Teknologi Ramah Pelajar
Pengaruh kemajuan teknologi terhadap pelajar harus diakui melebihi apa pun, bahkan lembaga keluarga maupun pendidikan. Banyak kasus yang menimpa pelajar menunjukkan penyalahgunaan kemajuan teknologi komunikasi sehingga berdampak buruk bagi tingkah laku pelajar dalam lembaga pendidikan (sekolah). Tentu sangat disayangkan, sebab di sekolah pelajar harusnya fokus melakukan dalam kegiatan belajar mengajar.
Dengan kecanggihan teknologi prosedur berinteraksi tak harus kontak langsung. Interaksi eksklusif maupun kolektif seiring perkembangan zaman mulai difasilitasi gadget yang mudah dan murah. Bergosip, tertawa, menangis, berdiskusi, jatuh cinta, bahkan putus cinta bisa terjadi tanpa kontak langsung. Fenomenanya sudah sampai pada tahapan sistem budaya karena pelajar memiliki ketergantungan kuat terhadap internet untuk hadir di dunia maya. Sebagian besar pelajar, berselancar di dunia maya lebih urgen dibanding interaksi riil. Populer dan sempurna di dunia maya adalah prioritas, daripada berkompetisi dan berorganisasi secara nyata. Imbas terbesarnya, sisi adiktif pelan namun pasti melahirkan pelajar yang narsis, pemujaan terhadap diri secara berlebihan.
Kasus lain memanfaatkan teknologi adalah penyalahgunaan gadget untuk mempermudah kerja sama, mencari jawaban saat menempuh ujian, serta tindak kejahatan seperti mencuri karya orang lain. Lahirlah plagiator-plagiator ulung, muda, berbakat yang tanpa dosa dan seenaknya menjiplak demi menyelesaikan tugas sekolah.
Ketergantungan teknologi sebagai sarana penyaluran aktivitas narsistik tak boleh dibiarkan. Bila sisi adiktif narsisme sudah parah, akan menggerus kesadaran pelajar akan pentingnya budaya literatif. Budaya literatif adalah nuansa antuisme membaca dan kemampuan menuangkan ide baru dalam bentuk tulisan ilmiah. Membaca adalah aktivitas penting dilakukan siapapun terutama pelajar. Karena pelajar adalah generasi pemikul tanggung jawab besar sebagai penentu arah kemajuan bangsa dan bertanggung jawab terhadap nasib masyarakat luas.
Membaca berita, artikel, esai, karya sastra, buku sangat berbeda efeknya dibanding membaca pesan sms. Dengan membaca, pengetahuan kian luas dan akan memacu pelajar lebih kreatif, inovatif. Sebaliknya, terbiasa membaca pesan pendek memengaruhi karakter cenderung reaktif, dangkal dan kurang matang. Sedang budaya literatif akan membentuk karakter lebih matang dan kontemplatif.
Menghalangi dan melarang pelajar untuk tak menyentuh gadget canggih dengan alasan mencegah akibat buruk bukan pemecahan jangka panjang. Sebaliknya, hal tersebut tergolong pemasungan. Lebih rasional jika para pendidik terjun langsung memantau perkembangan siswa dalam kaitannya dengan kemajuan teknologi. Misalnya, sekolah menyediakan pelanyanan hotspot namun memblokir situs yang potensial merusak iklim akademis. Pendidik dan siswa bergabung dalam jejaring sosial, sehingga bisa lebih intens berdikusi seputar pelajaran.
Atau, membiasakan menyelesaikan tugas sekolah dan mengirimnya melalui email. Tugas yang dikirim melalui pesan elektronik memiliki beberapa kelebihan, selain lebih modern, efektif waktu, juga akan menghemat kertas. Penghematan kertas sangat penting mengingat ancaman global warming. Dengan metode demikian mudah-mudahan ada kemajuan di kalangan pelajar dalam menghadapi kemajuan teknologi. Kemajuan teknologi adalