan anggaran negara. Negara dan rakyat ditipu karena telah mengalokasikan uang untuk membuat evaluasi yang salah sasaran. Keinginan pemerintah untuk mengajukan peninjauan kembali atas putusan Mahkamah Agung tentang kebijakan UN menunjukkan bahwa pengambil kebijakan ini tuli dengan suara rakyatnya sendiri.
Ketiga, pembentukan karakter bangsa dalam konteks pendidikan harus bermuara pada keunggulan akademis. Tugas utama sekolah adalah membentuk anak-anak yang cerdas, pintar, kritis, yang mampu memahami tatanan sosial masyarakat menjadi lebih baik sehingga mereka mampu terlibat secara aktif dalam kehidupan masyarakat.
Mengajarkan kesantunan, tata krama, membentuk siswa menjadi anak yang saleh dan rajin berdoa, tentu menjadi bagian integral kinerja pendidikan, tetapi ini bukan tugas utama sekolah. Ini adalah tugas semua warga masyarakat Indonesia. Memupuk keingintahuan intelektual, seperti diindikasikan Mendiknas yang baru, merupakan tugas utama sekolah.
Kebijakan pendidikan yang dipikirkan secara matang dan berkesinambungan seharusnya menjadi orientasi bagi pemerintah dalam mendesain pendidikan nasional. Kebutuhan sesaat akan tetap berubah, tetapi menciptakan sebuah generasi yang memiliki keunggulan akademis kiranya menjadi tugas abadi setiap lembaga pendidikan.
Inilah yang seharusnya menjadi desain besar pendidikan nasional kita.
banyak Guru Masih Terjebak Kekakuan Rencana Pokok Pembelajaran
Guru Masih Terjebak Kekakuan Rencana Pokok Pembelajaran
Para guru terjebak kepada kekakuan Rencana Pokok Pembelajaran (RPP) sehingga kurang bisa mengmbangkan kreativitasnya. Kelemahan lainnya guru juga kurang memahami metode pembelajaran sehingga mengajar sesuai dengan kebiasaannya.
"Guru saat ini terjebak pada urusan administrasi sehingga sudah capek ketika akan mengajar," kata dosen UPI Bandung, Dr. Nandang R, M.Pd, saat workshop guru Yayasan Istiaqamah di Aula Istiqamah Jln. Taman Citarum, Jumat (28/10).
Apalagi RPP yang diambil guru juga sekadar meniru (copy paste) sehingga tidak ada kreativitas guru. "Padahal, kondisi masing-masing sekolah berbeda, namun RPP nya sama. Persoalan lain RPP juga berasal dari pembelajaran monolog atau satu arah sehingga kurang menarik bagi para siswa," katanya.
Kelemahan lain guru, kata Nandang, belum menguasai berbagai metode pengajaran bahkan saru metode pun belum dikuasainya. "Jangan-jangan guru mengajar serba apa adanya yang penting memberikan pelajaran kepada para siswanya," katanya.
Nandang menawarkan metode baru yakni Metode Socratic sehingga lebih menarik dan membuat siswa aktif. "Metode Socratic bukan sekadar tell atau bicara sebab kalau guru bicara pasti anak diam mendengarkan. Namun Metode Socratic mengajak anak berbuat sesuatu," katanya.
Selain itu, Metode Socratic juga menuntut para siswa untuk melakukan identifikasi dan analisa dengan cara mengamati dan memikirkan. "Pertanyaan dalam Metode Socratic adalah apa yang terjadi? Mengapa seperti itu? Sebaiknya bagaimana?" Katanya.
Dia mencontohkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) dalam Bahasa Indonesia seperti kemampuan menyunting. "Tidak bisa guru memberikan kemampuan menyunting dengan sekadar ceramah. Berikan anak tugas dan pendampingan agart anak bisa menyunting karangan," ucapnya.
sumber: konsorsium guru indonesia
Para guru terjebak kepada kekakuan Rencana Pokok Pembelajaran (RPP) sehingga kurang bisa mengmbangkan kreativitasnya. Kelemahan lainnya guru juga kurang memahami metode pembelajaran sehingga mengajar sesuai dengan kebiasaannya.
"Guru saat ini terjebak pada urusan administrasi sehingga sudah capek ketika akan mengajar," kata dosen UPI Bandung, Dr. Nandang R, M.Pd, saat workshop guru Yayasan Istiaqamah di Aula Istiqamah Jln. Taman Citarum, Jumat (28/10).
Apalagi RPP yang diambil guru juga sekadar meniru (copy paste) sehingga tidak ada kreativitas guru. "Padahal, kondisi masing-masing sekolah berbeda, namun RPP nya sama. Persoalan lain RPP juga berasal dari pembelajaran monolog atau satu arah sehingga kurang menarik bagi para siswa," katanya.
Kelemahan lain guru, kata Nandang, belum menguasai berbagai metode pengajaran bahkan saru metode pun belum dikuasainya. "Jangan-jangan guru mengajar serba apa adanya yang penting memberikan pelajaran kepada para siswanya," katanya.
Nandang menawarkan metode baru yakni Metode Socratic sehingga lebih menarik dan membuat siswa aktif. "Metode Socratic bukan sekadar tell atau bicara sebab kalau guru bicara pasti anak diam mendengarkan. Namun Metode Socratic mengajak anak berbuat sesuatu," katanya.
Selain itu, Metode Socratic juga menuntut para siswa untuk melakukan identifikasi dan analisa dengan cara mengamati dan memikirkan. "Pertanyaan dalam Metode Socratic adalah apa yang terjadi? Mengapa seperti itu? Sebaiknya bagaimana?" Katanya.
Dia mencontohkan Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar (SKKD) dalam Bahasa Indonesia seperti kemampuan menyunting. "Tidak bisa guru memberikan kemampuan menyunting dengan sekadar ceramah. Berikan anak tugas dan pendampingan agart anak bisa menyunting karangan," ucapnya.
sumber: konsorsium guru indonesia
Seperti Inikah Matematika yang Menyenangkan?
Seperti Inikah Matematika yang Menyenangkan?
JAKARTA, KOMPAS.com � Banyak cara membuat Matematika menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dari yang tradisional menggunakan batang lidi, sampai yang mutakhir ala Glenn Doman. Kuncinya cuma kreativitas.
Penuturan Djomon Bapila, Kepala SD 008 Kalampising, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, ini misalnya. Djomon mengaku, dia mewajibkan para siswa kelas I untuk membawa batang-batang lidi ke sekolah.
"Lalu, saya minta mereka mengikatnya dengan jumlah untuk masing-masing ikat sebanyak 10 lidi. Itulah alat hitung mereka," ujar Djomon, awal Oktober lalu.
"Sederhana memang, tetapi hanya itu yang termurah, tercepat, dan termudah untuk diserap oleh siswa. Dengan lidi-lidi ini, mereka menjadi aktif belajar dan tak sadar bisa menghitung dengan tangkas," tambahnya.
Lain Djomon, lain pula Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematika yang ia ajarkan. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.
Ya, "domino Matematika". Sugimun sudah membuktikan bahwa domino tersebut bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.
Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, maka kartu pada "domino Matematika" berisi berbagai bilangan pecahan.
"Saya berpikir, apa pun yang ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan rumah maupun sekolah bisa dimanfaatkan. Sederhananya, Matematika itu tidak rumit dan mudah dimengerti siswa, asalkan gurunya bisa memudahkan siswa menyerapnya," ujar Sugimun.
"Pernah, waktu pelajaran tentang bangun bidang, seperti kubus, balok, segitiga, atau kerucut, saya minta siswa melihat ke semua sisi bangunan (sekolah), mulai dari dinding sampai atap, ternyata itu lebih mudah dimengerti ketimbang hanya teori di papan tulis," ujar lulusan Universitas Mulawarman ini.
Glenn Doman
Khusus anak balita, mereka memerlukan sistem pembelajaran, metode, dan sarana yang tepat supaya bisa merasa senang dan mudah saat mempelajari Matematika.
Berangkat dari fungsi otak yang memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa pada seorang anak, Dr Glenn Doman menunjukkan betapa mudahnya mengajarkan Matematika ke anak balita dan menjadikan proses belajar tersebut begitu menyenangkan.
Menurut Irene F Mongkar, seorang praktisi metode Glenn Doman, pada masa tiga tahun pertama, otak balita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibatnya, stimulasi yang diberikan pada masa ini akan merangsang kecerdasannya.
Pertanyaannya, bagaimana metode ini mampu membuat pelajaran Matematika menjadi begitu menarik dan menyenangkan buat anak-anak Anda?
- Tahap Pertama, Perkenalkan Jumlah
Perlihatkan kepada anak, kartu-kartu putih berukuran 28 x 28 cm dengan gambar dot (lingkaran berdiameter 2 cm) berwarna merah, mulai dari kartu berjumlah dot 1 sampai dengan 100.
Untuk memperkenalkan jumlah, cukup dengan memberikan 5 kartu, dengan sangat cepat (2 kartu untuk 1 detik) dan diulang maksimum sebanyak 3 kali sehari.
- Tahap Kedua, Perkenalkan Persamaan
Kembali kita menunjukkan kartu-kartu dot, misalnya dot berjumlah 7, 5, dan 12. Tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”tujuh ditambah lima sama dengan dua belas”.
Berikan tiga persamaan dalam setiap pengajaran, dan sehari berikan 3 kali pengajaran. Harus dicatat, setiap persamaan tidak diulang lagi.
- Tahap ketiga, Pemecahan Masalah
Siapkan kartu dot berjumlah 4, 7, 11, dan 16. Lalu, tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”Empat ditambah tujuh sama dengan 11 atau 16?”
Biarkan si anak memilih, dan berikan dia cukup waktu berpikir dan menunjukkan jawabannya. Berikan anak balita kesempatan untuk menggunakan kemampuannya.
- Tahap keempat, Pengenalan Angka
Pengenalan ini prinsipnya seperti pada tahap 1. Adapun pada tahap kelima, perkenalkan persamaan dengan angka yang ditulis dalam karton panjang berukuran 10 x 50 cm, dengan berbagai jenis persamaan, misalnya 7 + 1 + 11 � 5 + 2 � 4.
Dengan cara yang sederhana, waktu yang singkat, sikap gembira dan menyenangkan, kita dapat mengenalkan Matematika kepada anak balita. Dengan begitu, anak balita akan mulai menyenangi Matematika.
sumber: kompas
JAKARTA, KOMPAS.com � Banyak cara membuat Matematika menjadi pelajaran yang mudah dan menyenangkan. Dari yang tradisional menggunakan batang lidi, sampai yang mutakhir ala Glenn Doman. Kuncinya cuma kreativitas.
Penuturan Djomon Bapila, Kepala SD 008 Kalampising, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur, ini misalnya. Djomon mengaku, dia mewajibkan para siswa kelas I untuk membawa batang-batang lidi ke sekolah.
"Lalu, saya minta mereka mengikatnya dengan jumlah untuk masing-masing ikat sebanyak 10 lidi. Itulah alat hitung mereka," ujar Djomon, awal Oktober lalu.
"Sederhana memang, tetapi hanya itu yang termurah, tercepat, dan termudah untuk diserap oleh siswa. Dengan lidi-lidi ini, mereka menjadi aktif belajar dan tak sadar bisa menghitung dengan tangkas," tambahnya.
Lain Djomon, lain pula Sugimun. Guru Matematika SMPN I Lumbis, Kabupaten Nunukan, ini punya cara jitu untuk membuat siswanya tertarik dan mudah mengerti pelajaran Matematika yang ia ajarkan. Salah satunya, Sugimun mengajak para siswa bermain gaple atau yang lebih akrab disebut domino.
Ya, "domino Matematika". Sugimun sudah membuktikan bahwa domino tersebut bisa memudahkan siswa mengenal pelajaran Matematika tentang bilangan pecahan.
Tak ubahnya bermain domino, setelah kartu pertama dilempar, kartu berikutnya akan mengikuti. Namun, jika pada domino sesungguhnya berisi kumpulan atau urutan angka-angka, maka kartu pada "domino Matematika" berisi berbagai bilangan pecahan.
"Saya berpikir, apa pun yang ada di sekitar kita, baik itu di lingkungan rumah maupun sekolah bisa dimanfaatkan. Sederhananya, Matematika itu tidak rumit dan mudah dimengerti siswa, asalkan gurunya bisa memudahkan siswa menyerapnya," ujar Sugimun.
"Pernah, waktu pelajaran tentang bangun bidang, seperti kubus, balok, segitiga, atau kerucut, saya minta siswa melihat ke semua sisi bangunan (sekolah), mulai dari dinding sampai atap, ternyata itu lebih mudah dimengerti ketimbang hanya teori di papan tulis," ujar lulusan Universitas Mulawarman ini.
Glenn Doman
Khusus anak balita, mereka memerlukan sistem pembelajaran, metode, dan sarana yang tepat supaya bisa merasa senang dan mudah saat mempelajari Matematika.
Berangkat dari fungsi otak yang memiliki kemampuan menyerap informasi yang luar biasa pada seorang anak, Dr Glenn Doman menunjukkan betapa mudahnya mengajarkan Matematika ke anak balita dan menjadikan proses belajar tersebut begitu menyenangkan.
Menurut Irene F Mongkar, seorang praktisi metode Glenn Doman, pada masa tiga tahun pertama, otak balita mengalami perkembangan yang sangat pesat. Akibatnya, stimulasi yang diberikan pada masa ini akan merangsang kecerdasannya.
Pertanyaannya, bagaimana metode ini mampu membuat pelajaran Matematika menjadi begitu menarik dan menyenangkan buat anak-anak Anda?
- Tahap Pertama, Perkenalkan Jumlah
Perlihatkan kepada anak, kartu-kartu putih berukuran 28 x 28 cm dengan gambar dot (lingkaran berdiameter 2 cm) berwarna merah, mulai dari kartu berjumlah dot 1 sampai dengan 100.
Untuk memperkenalkan jumlah, cukup dengan memberikan 5 kartu, dengan sangat cepat (2 kartu untuk 1 detik) dan diulang maksimum sebanyak 3 kali sehari.
- Tahap Kedua, Perkenalkan Persamaan
Kembali kita menunjukkan kartu-kartu dot, misalnya dot berjumlah 7, 5, dan 12. Tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”tujuh ditambah lima sama dengan dua belas”.
Berikan tiga persamaan dalam setiap pengajaran, dan sehari berikan 3 kali pengajaran. Harus dicatat, setiap persamaan tidak diulang lagi.
- Tahap ketiga, Pemecahan Masalah
Siapkan kartu dot berjumlah 4, 7, 11, dan 16. Lalu, tunjukkan kartu tersebut dengan mengatakan ”Empat ditambah tujuh sama dengan 11 atau 16?”
Biarkan si anak memilih, dan berikan dia cukup waktu berpikir dan menunjukkan jawabannya. Berikan anak balita kesempatan untuk menggunakan kemampuannya.
- Tahap keempat, Pengenalan Angka
Pengenalan ini prinsipnya seperti pada tahap 1. Adapun pada tahap kelima, perkenalkan persamaan dengan angka yang ditulis dalam karton panjang berukuran 10 x 50 cm, dengan berbagai jenis persamaan, misalnya 7 + 1 + 11 � 5 + 2 � 4.
Dengan cara yang sederhana, waktu yang singkat, sikap gembira dan menyenangkan, kita dapat mengenalkan Matematika kepada anak balita. Dengan begitu, anak balita akan mulai menyenangi Matematika.
sumber: kompas
Belajar Mengajar Calon Penulis Andal
Belajar Mengajar Calon Penulis Andal
Budaya menulis masih menjadi sesuatu yang kurang familiar bagi siswa. Menyikapi fenomena tersebut, sebagai guru, orang tua, dan pengambil kebijakan sekolah berjuang membudayakan proses kreatif menulis. Dengan pendekatan dan pandangan yang konstruktif dunia menulis akan menjadi kegiatan rutin yang akan dilakukan oleh pemilik masa depan negeri ini.
Realitas yang ada adalah kegiatan menulis masih menjadi kegiatan yang kurang diminati, baik itu siswa maupun lingkunga kita. Semua sadar, menulis adalah proses yang kompleks, rumit dan berulang-ulang, bukan proses yang bersifat linier. Proses menulis adalah proses berpikir yang berlangsung selama kegiatan menulis (Crowhurst, 1988:7) Sebagai tindak lanjut, apa yang mesti dilakukan?
Guru sebagai motivator adalah orang yang selalu menfasilitasi kegiatan menulis siswa, harus memiliki visi jelas. Arah tujuan yang akan didapat tentunya sesuai dengan kurikulum yang sudah ditata sesuai kondisi budaya belajar di sekolah. Penulis yakin tak ada seorang guru yang tak menginginkan siswanya memiliki kesempatan dan keterampilan lebih. Jadi peran guru dari pelbagai disiplin ilmu harus memberi kesempatan agar keterampilan menulis mulai dibudayakan.
Menyadari peranan penting itu, penulis meyakini guru masih menjadi orang yang patut dijadikan teladan, kalau toh masih ada guru yang belum terbiasa menulis atau memiliki budaya menulis, semata-mata karena faktor lingkungan. Buktinya jika di lingkungan guru kebiasaan menulis menjadi target pembiasaan yang sudah dicanangkan, sekolah pastilah tak akan ada satu guru pun yang akan menghindari pembiasaan tersebut. Mungkin yang menjadi faktor penghambat adalah waktu yang kurang/tak memungkinkan guru melakukan refleksi dan proses kreatif karena terlalu banyaknya tugas dan kegiatan. Belum lagi jika kita menoleh tanggung jawab sosial guru dalam keluarga dan masyarakat.
Semua itu dapat disiasati dengan kebijakan dan pemikiran lebih arif. Pendek kata mari mencoba memfasilitasi kegiatan menulis siswa sehubungan dengan mata pelajaran yang kita ampu ini. Menyadari keterampilan menulis siswa usia remaja harus dijadikan pembiasaan, kiranya peranan orangtua pun cukup penting. Janganlah sebagai orang tua memiliki pemikiran sempit terhadap definisi belajar bagi anak. Dukung anak jika mereka mencoba untuk menulis puisi, cerita pendek, novel, ataupun karya ilmiah. Kadang ada orangtua yang menganggap kegiatan itu kurang penting! Dengan menulis, anak akan memiliki pola pikir sistematis dalam menyampaikan gagasan dan imajinasi logisnya, dengan demikian otak melakukan aktivitas mereproduksi apa yang menjadi pikirannya.
Orangtua diharap memberi dukungan baik materi (perangkat keras kegiatan menulis) maupun dorongan moral (dialog/interaksi). Memberi waktu /dukungan dengan pembimbingan secara langsung. Misalnya, dengan duduk bersama untuk melatih cara menyampaikan pikiran/gagasan dalam bentuk tulisan, mengarahkan anak untuk mencoba mengirimkan tulisan ke media yang memungkinkan hasil tulisan tersebut dipublikasikan.
Siswa harus menemukan rasa percaya dengan menanyakan pada diri sendiri jika Ayu Utami atau Dyan Nuranindya bisa menulis mengapa aku tidak? Pertanyaan itu silakan terus dikumandangkan dalam proses belajar. Dengan memiliki rasa percaya diri yang besar merupakan modal mengawali belajar menulis kian bergairah. Siswa harus mengikuti perkembangan sepak terjang penulis muda. Misalnya peserta lomba karya ilmiah, penulis teenlit, dan hasil-hasil tulisan baik dari internet, televisi, surat kabar, maupun koran. Selalu mau dan berusaha melihat karya orang lain karena dengan demikian pikiran akan mendapat informasi terbaru. Ingat tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki kesegaran.
Siswa harus bermental baja, tak takut gagal jika tulisannya dikirim dan masih belum mendapat kesempatan dimuat karena berbagai pertimbangan. Lakukan evaluasi dengan menenangkan diri, catatlah ide-ide yang bisa menjadi sumber inspirasi tulisan. Totalitas berpikir dan cita-cita yang jelas akan memotivasi diri. Anak akan memiliki mental yang kuat jika mengalami kegagalan, terus maju jika mendapatkan tantangan, dengan demikian kekuatan yang dibangun untuk lebih memotivasi diri akan mendongkrak jiwa ini dalam memosisikan diri sebagai calon penulis andal.
Budaya menulis masih menjadi sesuatu yang kurang familiar bagi siswa. Menyikapi fenomena tersebut, sebagai guru, orang tua, dan pengambil kebijakan sekolah berjuang membudayakan proses kreatif menulis. Dengan pendekatan dan pandangan yang konstruktif dunia menulis akan menjadi kegiatan rutin yang akan dilakukan oleh pemilik masa depan negeri ini.
Realitas yang ada adalah kegiatan menulis masih menjadi kegiatan yang kurang diminati, baik itu siswa maupun lingkunga kita. Semua sadar, menulis adalah proses yang kompleks, rumit dan berulang-ulang, bukan proses yang bersifat linier. Proses menulis adalah proses berpikir yang berlangsung selama kegiatan menulis (Crowhurst, 1988:7) Sebagai tindak lanjut, apa yang mesti dilakukan?
Guru sebagai motivator adalah orang yang selalu menfasilitasi kegiatan menulis siswa, harus memiliki visi jelas. Arah tujuan yang akan didapat tentunya sesuai dengan kurikulum yang sudah ditata sesuai kondisi budaya belajar di sekolah. Penulis yakin tak ada seorang guru yang tak menginginkan siswanya memiliki kesempatan dan keterampilan lebih. Jadi peran guru dari pelbagai disiplin ilmu harus memberi kesempatan agar keterampilan menulis mulai dibudayakan.
Menyadari peranan penting itu, penulis meyakini guru masih menjadi orang yang patut dijadikan teladan, kalau toh masih ada guru yang belum terbiasa menulis atau memiliki budaya menulis, semata-mata karena faktor lingkungan. Buktinya jika di lingkungan guru kebiasaan menulis menjadi target pembiasaan yang sudah dicanangkan, sekolah pastilah tak akan ada satu guru pun yang akan menghindari pembiasaan tersebut. Mungkin yang menjadi faktor penghambat adalah waktu yang kurang/tak memungkinkan guru melakukan refleksi dan proses kreatif karena terlalu banyaknya tugas dan kegiatan. Belum lagi jika kita menoleh tanggung jawab sosial guru dalam keluarga dan masyarakat.
Semua itu dapat disiasati dengan kebijakan dan pemikiran lebih arif. Pendek kata mari mencoba memfasilitasi kegiatan menulis siswa sehubungan dengan mata pelajaran yang kita ampu ini. Menyadari keterampilan menulis siswa usia remaja harus dijadikan pembiasaan, kiranya peranan orangtua pun cukup penting. Janganlah sebagai orang tua memiliki pemikiran sempit terhadap definisi belajar bagi anak. Dukung anak jika mereka mencoba untuk menulis puisi, cerita pendek, novel, ataupun karya ilmiah. Kadang ada orangtua yang menganggap kegiatan itu kurang penting! Dengan menulis, anak akan memiliki pola pikir sistematis dalam menyampaikan gagasan dan imajinasi logisnya, dengan demikian otak melakukan aktivitas mereproduksi apa yang menjadi pikirannya.
Orangtua diharap memberi dukungan baik materi (perangkat keras kegiatan menulis) maupun dorongan moral (dialog/interaksi). Memberi waktu /dukungan dengan pembimbingan secara langsung. Misalnya, dengan duduk bersama untuk melatih cara menyampaikan pikiran/gagasan dalam bentuk tulisan, mengarahkan anak untuk mencoba mengirimkan tulisan ke media yang memungkinkan hasil tulisan tersebut dipublikasikan.
Siswa harus menemukan rasa percaya dengan menanyakan pada diri sendiri jika Ayu Utami atau Dyan Nuranindya bisa menulis mengapa aku tidak? Pertanyaan itu silakan terus dikumandangkan dalam proses belajar. Dengan memiliki rasa percaya diri yang besar merupakan modal mengawali belajar menulis kian bergairah. Siswa harus mengikuti perkembangan sepak terjang penulis muda. Misalnya peserta lomba karya ilmiah, penulis teenlit, dan hasil-hasil tulisan baik dari internet, televisi, surat kabar, maupun koran. Selalu mau dan berusaha melihat karya orang lain karena dengan demikian pikiran akan mendapat informasi terbaru. Ingat tulisan yang baik adalah tulisan yang memiliki kesegaran.
Siswa harus bermental baja, tak takut gagal jika tulisannya dikirim dan masih belum mendapat kesempatan dimuat karena berbagai pertimbangan. Lakukan evaluasi dengan menenangkan diri, catatlah ide-ide yang bisa menjadi sumber inspirasi tulisan. Totalitas berpikir dan cita-cita yang jelas akan memotivasi diri. Anak akan memiliki mental yang kuat jika mengalami kegagalan, terus maju jika mendapatkan tantangan, dengan demikian kekuatan yang dibangun untuk lebih memotivasi diri akan mendongkrak jiwa ini dalam memosisikan diri sebagai calon penulis andal.
Teknologi Ramah Pelajar
Teknologi Ramah Pelajar
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap pelajar harus diakui melebihi apa pun, bahkan lembaga keluarga maupun pendidikan. Banyak kasus yang menimpa pelajar menunjukkan penyalahgunaan kemajuan teknologi komunikasi sehingga berdampak buruk bagi tingkah laku pelajar dalam lembaga pendidikan (sekolah). Tentu sangat disayangkan, sebab di sekolah pelajar harusnya fokus melakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan kecanggihan teknologi prosedur berinteraksi tak harus kontak langsung. Interaksi eksklusif maupun kolektif seiring perkembangan zaman mulai difasilitasi gadget yang mudah dan murah. Bergosip, tertawa, menangis, berdiskusi, jatuh cinta, bahkan putus cinta bisa terjadi tanpa kontak langsung. Fenomenanya sudah sampai pada tahapan sistem budaya karena pelajar memiliki ketergantungan kuat terhadap internet untuk hadir di dunia maya. Sebagian besar pelajar, berselancar di dunia maya lebih urgen dibanding interaksi riil. Populer dan sempurna di dunia maya adalah prioritas, daripada berkompetisi dan berorganisasi secara nyata. Imbas terbesarnya, sisi adiktif pelan namun pasti melahirkan pelajar yang narsis, pemujaan terhadap diri secara berlebihan.
Kasus lain memanfaatkan teknologi adalah penyalahgunaan gadget untuk mempermudah kerja sama, mencari jawaban saat menempuh ujian, serta tindak kejahatan seperti mencuri karya orang lain. Lahirlah plagiator-plagiator ulung, muda, berbakat yang tanpa dosa dan seenaknya menjiplak demi menyelesaikan tugas sekolah.
Ketergantungan teknologi sebagai sarana penyaluran aktivitas narsistik tak boleh dibiarkan. Bila sisi adiktif narsisme sudah parah, akan menggerus kesadaran pelajar akan pentingnya budaya literatif. Budaya literatif adalah nuansa antuisme membaca dan kemampuan menuangkan ide baru dalam bentuk tulisan ilmiah. Membaca adalah aktivitas penting dilakukan siapapun terutama pelajar. Karena pelajar adalah generasi pemikul tanggung jawab besar sebagai penentu arah kemajuan bangsa dan bertanggung jawab terhadap nasib masyarakat luas.
Membaca berita, artikel, esai, karya sastra, buku sangat berbeda efeknya dibanding membaca pesan sms. Dengan membaca, pengetahuan kian luas dan akan memacu pelajar lebih kreatif, inovatif. Sebaliknya, terbiasa membaca pesan pendek memengaruhi karakter cenderung reaktif, dangkal dan kurang matang. Sedang budaya literatif akan membentuk karakter lebih matang dan kontemplatif.
Menghalangi dan melarang pelajar untuk tak menyentuh gadget canggih dengan alasan mencegah akibat buruk bukan pemecahan jangka panjang. Sebaliknya, hal tersebut tergolong pemasungan. Lebih rasional jika para pendidik terjun langsung memantau perkembangan siswa dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi. Misalnya, sekolah menyediakan pelanyanan hotspot namun memblokir situs yang potensial merusak iklim akademis. Pendidik dan siswa bergabung dalam jejaring sosial, sehingga bisa lebih intens berdikusi seputar pelajaran.
Atau, membiasakan menyelesaikan tugas sekolah dan mengirimnya melalui email. Tugas yang dikirim melalui pesan elektronik memiliki beberapa kelebihan, selain lebih modern, efektif waktu, juga akan menghemat kertas. Penghematan kertas sangat penting mengingat ancaman global warming. Dengan metode demikian mudah-mudahan ada kemajuan di kalangan pelajar dalam menghadapi kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi adalah tantangan dan ujian bagi kita semua.
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap pelajar harus diakui melebihi apa pun, bahkan lembaga keluarga maupun pendidikan. Banyak kasus yang menimpa pelajar menunjukkan penyalahgunaan kemajuan teknologi komunikasi sehingga berdampak buruk bagi tingkah laku pelajar dalam lembaga pendidikan (sekolah). Tentu sangat disayangkan, sebab di sekolah pelajar harusnya fokus melakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan kecanggihan teknologi prosedur berinteraksi tak harus kontak langsung. Interaksi eksklusif maupun kolektif seiring perkembangan zaman mulai difasilitasi gadget yang mudah dan murah. Bergosip, tertawa, menangis, berdiskusi, jatuh cinta, bahkan putus cinta bisa terjadi tanpa kontak langsung. Fenomenanya sudah sampai pada tahapan sistem budaya karena pelajar memiliki ketergantungan kuat terhadap internet untuk hadir di dunia maya. Sebagian besar pelajar, berselancar di dunia maya lebih urgen dibanding interaksi riil. Populer dan sempurna di dunia maya adalah prioritas, daripada berkompetisi dan berorganisasi secara nyata. Imbas terbesarnya, sisi adiktif pelan namun pasti melahirkan pelajar yang narsis, pemujaan terhadap diri secara berlebihan.
Kasus lain memanfaatkan teknologi adalah penyalahgunaan gadget untuk mempermudah kerja sama, mencari jawaban saat menempuh ujian, serta tindak kejahatan seperti mencuri karya orang lain. Lahirlah plagiator-plagiator ulung, muda, berbakat yang tanpa dosa dan seenaknya menjiplak demi menyelesaikan tugas sekolah.
Ketergantungan teknologi sebagai sarana penyaluran aktivitas narsistik tak boleh dibiarkan. Bila sisi adiktif narsisme sudah parah, akan menggerus kesadaran pelajar akan pentingnya budaya literatif. Budaya literatif adalah nuansa antuisme membaca dan kemampuan menuangkan ide baru dalam bentuk tulisan ilmiah. Membaca adalah aktivitas penting dilakukan siapapun terutama pelajar. Karena pelajar adalah generasi pemikul tanggung jawab besar sebagai penentu arah kemajuan bangsa dan bertanggung jawab terhadap nasib masyarakat luas.
Membaca berita, artikel, esai, karya sastra, buku sangat berbeda efeknya dibanding membaca pesan sms. Dengan membaca, pengetahuan kian luas dan akan memacu pelajar lebih kreatif, inovatif. Sebaliknya, terbiasa membaca pesan pendek memengaruhi karakter cenderung reaktif, dangkal dan kurang matang. Sedang budaya literatif akan membentuk karakter lebih matang dan kontemplatif.
Menghalangi dan melarang pelajar untuk tak menyentuh gadget canggih dengan alasan mencegah akibat buruk bukan pemecahan jangka panjang. Sebaliknya, hal tersebut tergolong pemasungan. Lebih rasional jika para pendidik terjun langsung memantau perkembangan siswa dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi. Misalnya, sekolah menyediakan pelanyanan hotspot namun memblokir situs yang potensial merusak iklim akademis. Pendidik dan siswa bergabung dalam jejaring sosial, sehingga bisa lebih intens berdikusi seputar pelajaran.
Atau, membiasakan menyelesaikan tugas sekolah dan mengirimnya melalui email. Tugas yang dikirim melalui pesan elektronik memiliki beberapa kelebihan, selain lebih modern, efektif waktu, juga akan menghemat kertas. Penghematan kertas sangat penting mengingat ancaman global warming. Dengan metode demikian mudah-mudahan ada kemajuan di kalangan pelajar dalam menghadapi kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi adalah tantangan dan ujian bagi kita semua.
LUHUR DAN HANCURNYA PENDIDIKAN NASIONAL
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan dari Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia. Selain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanaka ketertiban dunia, alinea keempat Pembukaan UUD Tahun 1945 mengamanatkan bahwa beban mencerdaskan kehidupan bangsa ada pada pemerintah. Dan oleh karena itulah Pemerintah Negara Indonesia dibentuk melalui Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
Dengan kemerdekaan, proses mencerdaskan kehidupan bangsa lebih mungkin untuk dilakukan. Sebab tanpa kemerdekaan tidak akan mungkin terselenggara pendidikan berkualitas dan berkeadilan yang dapat mencerdaskan segenap bangsa Indonesia. Tanpa kemerdekaan pendidikan hanya akan dinikmati oleh anak-anak kaum penjajah dan para priyayi. Kemerdekaan membuka akses terhadap pendidikan kepada siapapun.
Kemerdekaan dan pendidikan adalah dua elemen yang saling mendukung, satu membutuhkan yang lainnya. Kemerdekaan mampu menciptakan pendidikan yang lebih baik. Namun, tanpa pendidikan tidak akan lahir gagasan tentang kemerdekaan. Gagasan tentang bangsa merdeka yang diusung oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional pun tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan yang telah mereka terima.
Salah satu tokoh pergerakan nasional tersebut adalah Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Pendidikan tidak hanya melahirkan gagasan kemerdekaan dalam khasanah berpikir Ki Hajar, namun juga menjadi alat perjuangannya untuk mewujudkan kemerdekaan. Soewardi menjadikan kemerdekaan sebagai azas pendidikan. Bagi Ki Hajar, mengisi jiwa merdeka pada anak-anak Indonesia yang sedang dijajah berarti mempersenjatai bangsa dengan keberanian untuk berjuang.
Setelah menggunakan pers, partai politik dan organisasi massa, pendidikan adalah alat perjuangan terakhir yang digunakan Ki Hajar untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Dengan memberikan pendidikan yang memadai kepada rakyat akan menciptakan wawasan yang luas bagi mereka, yang pada akhirnya akan melahirkan kehendak untuk memerdekakan jiwa dan raganya. Taman Siswa lahir dengan latar belakang ini.
Sama seperti alat perjuangan yang pernah ia gunakan, pendidikan sebagai alat perjuanganpun harus menghadapi berbagai macam hambatan yang dipasang oleh pemerintah kolonial. Melalui wilde scholen ordonantie (ordonansi 'sekolah liar') pemerintah kolonial berupaya membendung perjuangan kemerdekaan melalui jalur pendidikan.
Ordonansi ini mengatur tentang izin penyelenggaraan pendidikan. Sekolah yang dianggap mengganggu 'ketertiban umum' tidak akan diberikan izin, dan dianggap sebagai 'sekolah liar'. Namun ordonansi ini tidak dapat diberlakukan secara efektif karena mendapatkan perlawanan yang luar biasa dari para tokoh dan organisasi pergerakan nasional.
Ya, elok dan luhur nian konsep pendidikan menurut Ki Hajar. Konsep yang tetap relevan hingga saat ini. Jika pada era sekarang -- yang katanya begitu canggih -- saja konsep ini begitu cemerlang, apalagi pada saat konsep ini dilahirkan. Bisa jadi pada masa kelahirannya konsep ini tidak terlalu cemerlang, karena keluhuran hati dan pikiran, mudah kita dapatkan pada masa itu. Sementara di era milenium yang menampilkan berbagai macam kecanggihan ini, keluhuran sulit didapatkan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Ironi Pendidikan Nasional
Taman Siswa berdiri tahun sejak 3 Juli 1922, 89 tahun lalu. Lebih jauh lagi, "Medan Prijaji", koran pertama yang dikelola oleh kaum pribumi terbit pada tahun 1903. Namun kenyataan yang ada seolah menampilkan sebuah ironi. Hingga September 2010, 5,3 persen atau 8,7 juta orang penduduk negeri ini menyandang status buta aksara. Selain keterisolasian, kemiskinan memberikan kontribusi besar terhadap angka kebutaaksaraan.
Seorang teman yang menjadi guru di salahsatu sekolah menengah swasta di Kabupaten Sorong, mengatakan bahwa kemampuan membaca sejumlah siswanya masih menjadi persoalan. Mereka masih kesulitan dalam membaca. Selain itu, guru juga harus 'berjuang' memilih kata atau kalimat yang sangat sederhana agar dapat dimengerti oleh murid-muridnya. Maklum, sekalipun para murid adalah putera-puteri bangsa Indonesia, namun pengetahuan mereka tentang kosa kata bahasa Indonesiapun masih sangat terbatas.
Padahal, program wajib belajar sudah dicanangkan sejak tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. UU Nomor 4 tahun 1950 jo UU Nomor 12 tahun 1954 menjadi payung hukum penyelenggaraan pendidikan. Setiap anak yang berusia 8 sampai 14 tahun diwajibkan mengikuti program ini. Program wajib belajar pada era ini tidak berjalan efektif, bukan hanya karena kemiskinan, namun juga karena berbagai pergolakan politik dan pemberontakan yang mendera perjalanan negara belia ini.
Pergantian kepemimpinan nasional ternyata tidak membawa arti bagi wajah pendidikan nasional. Jangankan pendidikan sebagai sebuah nilai, yang namanya (bangunan) sekolahpun tidak diurus secara pantas. Kasus bangunan sekolah rusak dan roboh serta ditukarguling untuk kepentingan bisnis masih kerap terjadi. Jika di Jakarta saja persoalan seperti ini masih terjadi, kita sudah dapat membayangkan nasib pendidikan di daerah-daerah lain.
Ujian Nasional
Melalui Ujian Nasional Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas dan membuat standar pendidikan nasional. Nilai UN menjadi penentu kelulusan para siswa. Alih-alih meningkatkan mutu dan standar pendidikan, pembentukan standar pendidikan melalui UN justru menuai kritik dan kecaman. Bahkan sejumlah orangtua murid, guru dan para pemerhati pendidikan menggugat Pemerintah secara perdata melalui mekanisme citizen law suit (CLS). Pada setiap tingkatan pemeriksaan pengadilan hingga Mahkamah Agung, permohonan para penggugat dikabulkan.
Sejatinya, UN bukan hanya tidak memiliki legitimasi sosial dan moral, namun juga legal. Namun pada kenyataannya UN masih tetap diselenggarakan dan masih menjadi penentu kelulusan dan standar pendidikan nasional, walaupun belakangan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan menetapkan kelulusan tidak lagi hanya ditentuka oleh UN, namun penggabungan dari nilai sekolah sebesar 40 persen dan 60 persen nilai UN.
Masuknya 40 persen nilai ujian sekolah sebagai komponen nilai kelulusan tidak serta-merta mengurangi 'kepanikan' para siswa, guru, kepala sekolah dan orangtua murid dalam menghadapi UN. Beragam jurus mereka gunakan untuk menghadapi UN. Mulai dari jurus yang paling elok dengan memberikan pelajaran tambahan hingga praktik curang memberikan bocoran jawaban dan mencontek (massal atau individual).
Sepanjang penyelenggaraannya, selain kasus bunuh diri, UN ternyata menyumbang pada kenaikan angka kriminalitas, seperti kasus pembocoran soal ujian, joki dan penipuan. Kualitas pendidikan tidak mengalami peningkatan sebagaimana yang diinginkan, penyelenggaraan UN justru semakin menjauhkan pemangku kepentingan dari esensi pendidikan.
Nilai-nilai luhur yang harusnya ditumbuhkan dan dijaga oleh lembaga sekolah justru dihancurkan. Mencontek yang pada awalnya adalah 'kejahatan' intelektual justru dianjurkan. Nilai-nilai solidaritas dan kesetiakawanan diartikan memberikan jawaban kepada teman-teman yang tidak bisa menjawab soal UN. Nilai-nilai kemandirian digadaikan dengan kelulusan. Kepala sekolah dan guru-guru beramai-ramai 'menggebuki' rekan sejawatnya yang membongkar kecurangan UN di sekolahnya.
'Kecelakaan' dalam dunia pendidikan tidak hanya terjadi di institusi pendidikan, namun sudah merembes hingga komunitas masyarakat paling bawah. Siami harus terusir dari rumahnya sendiri. Warga sekampung yang juga orangtua murid mengusirnya karena ia membongkar praktik contek massal di sekolah anaknya. Para orangtua seakan lupa bahwa ketika mereka bersekolahpun mencontek adalah perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan. Demi anaknya lulus UN, para orangtua seakan mendukung anak-anaknya terlibat aksi meruntuhkan nilai-nilai pendidikan di sekolah.
Aksi contek yang memperoleh legitimasi dari kepala sekolah, guru dan orangtua murid tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Setuju atau tidak setuju dengan berbagai macam praktik curang dalam menghadapi UN, tindakan tersebut bisa kita lihat sebagai bentuk perlawanan atau pembangkangan dari pihak sekolah. Sebab Pemerintah (pusat) yang tidak pernah memberikan perhatian kepada sekolah mereka, justru banyak mengatur, mengevaluasi dan menentukan lulus tidaknya siswa yang telah mereka didik selama sekian tahun.
Alangkah bijaksananya jika sebelum memberikan standarisasi mutu melalui UN, pemerintah mengurus standarisasi proses pendidikan. Misalnya standar perpustakaan, laboratorium dan lapangan olahraga yang harus dimiliki oleh sekolah. Termasuk standar kualitas dan kompetensi guru serta rasio guru dan murid.
Jika Pemerintah tidak mau mengurus standar proses pendidikan, maka menjadi tidak adil jika Pemerintah melakukan standarisasi output melalui UN. Dan tidak adil pula jika para murid dari belantara Papua harus 'bertanding' dengan siswa yang bersekolah di kota besar dengan fasilitas yang lengkap dan canggih.
RSBI
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas semestinya terjadi di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan, tidak dijelmakan dalam rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Dalam praktik, RSBI semakin menjauhkan akses orang miskin terhadap pendidikan. Sebab, selain anak harus memiliki nilai UN yang memenuhi syarat, orangtua juga harus membayar berbagai macam pungutan yang jumlahnya mencapai jutaan rupiah. (Kompas 6 Juli 2011)
Jika RSBI dianggap sebagai model pendidikan yang paling baik, harusnya ia diselenggarakan di setiap sekolah. Bukan pada sekolah-sekolah tertentu yang justru melahirkan ekslusivitas sekolah. Konstitusi menjamin bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan Pemerintah wajib membiayai. Pemerintahpun dituntut untuk mengusahakan sistem pendidikan nasional, bukan sekolah dengan standar internasional.
Jika sistem penyelenggaraan pendidikan seperti ini masih tetap dipertahankan, maka keadilan di bidang pendidikan tidak akan pernah terwujud. Pendidikan tidak lagi menjadi bagian dari hak asasi manusia, tapi sebuah komoditi. Angka putus sekolah pun makin sulit dibendung. Dan angka kemiskinan pun akan terus melambung, karena pendidikan sebagai sarana transformasi tidak dapat dikecap oleh si miskin.
* Penulis adalah Advokat dan Peneliti, bekerja pada Institute for Ecosoc Rights, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.
** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber
(sumer : portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).
Mencerdaskan kehidupan bangsa merupakan salah satu tujuan dari Kemerdekaan Kebangsaan Indonesia. Selain melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum dan ikut melaksanaka ketertiban dunia, alinea keempat Pembukaan UUD Tahun 1945 mengamanatkan bahwa beban mencerdaskan kehidupan bangsa ada pada pemerintah. Dan oleh karena itulah Pemerintah Negara Indonesia dibentuk melalui Undang-Undang Dasar Negara Indonesia.
Dengan kemerdekaan, proses mencerdaskan kehidupan bangsa lebih mungkin untuk dilakukan. Sebab tanpa kemerdekaan tidak akan mungkin terselenggara pendidikan berkualitas dan berkeadilan yang dapat mencerdaskan segenap bangsa Indonesia. Tanpa kemerdekaan pendidikan hanya akan dinikmati oleh anak-anak kaum penjajah dan para priyayi. Kemerdekaan membuka akses terhadap pendidikan kepada siapapun.
Kemerdekaan dan pendidikan adalah dua elemen yang saling mendukung, satu membutuhkan yang lainnya. Kemerdekaan mampu menciptakan pendidikan yang lebih baik. Namun, tanpa pendidikan tidak akan lahir gagasan tentang kemerdekaan. Gagasan tentang bangsa merdeka yang diusung oleh tokoh-tokoh pergerakan nasional pun tidak bisa dilepaskan dari proses pendidikan yang telah mereka terima.
Salah satu tokoh pergerakan nasional tersebut adalah Soewardi Surjaningrat atau yang lebih dikenal dengan nama Ki Hajar Dewantara. Pendidikan tidak hanya melahirkan gagasan kemerdekaan dalam khasanah berpikir Ki Hajar, namun juga menjadi alat perjuangannya untuk mewujudkan kemerdekaan. Soewardi menjadikan kemerdekaan sebagai azas pendidikan. Bagi Ki Hajar, mengisi jiwa merdeka pada anak-anak Indonesia yang sedang dijajah berarti mempersenjatai bangsa dengan keberanian untuk berjuang.
Setelah menggunakan pers, partai politik dan organisasi massa, pendidikan adalah alat perjuangan terakhir yang digunakan Ki Hajar untuk mewujudkan cita-cita kemerdekaannya. Dengan memberikan pendidikan yang memadai kepada rakyat akan menciptakan wawasan yang luas bagi mereka, yang pada akhirnya akan melahirkan kehendak untuk memerdekakan jiwa dan raganya. Taman Siswa lahir dengan latar belakang ini.
Sama seperti alat perjuangan yang pernah ia gunakan, pendidikan sebagai alat perjuanganpun harus menghadapi berbagai macam hambatan yang dipasang oleh pemerintah kolonial. Melalui wilde scholen ordonantie (ordonansi 'sekolah liar') pemerintah kolonial berupaya membendung perjuangan kemerdekaan melalui jalur pendidikan.
Ordonansi ini mengatur tentang izin penyelenggaraan pendidikan. Sekolah yang dianggap mengganggu 'ketertiban umum' tidak akan diberikan izin, dan dianggap sebagai 'sekolah liar'. Namun ordonansi ini tidak dapat diberlakukan secara efektif karena mendapatkan perlawanan yang luar biasa dari para tokoh dan organisasi pergerakan nasional.
Ya, elok dan luhur nian konsep pendidikan menurut Ki Hajar. Konsep yang tetap relevan hingga saat ini. Jika pada era sekarang -- yang katanya begitu canggih -- saja konsep ini begitu cemerlang, apalagi pada saat konsep ini dilahirkan. Bisa jadi pada masa kelahirannya konsep ini tidak terlalu cemerlang, karena keluhuran hati dan pikiran, mudah kita dapatkan pada masa itu. Sementara di era milenium yang menampilkan berbagai macam kecanggihan ini, keluhuran sulit didapatkan, termasuk dalam dunia pendidikan.
Ironi Pendidikan Nasional
Taman Siswa berdiri tahun sejak 3 Juli 1922, 89 tahun lalu. Lebih jauh lagi, "Medan Prijaji", koran pertama yang dikelola oleh kaum pribumi terbit pada tahun 1903. Namun kenyataan yang ada seolah menampilkan sebuah ironi. Hingga September 2010, 5,3 persen atau 8,7 juta orang penduduk negeri ini menyandang status buta aksara. Selain keterisolasian, kemiskinan memberikan kontribusi besar terhadap angka kebutaaksaraan.
Seorang teman yang menjadi guru di salahsatu sekolah menengah swasta di Kabupaten Sorong, mengatakan bahwa kemampuan membaca sejumlah siswanya masih menjadi persoalan. Mereka masih kesulitan dalam membaca. Selain itu, guru juga harus 'berjuang' memilih kata atau kalimat yang sangat sederhana agar dapat dimengerti oleh murid-muridnya. Maklum, sekalipun para murid adalah putera-puteri bangsa Indonesia, namun pengetahuan mereka tentang kosa kata bahasa Indonesiapun masih sangat terbatas.
Padahal, program wajib belajar sudah dicanangkan sejak tahun 1950, lima tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya. UU Nomor 4 tahun 1950 jo UU Nomor 12 tahun 1954 menjadi payung hukum penyelenggaraan pendidikan. Setiap anak yang berusia 8 sampai 14 tahun diwajibkan mengikuti program ini. Program wajib belajar pada era ini tidak berjalan efektif, bukan hanya karena kemiskinan, namun juga karena berbagai pergolakan politik dan pemberontakan yang mendera perjalanan negara belia ini.
Pergantian kepemimpinan nasional ternyata tidak membawa arti bagi wajah pendidikan nasional. Jangankan pendidikan sebagai sebuah nilai, yang namanya (bangunan) sekolahpun tidak diurus secara pantas. Kasus bangunan sekolah rusak dan roboh serta ditukarguling untuk kepentingan bisnis masih kerap terjadi. Jika di Jakarta saja persoalan seperti ini masih terjadi, kita sudah dapat membayangkan nasib pendidikan di daerah-daerah lain.
Ujian Nasional
Melalui Ujian Nasional Pemerintah berusaha meningkatkan kualitas dan membuat standar pendidikan nasional. Nilai UN menjadi penentu kelulusan para siswa. Alih-alih meningkatkan mutu dan standar pendidikan, pembentukan standar pendidikan melalui UN justru menuai kritik dan kecaman. Bahkan sejumlah orangtua murid, guru dan para pemerhati pendidikan menggugat Pemerintah secara perdata melalui mekanisme citizen law suit (CLS). Pada setiap tingkatan pemeriksaan pengadilan hingga Mahkamah Agung, permohonan para penggugat dikabulkan.
Sejatinya, UN bukan hanya tidak memiliki legitimasi sosial dan moral, namun juga legal. Namun pada kenyataannya UN masih tetap diselenggarakan dan masih menjadi penentu kelulusan dan standar pendidikan nasional, walaupun belakangan pemerintah melalui Kementerian Pendidikan menetapkan kelulusan tidak lagi hanya ditentuka oleh UN, namun penggabungan dari nilai sekolah sebesar 40 persen dan 60 persen nilai UN.
Masuknya 40 persen nilai ujian sekolah sebagai komponen nilai kelulusan tidak serta-merta mengurangi 'kepanikan' para siswa, guru, kepala sekolah dan orangtua murid dalam menghadapi UN. Beragam jurus mereka gunakan untuk menghadapi UN. Mulai dari jurus yang paling elok dengan memberikan pelajaran tambahan hingga praktik curang memberikan bocoran jawaban dan mencontek (massal atau individual).
Sepanjang penyelenggaraannya, selain kasus bunuh diri, UN ternyata menyumbang pada kenaikan angka kriminalitas, seperti kasus pembocoran soal ujian, joki dan penipuan. Kualitas pendidikan tidak mengalami peningkatan sebagaimana yang diinginkan, penyelenggaraan UN justru semakin menjauhkan pemangku kepentingan dari esensi pendidikan.
Nilai-nilai luhur yang harusnya ditumbuhkan dan dijaga oleh lembaga sekolah justru dihancurkan. Mencontek yang pada awalnya adalah 'kejahatan' intelektual justru dianjurkan. Nilai-nilai solidaritas dan kesetiakawanan diartikan memberikan jawaban kepada teman-teman yang tidak bisa menjawab soal UN. Nilai-nilai kemandirian digadaikan dengan kelulusan. Kepala sekolah dan guru-guru beramai-ramai 'menggebuki' rekan sejawatnya yang membongkar kecurangan UN di sekolahnya.
'Kecelakaan' dalam dunia pendidikan tidak hanya terjadi di institusi pendidikan, namun sudah merembes hingga komunitas masyarakat paling bawah. Siami harus terusir dari rumahnya sendiri. Warga sekampung yang juga orangtua murid mengusirnya karena ia membongkar praktik contek massal di sekolah anaknya. Para orangtua seakan lupa bahwa ketika mereka bersekolahpun mencontek adalah perbuatan yang bertentangan dengan nilai-nilai pendidikan. Demi anaknya lulus UN, para orangtua seakan mendukung anak-anaknya terlibat aksi meruntuhkan nilai-nilai pendidikan di sekolah.
Aksi contek yang memperoleh legitimasi dari kepala sekolah, guru dan orangtua murid tidak sepenuhnya bisa disalahkan. Setuju atau tidak setuju dengan berbagai macam praktik curang dalam menghadapi UN, tindakan tersebut bisa kita lihat sebagai bentuk perlawanan atau pembangkangan dari pihak sekolah. Sebab Pemerintah (pusat) yang tidak pernah memberikan perhatian kepada sekolah mereka, justru banyak mengatur, mengevaluasi dan menentukan lulus tidaknya siswa yang telah mereka didik selama sekian tahun.
Alangkah bijaksananya jika sebelum memberikan standarisasi mutu melalui UN, pemerintah mengurus standarisasi proses pendidikan. Misalnya standar perpustakaan, laboratorium dan lapangan olahraga yang harus dimiliki oleh sekolah. Termasuk standar kualitas dan kompetensi guru serta rasio guru dan murid.
Jika Pemerintah tidak mau mengurus standar proses pendidikan, maka menjadi tidak adil jika Pemerintah melakukan standarisasi output melalui UN. Dan tidak adil pula jika para murid dari belantara Papua harus 'bertanding' dengan siswa yang bersekolah di kota besar dengan fasilitas yang lengkap dan canggih.
RSBI
Penyelenggaraan pendidikan yang berkualitas semestinya terjadi di seluruh sekolah dan jenjang pendidikan, tidak dijelmakan dalam rintisan sekolah berstandar internasional (RSBI). Dalam praktik, RSBI semakin menjauhkan akses orang miskin terhadap pendidikan. Sebab, selain anak harus memiliki nilai UN yang memenuhi syarat, orangtua juga harus membayar berbagai macam pungutan yang jumlahnya mencapai jutaan rupiah. (Kompas 6 Juli 2011)
Jika RSBI dianggap sebagai model pendidikan yang paling baik, harusnya ia diselenggarakan di setiap sekolah. Bukan pada sekolah-sekolah tertentu yang justru melahirkan ekslusivitas sekolah. Konstitusi menjamin bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan dan Pemerintah wajib membiayai. Pemerintahpun dituntut untuk mengusahakan sistem pendidikan nasional, bukan sekolah dengan standar internasional.
Jika sistem penyelenggaraan pendidikan seperti ini masih tetap dipertahankan, maka keadilan di bidang pendidikan tidak akan pernah terwujud. Pendidikan tidak lagi menjadi bagian dari hak asasi manusia, tapi sebuah komoditi. Angka putus sekolah pun makin sulit dibendung. Dan angka kemiskinan pun akan terus melambung, karena pendidikan sebagai sarana transformasi tidak dapat dikecap oleh si miskin.
* Penulis adalah Advokat dan Peneliti, bekerja pada Institute for Ecosoc Rights, sekaligus Anggota Forum Belajar Bersama Prakarsa Rakyat dari Simpul Jabodetabek.
** Siapa saja dipersilahkan mengutip, menggandakan, menyebarluaskan sebagian atau seluruh materi yang termuat dalam portal ini selama untuk kajian dan mendukung gerakan rakyat. Untuk keperluan komersial pengguna harus mendapatkan ijin tertulis dari pengelola portal Prakarsa Rakyat. Setiap pengutipan, penggandaan dan penyebarluasan sebagian atau seluruh materi harus mencantumkan sumber
(sumer : portal Prakarsa Rakyat atau www.prakarsa-rakyat.org).
Mengemas Ekskul Lokal
Mengemas Ekskul Lokal
Jawa Timur terkenal akan kekayaan ragam budaya dan pariwisata. Hampir di setiap kabupaten atau kota madya memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Sayangnya ketika ditelisik lebih dalam ternyata hanya sebagian kecil masyarakat yang mau dan peduli akan hal ini. Pengakuan seni dan budaya lokal oleh bangsa asing harus dihentikan. Bukan tidak mungkin keragaman budaya kita hanya menjadi catatan sejarah. Kita harus memproteksinya dengan mencintai dan membanggakan budaya sendiri.
Ekstra kurikuler (ekskul) sebagai sarana belajar di luar jam efektif sekolah sangat diminati siswa. Rutinitas belajar yang padat membuat siswa merasa jenuh. Mereka perlu waktu untuk sekadar mengekpresikan bakat dan minatnya. Pihak sekolah dalam hal ini selaku pelaksana pendidikan berusaha mengakomodir kebutuhan siswa tersebut.
Namun sayang keragaman budaya yang kita miliki jarang mendapat apresiasi khususnya di kalangan pelajar. Konsep ekskul modern/asing dan olahraga cenderung lebih digandrungi siswa. Capoiera, break dance, cheerleader menjadi primadona di sekolah perkotaan. Di bidang olahraga tentu basket dan futsal saat ini menjadi yang terdepan. Hampir di setiap even penyelenggaraannya konsep modern selalu dipadati peserta dan penonton dari kalangan pelajar.
Lalu bagaimana dengan bidang kesenian dan budaya? Sudah sangat jarang kita mendengar ada pentas ketoprak, reog, atau festival tari tradisional antar-pelajar. Andai pun ada bisa dipastikan akan sepi peminat. Yang membuat kita semakin prihatin sekarang adalah siswa mulai lupa akan sejarah kebudayaan bangsa sendiri. Tidak ada lagi kebanggaan yang terlihat dalam mencitai seni dan budaya lokal.
Menteri pendidikan melalui dinas pendidikan masing-masing daerah lewat program kerjanya sudah berupaya menanggulangi hal ini. Berbagai macam kegiatan festival kebudayaan dan pelatihan mulai rutin diagendakan. Keterlibatan siswa secara langsung tentu saja sangat diharapkan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme.
Mata pelajaran Seni Budaya dan Kesenian (SBK) menjadi muatan lokal di setiap sekolah. Dari situ diharapkan siswa mampu dan menguasai mata pelajaran ini seperti yang telah diagendakan. Cukupkah dengan hal ini? Secara teoritis mungkin sudah terjawab, tetapi secara praktik terlihat sangat kurang.
Keseimbangan soft skill dan hard skill peserta didik harus seimbang. Siswa tidak hanya pandai dalam mata pelajaran saja melainkan harus memiliki kemampuan atau bakat lain. Bahaya akan semakin tergerusnya budaya lokal oleh pengaruh asing sangat terasa. Jangan sampai bangsa ini kehilangan jati dirinya gara-gara generasi mudanya tidak tahu kultur budaya Indonesia.
Di samping siswa peran pendidik sangat dibutuhkan dalam memberikan pengarahan. Ekskul tidak hanya soal hiburan. Lebih dari itu guru harus mampu memberikan rangsangan kepada siswa agar lebih peka dan peduli. Bangsa ini butuh regenerasi dalam melestarikan budaya lokal.
Reog kendang, tari remo, ludruk yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Timur jangan sampai hilang. Peningkatan sarana prasarana sangat dibutuhkan dalam pembinaan. Pengemasan yang lebih bersifat modern sesuai jiwa anak-anak yang dinamis harus dipertimbangkan. Menarik jika setiap sekolah mempunyai ekskul tentang seni budaya lokal dan mewajibkan siswanya untuk aktif di dalamn
Jawa Timur terkenal akan kekayaan ragam budaya dan pariwisata. Hampir di setiap kabupaten atau kota madya memiliki ciri khas dan keunikannya masing-masing. Sayangnya ketika ditelisik lebih dalam ternyata hanya sebagian kecil masyarakat yang mau dan peduli akan hal ini. Pengakuan seni dan budaya lokal oleh bangsa asing harus dihentikan. Bukan tidak mungkin keragaman budaya kita hanya menjadi catatan sejarah. Kita harus memproteksinya dengan mencintai dan membanggakan budaya sendiri.
Ekstra kurikuler (ekskul) sebagai sarana belajar di luar jam efektif sekolah sangat diminati siswa. Rutinitas belajar yang padat membuat siswa merasa jenuh. Mereka perlu waktu untuk sekadar mengekpresikan bakat dan minatnya. Pihak sekolah dalam hal ini selaku pelaksana pendidikan berusaha mengakomodir kebutuhan siswa tersebut.
Namun sayang keragaman budaya yang kita miliki jarang mendapat apresiasi khususnya di kalangan pelajar. Konsep ekskul modern/asing dan olahraga cenderung lebih digandrungi siswa. Capoiera, break dance, cheerleader menjadi primadona di sekolah perkotaan. Di bidang olahraga tentu basket dan futsal saat ini menjadi yang terdepan. Hampir di setiap even penyelenggaraannya konsep modern selalu dipadati peserta dan penonton dari kalangan pelajar.
Lalu bagaimana dengan bidang kesenian dan budaya? Sudah sangat jarang kita mendengar ada pentas ketoprak, reog, atau festival tari tradisional antar-pelajar. Andai pun ada bisa dipastikan akan sepi peminat. Yang membuat kita semakin prihatin sekarang adalah siswa mulai lupa akan sejarah kebudayaan bangsa sendiri. Tidak ada lagi kebanggaan yang terlihat dalam mencitai seni dan budaya lokal.
Menteri pendidikan melalui dinas pendidikan masing-masing daerah lewat program kerjanya sudah berupaya menanggulangi hal ini. Berbagai macam kegiatan festival kebudayaan dan pelatihan mulai rutin diagendakan. Keterlibatan siswa secara langsung tentu saja sangat diharapkan untuk menumbuhkan sikap nasionalisme.
Mata pelajaran Seni Budaya dan Kesenian (SBK) menjadi muatan lokal di setiap sekolah. Dari situ diharapkan siswa mampu dan menguasai mata pelajaran ini seperti yang telah diagendakan. Cukupkah dengan hal ini? Secara teoritis mungkin sudah terjawab, tetapi secara praktik terlihat sangat kurang.
Keseimbangan soft skill dan hard skill peserta didik harus seimbang. Siswa tidak hanya pandai dalam mata pelajaran saja melainkan harus memiliki kemampuan atau bakat lain. Bahaya akan semakin tergerusnya budaya lokal oleh pengaruh asing sangat terasa. Jangan sampai bangsa ini kehilangan jati dirinya gara-gara generasi mudanya tidak tahu kultur budaya Indonesia.
Di samping siswa peran pendidik sangat dibutuhkan dalam memberikan pengarahan. Ekskul tidak hanya soal hiburan. Lebih dari itu guru harus mampu memberikan rangsangan kepada siswa agar lebih peka dan peduli. Bangsa ini butuh regenerasi dalam melestarikan budaya lokal.
Reog kendang, tari remo, ludruk yang menjadi kebanggaan masyarakat Jawa Timur jangan sampai hilang. Peningkatan sarana prasarana sangat dibutuhkan dalam pembinaan. Pengemasan yang lebih bersifat modern sesuai jiwa anak-anak yang dinamis harus dipertimbangkan. Menarik jika setiap sekolah mempunyai ekskul tentang seni budaya lokal dan mewajibkan siswanya untuk aktif di dalamn
Rabu, 02 November 2011
Keutamaan dan Amalan di Bulan Dzul Qa`idah
Bulan Dzul Qa`idah adalah awal bulan haji yang kemuliaannya disebutkan oleh Allah swt dalam kitab-Nya yang mulia.
Sayyid Ibnu Thawus meriwayatakan bahwa bulan Dzul Qa`idah adalah bulan diijabahnya doa, khususnya bagi orang yang sedang dalam kesulitan.
Tentang keutamaan bulan Dzul-Qaidah, Rasullullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah di dalamnya, maka taubatnya diterima, dosa-dosanya diampuni, musuh-musuhnya ridha pada hari Kiamat, matinya dalam keadaan beriman, agamanya tidak dicabut darinya, kuburnya diluaskan dan diterangkan, kedua orang tuanya diridhai dan dosa mereka diampuni oleh Allah, rizkinya diluaskan, sakrakatul mautnya dikasihi oleh Malaikat dan ruhnya dicabut dari jasadnya dengan mudah.”
Amalan di Bulan Dzul-Qaidah
Bagi yang ingin memperoleh keutamaan bulan ini, hendaknya mandi sunnah pada hari pertama, kemudian berwudhu’ dan melakukan shalat sunnah empat rakaat (2 kali salam). Caranya: setiap rakaat sesudah Fatihah, membaca Surat Al-Ikhlas (3 kali), An-Nas (3 kali) dan Al-Falaq (sekali). Sesudah shalat membaca Istighfar (70 kali), kemudian membaca:
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lâ Hawla walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyil ‘azhîm.
Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ اِغْفِرْلِي ذُنُوْبِى وَذُنُوْبَ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
Yâ `Azîzu yâ Ghaffâru, ighfirlî dzunûbî wa dzunûba jamî`il mu’mîna wal mu’minât. Fainnahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ Anta.
Wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha Pengampun, ampuni dosa-dosaku dan dosa-dosa mukminin dan mukminat, tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.
Dalam suatu riwayat disebutkan: “Barangsiapa berpuasa pada bulan yang mulia ini tiga hari: Kamis, Jum’at, dan Sabtu, Allah mencatat baginya seperti beribadah sembilan ratus tahun.”
Syeikh Ali bin Ibrahim berkata: Sungguh pada bulan-bulan yang mulia keburukan dilipatgandakan demikian juga kebaikan. Tanggal 11 Dzul Qaidah 148 H adalah hari kelahiran Imam Ali Ar-Ridha (sa). Malam tanggal 15 Dzul Qa`idah adalah malam yang penuh barakah, malam Allah memandang hamba-hamba-Nya yang mukmin dengan rahmat-Nya, memberi seratus pahala kepada orang yang beramal dalam ketaatan kepada Allah, juga kepada orang yang berpuasa yang hatinya selalu terkait dengan masjid dan matanya tidak bermaksiat kepada Allah, khususnya di dalam masjid Nabawi. Karena itu, hendaknya menghidupkan malam itu dengan ibadah, ketaatan, shalat dan memohon hajat-hajat Anda kepada Allah swt.
Dalam suatu riwayat juga disebutkan: “Barangsiapa yang memohon hajatnya kepada Allah pada malam ini, Allah akan memberi hajat yang dimohonnya.”
Tanggal 23 Dzul Qaidah tahun 200 H adalah hari wafatnya Imam Ali Ar-Ridha (sa). Sebagian ulama berkata: Pada hari ini disunnahkan berziarah kepada Imam Ar-Ridha (sa) dari dekat atau dari kejauhan. Sayyid Ibnu Thawus berkata di dalam kitabnya Al-Iqbal: Aku temui dalam sebagian kitab-kitab sahabat-sahabat kami (semoga Allah merahmati mereka): Pada hari ini, tanggal 23 Dzul Qaidah disunnahkan berziarah kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) dari dekat atau dari kejauhan.
Tanggal 25 Dzul Qa`idah dan Amalannya
Malam Tanggal 25 Dzul Qaidah adalah malam bumi dibentangkan dari bawah Ka’bah di atas air. Malam ini adalah malam yang mulia, malam diturunkannya rahmat Allah swt. Barangsiapa yang bangun malam untuk beribadah, ia akan memperoleh pahala yang tak terhingga.
Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali Al-Wasysya’, ia berkata: Pada suatu ketika aku bersama ayahku, ketika itu aku masih kecil, kemudian kami makan malam di dekat makam Imam Ali Ar-Ridha (sa), malam itu adalah malam tanggal 25 Dzul-Qaidah, ia berkata kepadanya: malam 25 Dzul-Qaidah adalah malam kelahiran Nabi Ibrahim (as) dan Nabi Isa (as), malam ini adalah malam dibentangkannya bumi dari bawah Ka’bah. Barangsiapa yang berpuasa pada hari ini, nilainya sama dengan berpuasa 60 bulan.
Hari ke 25 adalah hari dibentangkannya bumi. Hari ini adalah termasuk hari yang empat, yang utama dan istimewa untuk berpuasa setiap tahun. Hari ini adalah hari Allah swt menebarkan rahmat-Nya, hari beribadah dan berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, dan pahalanya sangat besar.
Dalam riwayat yang lain juga dikatakan bahwa selain puasa, ibadah, dzikir dan mandi, ada dua lagi amalan, yaitu:
Pertama: Melakukan shalat sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Ahlul bait (sa). Yaitu, shalat dua rakaat pada waktu Dhuha. Caranya, setelah Fatihah membaca surat Asy-Syams (5 kali), dan setelah salam membaca:
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘Aliyil ‘Azhîm.
Kemudian membaca doa:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
يَامُقِيْلَ الْعَثَرَاتِ اَقِـلْنِى عَثْرَتِى. يَامُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ اَجِبْ دَعْوَتِى. يَاسَامِعَ اْلاَصْوَاتِ اِسْمَعْ صَوْتِى. وَارْحَمْنِي وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئَاتِي وَمَاعِنْدِى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
Yâ Muqîlal ‘atsarati aqilnî ‘atsratî. Yâ Mujîbad da`awâti ajib da`watî. Yâ Samî’al ashwati isma’ shawtî warhamni wa tajâwaz `an sayyiâti wa mâ ‘indî yâ Dzal jalâli wal ikrâm.
Wahai Yang Mengampuni dosa-dosa, ampuni dosaku. Wahai Yang Memperkenankan setiap doa, perkenankan doaku. Wahai Yang Mendengar semua suara, dengarlah suaraku, kasihanilah daku, dan ampunilah kejelekan-kejelekanku, wahai Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
Kedua:disunnahkan membaca doa berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
اَللّهُمَّ داحِيَ الْكَعْبَةِ، وَفالِقَ الْحَبَّةِ، وَصارِفَ اللَّزْبَةِ، وَكاشِفَ كُلِّ كُرْبَة، اَسْاَلُكَ في هذَا الْيَوْمِ مِنْ اَيّامِكَ الَّتي اَعْظَمْتَ حَقَّها، وَاَقْدَمْتَ سَبْقَها، وَجَعَلْتَها عِنْدَ الْمُؤْمِنينَ وَديعَةً، وَاِلَيْكَ ذَريعَةً، وَبِرَحْمَتِكَ الْوَسيعَةِ اَنْ تُصَلِّيَ عَلى مُحَمَّد عَبْدِكَ الْمُنْتَجَبِ فِى الْميثاقِ الْقَريبِ يَوْمَ التَّلاقِ، فاتِقِ كُلِّ رَتْق، وَداع اِلى كُلِّ حَقِّ، وَعَلى اَهْلِ بَيْتِهِ الاَْطْهارِ الْهُداةِ الْمَنارِ دَعائِمِ الْجَبّارِ، وَوُلاةِ الْجَنَّةِ وَالنّارِ
Allâhumma dâhiyal ka’bati wa fâliqal habbati wa sharifal lazbati wakâsyifa kulli kurbatin. As-aluka fî hâdzal yawmi min ayyâmika. Allatî a’zhamta haqqahâ wa aqdamta sabqahâ. Wa ja’altahâ ‘indal mu’minîna wadî’atan. Wa ilayka dzarî’atan. Wa birahmatikal wasî’ati an tushalliya `alâ muhammadin `abdikal muntajabi fil mîtsâqil qarîbi, yawmat talâq. Fâtiqi kulli ratqin, wa dâ’in ilâ kulli haqqin. Wa `alâ ahli baytihil athhâr alhudâtil manâri, da`âimil jabbâr wa wulâtil jannati wan nâri.
Ya Allah, wahai Yang Membentangkan Ka’bah, wahai Yang Membelah biji-bijian, wahai Yang merubah kekuatan, wahai Yang Menghilangkan setiap derita. Aku memohon kepada-Mu pada hari ini, yaitu hari di antara hari-hari-Mu yang Kau muliakan haknya, yang Kau dahulukan keagungannya, yang Kaujadikan bagi orang-orang yang beriman sebagai titipan, dan wasilah kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang luas. Sampaikan shalawat kepada Muhammad, hamba-Mu yang mulia dalam Perjanjian yang dekat pada hari kiamat, hamba-Mu, pembuka setiap kemaslahatan, dan penyeru kebenaran; sampaikan juga shalawat itu kepada keluarganya yang suci, pembimbing pada cahaya, kepercayaan Zat Yang Maha Perkasa, pemegang kunci surga dan neraka.
وَاَعْطِنا في يَوْمِنا هذا مِنْ عَطائِكَ الَْمخْزوُنِ غَيْرَ مَقْطوُع وَلا مَمْنوُع، تَجْمَعُ لَنا بِهِ التَّوْبَةَ وَحُسْنَ الاَْوْبَةِ، يا خَيْرَ مَدْعُوٍّ، وَاَكْرَمُ مَرْجُوٍّ، يا كَفِيُّ يا وَفِيُّ
Wa a’thinâ fî yawminâ hâdzâ min `athâikal makhzûni ghayri maqthû’in walâ mamnû`in. Tajma`u lanâ bihit tawbata wa husnal awbah. Yâ Khayra mad`uwwin wa Akrama marjuwwin, yâ Kafiyyu yâ Wafiyyu.
Pada hari yang agung ini anugrahkan kepada kami karunia-karuniaMu yang tersimpan, yang tak terputus dan tak terhalangi, sehingga dengannya Kau himpunkan bagi kami taubat dan kebaikan penyesalan. Wahai Tumpuan Yang Terbaik, wahai Harapan Yang Termulia, wahai Yang Maha Mencukupi, wahai Yang Maha Menepati janji-Nya,
يا مَنْ لُطْفُهُ خَفِيٌّ اُلْطُفْ لي بِلُطْفِكَ، وَاَسْعِدْني بِعَفْوِكَ، وَاَيِّدْني بِنَصْرِكَ، وَلا تُنْسِني كَريمَ ذِكْرِكَ بِوُلاةِ اَمْرِكَ، وَحَفَظَةِ سِرِّكَ، وَاحْفَظْني مِنْ شَوائِبِ الدَّهْرِ اِلى يَوْمِ الْحَشْرِ وَالنَّشْرِ، وَاَشْهِدْني اَوْلِياءِكَ عِنْدَ خُرُوجِ نَفْسي، وَحُلُولِ رَمْسي، وَانْقِطاعِ عَمَلي، وَانْقِضاءِ اَجَلي
Yâ Man luthfuhu khafiyyun ulthuf lî biluthfika. Wa as`idnî bi’afwika. Wa ayyidnî binashrika. Walâ tansanî karîma dzikrika biwulâti amrika wa hafazhati sirrika. Wa ashidnî min syawâyibid duhûri ilâ yawmil hasyri wan nasyri. Wa asyhidnî awliyâika `inda khurûji nafsî wahulûli ramsî wanqithâ`i `amalî wanqidhâi ajalî.
Wahai Yang karunia-Nya tersembunyi, anugrahkan padaku karunia-Mu dengan kelembutan-Mu. Tolonglah daku dengan ampunan-Mu. Kokohkan aku dengan pertolongan-Mu. Jangan lupakan daku pada kemuliaan sebutan-Mu dengan menjalankan perintah-Mu dan memelihara rahasia-Mu. Lindungi daku dari keburukan-keburukan zaman hingga hari kiamat. Perlihatkan padaku para kekasih-Mu saat kematian menjemputku, saat kuburku telah disiapkan, saat amalku diputuskan dan ajalku ditetapkan.
اَللّهُمَّ وَاذْكُرْني عَلى طُولِ الْبِلى اِذا حَلَلْتُ بَيْنَ اَطْباقِ الثَّرى، وَنَسِيَنِى النّاسُونَ مِنَ الْوَرى، وَاحْلِلْني دارَ الْمُقامَةِ، وَبَوِّئْني مَنْزِلَ الْكَرامَةِ، وَاجْعَلْني مِنْ مُرافِقي اَوْلِيائِكَ وَاَهْلِ اجْتِبائِكَ وَاصْطَفائِكَ، وَباركْ لي في لِقائِكَ، وَارْزُقْني حُسْنَ الْعَمَلِ قَبْلَ حُلُولِ الاَْجَلِ، بَريئاً مِنَ الزَّلَلِ وَسوُءِ الْخَطَلِ
Allâhumma wadzkurnî ‘alâ thûlil bilâ. Idzâ halalta bayna atbâqits tsarâ, wa nasiyanin nâsûna minal warâ. Wa ahlinî dâral muqâmati, wa bawwi`nîmanzilal karâmati. Waj’alnî min murâfiqi awliyâika wa ahliahibbâika washthifâika. Wa bâriklî fî Liqâika. Warzuqni husnal amali qabla hulûlil ajali barîan minaz zalali wa sûil khathali.
Ya Allah, ingatkan aku pada cobaan yang panjang masanya ketika Kau anugerahkan padaku kekayaan, saat dan manusia melupakanku. Tempatkan daku di tempat yang mulia. Jadikan aku sahabat para kekasih-Mu dan keluarga kekasih-Mu dan pilihan-Mu.
Berkahi daku dalam perjumpaan dengan-Mu. Anugerahi daku amal yang terbaik sebelum ajal menjemputku, Sucikan daku dari segala dosa dan perbuatan yang hina.
اَللّهُمَّ وَاَوْرِدْني حَوْضَ نَبِيِّكَ مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ، وَاسْقِني مِنْهُ مَشْرَباً رَوِيّاً سائِغاً هَنيئاً لا اَظْمَأُ بَعْدَهُ وَلا اُحَلاَُّ وِرْدَهُ وَلا عَنْهُ اُذادُ، وَاجْعَلْهُ لي خَيْرَ زاد، وَاَوْفى ميعاد يَوْمَ يَقُومُ الاَْشْهادُ
Allâhumma wa awwridnî hawdha nabiyyika Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Wasqinî minhu masyraban rawiyyan sâighan hanîan lâ azhmau ba’dahu walâ uhallau wirdahu walâ ‘anhu udzâd. Waj’alhulî khayra zâdin wawfâ mî`âdin yawma yaqûmul asyhâd.
Ya Allah, bawalah daku ke telaga Nabi-Mu Muhammad saw. Berilah daku dari telaganya minuman yang segar, yang tak akan haus lagi sesudahnya, dan selalu rindu untuk kembali padanya. Karuniakan padaku sebaik-baik bekal saat janji-Mu ditegakkan dan para saksi di hadapkan.
اَللّهُمَّ وَالْعَنْ جَبابِرَةَ الاَْوَّلينَ وَالاْخِرينَ، وَبِحُقُوقِ اَوْلِيائِكَ الْمُسْتَأثِرِينَ اَللّهُمَّ وَاقْصِمْ دَعائِمَهُمْ وَاَهْلِكْ اَشْياعَهُمْ وَعامِلَهُمْ، وَعَجِّلْ مَهالِكَهُمْ، وَاسْلُبْهُمْ مَمالِكَهُمْ، وَضَيِّقْ عَلَيْهِمْ مَسالِكَهُمْ، وَالْعَنْ مُساهِمَهُمْ وَمُشارِكَهُمْ
Allâhumma waal’an jabâbiratal awwalîna wal âkhirîna lihuqûqi awliyâikal musta’tsirîn. Allâhumma waqshim da`âimahum. Wa ahlik asyyâ`ahum wa`âilahum. Wa `ajjil mahâlikahum Waslubhum mamâlikahum. Wadhayyiq ‘alayhim masâlikahum. Wal`an musâhimahum wa masyârikahum.
Ya Allah, laknatlah orang-orang yang menzalimi hak para kekasih-Mu, dari dahulu hingga sekarang. Ya Allah, hancurkan benteng-benteng mereka. Binasakan pengikut-pengikut mereka dan keluarga mereka. Percepatlah kebinasaan mereka. Porakporandakan kerajaan mereka. Sempitkan jalan mereka. Dan laknatlah sahabat-sahabat mereka dan penolong-penolong mereka.
اَللّهُمَّ وَعَجِّلْ فَرَجَ اَوْلِيائِكَ، وَارْدُدْ عَلَيْهِمْ مَظالِمَهُمْ، وَاَظْهِرْ بِالْحَقِّ قائِمَهُمْ، وَاجْعَلْهُ لِدينِكَ مُنْتَصِراً، وَبِاَمْرِكَ في اَعْدائِكَ مُؤْتَمِراً
Allâhumma wa `ajjil faraja awliyâika. Wardud ‘alayhim mazhâlimahum. Wa azhhir bilhaqqi qâimahum. Waj`al lidînika muntashiran wa biamrika fî a`dâika mu’tamirâ.
Ya Allah, percepatlah kehadiran kekasih-Mu. Patahkan kezaliman musuh-musuh mereka.
Tampakkan kebenaran dengan kehadiran shahibuz zaman. Jadikan ia penolong agama-Mu, dengan ketentuan-Mu jadikan ia penguasa musuh-musuh-Mu.
اَللّهُمَّ احْفُفْهُ بِمَلائِكَةِ النَّصْرِ وَبِما اَلْقَيْتَ اِلَيْهِ مِنَ الاَْمْرِ في لَيْلَةِ الْقَدْرِ، مُنْتَقِماً لَكَ حَتّى تَرْضى وَيَعوُدَ دينُكَ بِهِ وَعَلى يَدَيْهِ جَديداً غَضّاً، وَيَمْحَضَ الْحَقَّ مَحْضاً، وَيَرْفُضَ الْباطِلَ رَفْضًا
Allâhummahfufhu bimalâikatin nashri, wa bimâ alqayta ilayhi minal amri fî laylatil qadri muntaqaqiman laka. Hattâ tardhâ wa ya’ûda dînuka bihi wa ’alâ yadayhi jadîdan ghadhdhan. Wa yamhadhal haqqa mahdhan, wa yarfudhal bâthila rafdhâ.
Ya Allah, bentengi ia dengan para Malaikat pemberi pertolongan, dengan perkara yang Kau sampaikan kepadanya pada malam al-Qadar sebagai pembalasan dari-Mu. Sehingga Engkau ridha pada kami dan agama-Mu kembali bersamanya dalam keadaan jernih dan suci. Tegakkan kebenaran dengan jelas-jelasnya, dan hancurkan kebatilan dengan kehancuran yang sebenarnya.
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلى جَميعِ آبائِهِ، وَاجْعَلْنا مِنْ صَحْبِهِ وَاُسْرَتِهِ، وَابْعَثْنا في كَرَّتِهِ حَتّى نَكُونَ في زَمانِهِ مِنْ اَعْوانِهِ، اَللّهُمَّ اَدْرِكْ بِنا قِيامَهُ، وَاَشْهِدْنا اَيّامَهُ، وَصَلِّ عَلَيْهِ وَارْدُدْ اِلَيْنا سَلامَهُ، وَالسَّلامُ عَلَيْهِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاتُهُ
Allâhumma shalli `alayhi wa `alâ jamî’i abâihi, waj`alnâ min shabihi wa usratihi. Wab’atsnâ fî kurratihi hattâ nakûna fî zamânihi min a`wânihi. Allâhumma adrik binâ qiyâmuhu, wa asyhidnâ ayyâmahu wa shalli `alâ Muhammadin wa âlihi. Wardud ilaynâ salâmahu wassalâmu `alayhi wa `alayhim wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepadanya dan bapak-bapaknya. Jadikan kami sahabatnya dan keluarganya. Bangkitkan kami dalam perjuangannya sehingga kami menjadi pasukannya di zamannya.
Ya Allah, pertemukan kami dengan kehadirannya. Perlihatkan kepada kami hari-harinya.
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan alirkan pada kami kedamaiannya. Semoga salam dan rahmat Allah serta keberkahan-Nya senantiasa tercurahkan kepadanya. (Mafâtihul Jinân: bab 2, pasal 5)
Sayyid Ibnu Thawus meriwayatakan bahwa bulan Dzul Qa`idah adalah bulan diijabahnya doa, khususnya bagi orang yang sedang dalam kesulitan.
Tentang keutamaan bulan Dzul-Qaidah, Rasullullah saw bersabda:
“Barangsiapa yang melakukan shalat sunnah di dalamnya, maka taubatnya diterima, dosa-dosanya diampuni, musuh-musuhnya ridha pada hari Kiamat, matinya dalam keadaan beriman, agamanya tidak dicabut darinya, kuburnya diluaskan dan diterangkan, kedua orang tuanya diridhai dan dosa mereka diampuni oleh Allah, rizkinya diluaskan, sakrakatul mautnya dikasihi oleh Malaikat dan ruhnya dicabut dari jasadnya dengan mudah.”
Amalan di Bulan Dzul-Qaidah
Bagi yang ingin memperoleh keutamaan bulan ini, hendaknya mandi sunnah pada hari pertama, kemudian berwudhu’ dan melakukan shalat sunnah empat rakaat (2 kali salam). Caranya: setiap rakaat sesudah Fatihah, membaca Surat Al-Ikhlas (3 kali), An-Nas (3 kali) dan Al-Falaq (sekali). Sesudah shalat membaca Istighfar (70 kali), kemudian membaca:
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lâ Hawla walâ quwwata illâ billâhil ‘aliyil ‘azhîm.
Tiada daya dan kekuatan kecuali dengan Allah Yang Maha Tinggi dan Maha Agung.
يَاعَزِيْزُ يَاغَفَّارُ اِغْفِرْلِي ذُنُوْبِى وَذُنُوْبَ جَمِيْعِ الْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ. فَإِنَّهُ لاَيَغْفِرُ الذُّنُوْبَ اِلاَّ اَنْتَ
Yâ `Azîzu yâ Ghaffâru, ighfirlî dzunûbî wa dzunûba jamî`il mu’mîna wal mu’minât. Fainnahu lâ yaghfirudz dzunûba illâ Anta.
Wahai Yang Maha Mulia, wahai Yang Maha Pengampun, ampuni dosa-dosaku dan dosa-dosa mukminin dan mukminat, tidak ada yang dapat mengampuni dosa-dosa kecuali Engkau.
Dalam suatu riwayat disebutkan: “Barangsiapa berpuasa pada bulan yang mulia ini tiga hari: Kamis, Jum’at, dan Sabtu, Allah mencatat baginya seperti beribadah sembilan ratus tahun.”
Syeikh Ali bin Ibrahim berkata: Sungguh pada bulan-bulan yang mulia keburukan dilipatgandakan demikian juga kebaikan. Tanggal 11 Dzul Qaidah 148 H adalah hari kelahiran Imam Ali Ar-Ridha (sa). Malam tanggal 15 Dzul Qa`idah adalah malam yang penuh barakah, malam Allah memandang hamba-hamba-Nya yang mukmin dengan rahmat-Nya, memberi seratus pahala kepada orang yang beramal dalam ketaatan kepada Allah, juga kepada orang yang berpuasa yang hatinya selalu terkait dengan masjid dan matanya tidak bermaksiat kepada Allah, khususnya di dalam masjid Nabawi. Karena itu, hendaknya menghidupkan malam itu dengan ibadah, ketaatan, shalat dan memohon hajat-hajat Anda kepada Allah swt.
Dalam suatu riwayat juga disebutkan: “Barangsiapa yang memohon hajatnya kepada Allah pada malam ini, Allah akan memberi hajat yang dimohonnya.”
Tanggal 23 Dzul Qaidah tahun 200 H adalah hari wafatnya Imam Ali Ar-Ridha (sa). Sebagian ulama berkata: Pada hari ini disunnahkan berziarah kepada Imam Ar-Ridha (sa) dari dekat atau dari kejauhan. Sayyid Ibnu Thawus berkata di dalam kitabnya Al-Iqbal: Aku temui dalam sebagian kitab-kitab sahabat-sahabat kami (semoga Allah merahmati mereka): Pada hari ini, tanggal 23 Dzul Qaidah disunnahkan berziarah kepada Imam Ali Ar-Ridha (sa) dari dekat atau dari kejauhan.
Tanggal 25 Dzul Qa`idah dan Amalannya
Malam Tanggal 25 Dzul Qaidah adalah malam bumi dibentangkan dari bawah Ka’bah di atas air. Malam ini adalah malam yang mulia, malam diturunkannya rahmat Allah swt. Barangsiapa yang bangun malam untuk beribadah, ia akan memperoleh pahala yang tak terhingga.
Diriwayatkan dari Al-Hasan bin Ali Al-Wasysya’, ia berkata: Pada suatu ketika aku bersama ayahku, ketika itu aku masih kecil, kemudian kami makan malam di dekat makam Imam Ali Ar-Ridha (sa), malam itu adalah malam tanggal 25 Dzul-Qaidah, ia berkata kepadanya: malam 25 Dzul-Qaidah adalah malam kelahiran Nabi Ibrahim (as) dan Nabi Isa (as), malam ini adalah malam dibentangkannya bumi dari bawah Ka’bah. Barangsiapa yang berpuasa pada hari ini, nilainya sama dengan berpuasa 60 bulan.
Hari ke 25 adalah hari dibentangkannya bumi. Hari ini adalah termasuk hari yang empat, yang utama dan istimewa untuk berpuasa setiap tahun. Hari ini adalah hari Allah swt menebarkan rahmat-Nya, hari beribadah dan berkumpul untuk berdzikir kepada Allah, dan pahalanya sangat besar.
Dalam riwayat yang lain juga dikatakan bahwa selain puasa, ibadah, dzikir dan mandi, ada dua lagi amalan, yaitu:
Pertama: Melakukan shalat sebagaimana yang diriwayatkan dalam kitab-kitab Ahlul bait (sa). Yaitu, shalat dua rakaat pada waktu Dhuha. Caranya, setelah Fatihah membaca surat Asy-Syams (5 kali), dan setelah salam membaca:
لاَحَوْلَ وَلاَقُوَّةَ اِلاَّ بِاللهِ الْعَلِيِّ الْعَظِيْمِ
Lâ hawla wa lâ quwwata illâ billâhil ‘Aliyil ‘Azhîm.
Kemudian membaca doa:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
يَامُقِيْلَ الْعَثَرَاتِ اَقِـلْنِى عَثْرَتِى. يَامُجِيْبَ الدَّعَوَاتِ اَجِبْ دَعْوَتِى. يَاسَامِعَ اْلاَصْوَاتِ اِسْمَعْ صَوْتِى. وَارْحَمْنِي وَتَجَاوَزْ عَنْ سَيِّئَاتِي وَمَاعِنْدِى يَاذَالْجَلاَلِ وَاْلاِكْرَامِ
Yâ Muqîlal ‘atsarati aqilnî ‘atsratî. Yâ Mujîbad da`awâti ajib da`watî. Yâ Samî’al ashwati isma’ shawtî warhamni wa tajâwaz `an sayyiâti wa mâ ‘indî yâ Dzal jalâli wal ikrâm.
Wahai Yang Mengampuni dosa-dosa, ampuni dosaku. Wahai Yang Memperkenankan setiap doa, perkenankan doaku. Wahai Yang Mendengar semua suara, dengarlah suaraku, kasihanilah daku, dan ampunilah kejelekan-kejelekanku, wahai Yang Memiliki keagungan dan kemuliaan.
Kedua:disunnahkan membaca doa berikut:
بسم الله الرحمن الرحيم
اللهم صل على محمد وآل محمد
Bismillâhir Rahmânir Rahîm
Allâhumma shalli ‘alâ Muhammad wa âli Muhammad
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang
Ya Allah, sampaikan shalawat kepada Rasulullah dan keluarganya
اَللّهُمَّ داحِيَ الْكَعْبَةِ، وَفالِقَ الْحَبَّةِ، وَصارِفَ اللَّزْبَةِ، وَكاشِفَ كُلِّ كُرْبَة، اَسْاَلُكَ في هذَا الْيَوْمِ مِنْ اَيّامِكَ الَّتي اَعْظَمْتَ حَقَّها، وَاَقْدَمْتَ سَبْقَها، وَجَعَلْتَها عِنْدَ الْمُؤْمِنينَ وَديعَةً، وَاِلَيْكَ ذَريعَةً، وَبِرَحْمَتِكَ الْوَسيعَةِ اَنْ تُصَلِّيَ عَلى مُحَمَّد عَبْدِكَ الْمُنْتَجَبِ فِى الْميثاقِ الْقَريبِ يَوْمَ التَّلاقِ، فاتِقِ كُلِّ رَتْق، وَداع اِلى كُلِّ حَقِّ، وَعَلى اَهْلِ بَيْتِهِ الاَْطْهارِ الْهُداةِ الْمَنارِ دَعائِمِ الْجَبّارِ، وَوُلاةِ الْجَنَّةِ وَالنّارِ
Allâhumma dâhiyal ka’bati wa fâliqal habbati wa sharifal lazbati wakâsyifa kulli kurbatin. As-aluka fî hâdzal yawmi min ayyâmika. Allatî a’zhamta haqqahâ wa aqdamta sabqahâ. Wa ja’altahâ ‘indal mu’minîna wadî’atan. Wa ilayka dzarî’atan. Wa birahmatikal wasî’ati an tushalliya `alâ muhammadin `abdikal muntajabi fil mîtsâqil qarîbi, yawmat talâq. Fâtiqi kulli ratqin, wa dâ’in ilâ kulli haqqin. Wa `alâ ahli baytihil athhâr alhudâtil manâri, da`âimil jabbâr wa wulâtil jannati wan nâri.
Ya Allah, wahai Yang Membentangkan Ka’bah, wahai Yang Membelah biji-bijian, wahai Yang merubah kekuatan, wahai Yang Menghilangkan setiap derita. Aku memohon kepada-Mu pada hari ini, yaitu hari di antara hari-hari-Mu yang Kau muliakan haknya, yang Kau dahulukan keagungannya, yang Kaujadikan bagi orang-orang yang beriman sebagai titipan, dan wasilah kepada-Mu dengan rahmat-Mu yang luas. Sampaikan shalawat kepada Muhammad, hamba-Mu yang mulia dalam Perjanjian yang dekat pada hari kiamat, hamba-Mu, pembuka setiap kemaslahatan, dan penyeru kebenaran; sampaikan juga shalawat itu kepada keluarganya yang suci, pembimbing pada cahaya, kepercayaan Zat Yang Maha Perkasa, pemegang kunci surga dan neraka.
وَاَعْطِنا في يَوْمِنا هذا مِنْ عَطائِكَ الَْمخْزوُنِ غَيْرَ مَقْطوُع وَلا مَمْنوُع، تَجْمَعُ لَنا بِهِ التَّوْبَةَ وَحُسْنَ الاَْوْبَةِ، يا خَيْرَ مَدْعُوٍّ، وَاَكْرَمُ مَرْجُوٍّ، يا كَفِيُّ يا وَفِيُّ
Wa a’thinâ fî yawminâ hâdzâ min `athâikal makhzûni ghayri maqthû’in walâ mamnû`in. Tajma`u lanâ bihit tawbata wa husnal awbah. Yâ Khayra mad`uwwin wa Akrama marjuwwin, yâ Kafiyyu yâ Wafiyyu.
Pada hari yang agung ini anugrahkan kepada kami karunia-karuniaMu yang tersimpan, yang tak terputus dan tak terhalangi, sehingga dengannya Kau himpunkan bagi kami taubat dan kebaikan penyesalan. Wahai Tumpuan Yang Terbaik, wahai Harapan Yang Termulia, wahai Yang Maha Mencukupi, wahai Yang Maha Menepati janji-Nya,
يا مَنْ لُطْفُهُ خَفِيٌّ اُلْطُفْ لي بِلُطْفِكَ، وَاَسْعِدْني بِعَفْوِكَ، وَاَيِّدْني بِنَصْرِكَ، وَلا تُنْسِني كَريمَ ذِكْرِكَ بِوُلاةِ اَمْرِكَ، وَحَفَظَةِ سِرِّكَ، وَاحْفَظْني مِنْ شَوائِبِ الدَّهْرِ اِلى يَوْمِ الْحَشْرِ وَالنَّشْرِ، وَاَشْهِدْني اَوْلِياءِكَ عِنْدَ خُرُوجِ نَفْسي، وَحُلُولِ رَمْسي، وَانْقِطاعِ عَمَلي، وَانْقِضاءِ اَجَلي
Yâ Man luthfuhu khafiyyun ulthuf lî biluthfika. Wa as`idnî bi’afwika. Wa ayyidnî binashrika. Walâ tansanî karîma dzikrika biwulâti amrika wa hafazhati sirrika. Wa ashidnî min syawâyibid duhûri ilâ yawmil hasyri wan nasyri. Wa asyhidnî awliyâika `inda khurûji nafsî wahulûli ramsî wanqithâ`i `amalî wanqidhâi ajalî.
Wahai Yang karunia-Nya tersembunyi, anugrahkan padaku karunia-Mu dengan kelembutan-Mu. Tolonglah daku dengan ampunan-Mu. Kokohkan aku dengan pertolongan-Mu. Jangan lupakan daku pada kemuliaan sebutan-Mu dengan menjalankan perintah-Mu dan memelihara rahasia-Mu. Lindungi daku dari keburukan-keburukan zaman hingga hari kiamat. Perlihatkan padaku para kekasih-Mu saat kematian menjemputku, saat kuburku telah disiapkan, saat amalku diputuskan dan ajalku ditetapkan.
اَللّهُمَّ وَاذْكُرْني عَلى طُولِ الْبِلى اِذا حَلَلْتُ بَيْنَ اَطْباقِ الثَّرى، وَنَسِيَنِى النّاسُونَ مِنَ الْوَرى، وَاحْلِلْني دارَ الْمُقامَةِ، وَبَوِّئْني مَنْزِلَ الْكَرامَةِ، وَاجْعَلْني مِنْ مُرافِقي اَوْلِيائِكَ وَاَهْلِ اجْتِبائِكَ وَاصْطَفائِكَ، وَباركْ لي في لِقائِكَ، وَارْزُقْني حُسْنَ الْعَمَلِ قَبْلَ حُلُولِ الاَْجَلِ، بَريئاً مِنَ الزَّلَلِ وَسوُءِ الْخَطَلِ
Allâhumma wadzkurnî ‘alâ thûlil bilâ. Idzâ halalta bayna atbâqits tsarâ, wa nasiyanin nâsûna minal warâ. Wa ahlinî dâral muqâmati, wa bawwi`nîmanzilal karâmati. Waj’alnî min murâfiqi awliyâika wa ahliahibbâika washthifâika. Wa bâriklî fî Liqâika. Warzuqni husnal amali qabla hulûlil ajali barîan minaz zalali wa sûil khathali.
Ya Allah, ingatkan aku pada cobaan yang panjang masanya ketika Kau anugerahkan padaku kekayaan, saat dan manusia melupakanku. Tempatkan daku di tempat yang mulia. Jadikan aku sahabat para kekasih-Mu dan keluarga kekasih-Mu dan pilihan-Mu.
Berkahi daku dalam perjumpaan dengan-Mu. Anugerahi daku amal yang terbaik sebelum ajal menjemputku, Sucikan daku dari segala dosa dan perbuatan yang hina.
اَللّهُمَّ وَاَوْرِدْني حَوْضَ نَبِيِّكَ مُحَمَّد صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَآلِهِ، وَاسْقِني مِنْهُ مَشْرَباً رَوِيّاً سائِغاً هَنيئاً لا اَظْمَأُ بَعْدَهُ وَلا اُحَلاَُّ وِرْدَهُ وَلا عَنْهُ اُذادُ، وَاجْعَلْهُ لي خَيْرَ زاد، وَاَوْفى ميعاد يَوْمَ يَقُومُ الاَْشْهادُ
Allâhumma wa awwridnî hawdha nabiyyika Muhammadin shallallâhu ‘alayhi wa âlihi. Wasqinî minhu masyraban rawiyyan sâighan hanîan lâ azhmau ba’dahu walâ uhallau wirdahu walâ ‘anhu udzâd. Waj’alhulî khayra zâdin wawfâ mî`âdin yawma yaqûmul asyhâd.
Ya Allah, bawalah daku ke telaga Nabi-Mu Muhammad saw. Berilah daku dari telaganya minuman yang segar, yang tak akan haus lagi sesudahnya, dan selalu rindu untuk kembali padanya. Karuniakan padaku sebaik-baik bekal saat janji-Mu ditegakkan dan para saksi di hadapkan.
اَللّهُمَّ وَالْعَنْ جَبابِرَةَ الاَْوَّلينَ وَالاْخِرينَ، وَبِحُقُوقِ اَوْلِيائِكَ الْمُسْتَأثِرِينَ اَللّهُمَّ وَاقْصِمْ دَعائِمَهُمْ وَاَهْلِكْ اَشْياعَهُمْ وَعامِلَهُمْ، وَعَجِّلْ مَهالِكَهُمْ، وَاسْلُبْهُمْ مَمالِكَهُمْ، وَضَيِّقْ عَلَيْهِمْ مَسالِكَهُمْ، وَالْعَنْ مُساهِمَهُمْ وَمُشارِكَهُمْ
Allâhumma waal’an jabâbiratal awwalîna wal âkhirîna lihuqûqi awliyâikal musta’tsirîn. Allâhumma waqshim da`âimahum. Wa ahlik asyyâ`ahum wa`âilahum. Wa `ajjil mahâlikahum Waslubhum mamâlikahum. Wadhayyiq ‘alayhim masâlikahum. Wal`an musâhimahum wa masyârikahum.
Ya Allah, laknatlah orang-orang yang menzalimi hak para kekasih-Mu, dari dahulu hingga sekarang. Ya Allah, hancurkan benteng-benteng mereka. Binasakan pengikut-pengikut mereka dan keluarga mereka. Percepatlah kebinasaan mereka. Porakporandakan kerajaan mereka. Sempitkan jalan mereka. Dan laknatlah sahabat-sahabat mereka dan penolong-penolong mereka.
اَللّهُمَّ وَعَجِّلْ فَرَجَ اَوْلِيائِكَ، وَارْدُدْ عَلَيْهِمْ مَظالِمَهُمْ، وَاَظْهِرْ بِالْحَقِّ قائِمَهُمْ، وَاجْعَلْهُ لِدينِكَ مُنْتَصِراً، وَبِاَمْرِكَ في اَعْدائِكَ مُؤْتَمِراً
Allâhumma wa `ajjil faraja awliyâika. Wardud ‘alayhim mazhâlimahum. Wa azhhir bilhaqqi qâimahum. Waj`al lidînika muntashiran wa biamrika fî a`dâika mu’tamirâ.
Ya Allah, percepatlah kehadiran kekasih-Mu. Patahkan kezaliman musuh-musuh mereka.
Tampakkan kebenaran dengan kehadiran shahibuz zaman. Jadikan ia penolong agama-Mu, dengan ketentuan-Mu jadikan ia penguasa musuh-musuh-Mu.
اَللّهُمَّ احْفُفْهُ بِمَلائِكَةِ النَّصْرِ وَبِما اَلْقَيْتَ اِلَيْهِ مِنَ الاَْمْرِ في لَيْلَةِ الْقَدْرِ، مُنْتَقِماً لَكَ حَتّى تَرْضى وَيَعوُدَ دينُكَ بِهِ وَعَلى يَدَيْهِ جَديداً غَضّاً، وَيَمْحَضَ الْحَقَّ مَحْضاً، وَيَرْفُضَ الْباطِلَ رَفْضًا
Allâhummahfufhu bimalâikatin nashri, wa bimâ alqayta ilayhi minal amri fî laylatil qadri muntaqaqiman laka. Hattâ tardhâ wa ya’ûda dînuka bihi wa ’alâ yadayhi jadîdan ghadhdhan. Wa yamhadhal haqqa mahdhan, wa yarfudhal bâthila rafdhâ.
Ya Allah, bentengi ia dengan para Malaikat pemberi pertolongan, dengan perkara yang Kau sampaikan kepadanya pada malam al-Qadar sebagai pembalasan dari-Mu. Sehingga Engkau ridha pada kami dan agama-Mu kembali bersamanya dalam keadaan jernih dan suci. Tegakkan kebenaran dengan jelas-jelasnya, dan hancurkan kebatilan dengan kehancuran yang sebenarnya.
اَللّهُمَّ صَلِّ عَلَيْهِ وَعَلى جَميعِ آبائِهِ، وَاجْعَلْنا مِنْ صَحْبِهِ وَاُسْرَتِهِ، وَابْعَثْنا في كَرَّتِهِ حَتّى نَكُونَ في زَمانِهِ مِنْ اَعْوانِهِ، اَللّهُمَّ اَدْرِكْ بِنا قِيامَهُ، وَاَشْهِدْنا اَيّامَهُ، وَصَلِّ عَلَيْهِ وَارْدُدْ اِلَيْنا سَلامَهُ، وَالسَّلامُ عَلَيْهِ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكاتُهُ
Allâhumma shalli `alayhi wa `alâ jamî’i abâihi, waj`alnâ min shabihi wa usratihi. Wab’atsnâ fî kurratihi hattâ nakûna fî zamânihi min a`wânihi. Allâhumma adrik binâ qiyâmuhu, wa asyhidnâ ayyâmahu wa shalli `alâ Muhammadin wa âlihi. Wardud ilaynâ salâmahu wassalâmu `alayhi wa `alayhim wa rahmatullâhi wa barakâtuh.
Ya Allah, sampaikan shalawat kepadanya dan bapak-bapaknya. Jadikan kami sahabatnya dan keluarganya. Bangkitkan kami dalam perjuangannya sehingga kami menjadi pasukannya di zamannya.
Ya Allah, pertemukan kami dengan kehadirannya. Perlihatkan kepada kami hari-harinya.
Sampaikan shalawat kepada Muhammad dan keluarganya, dan alirkan pada kami kedamaiannya. Semoga salam dan rahmat Allah serta keberkahan-Nya senantiasa tercurahkan kepadanya. (Mafâtihul Jinân: bab 2, pasal 5)
Langganan:
Postingan (Atom)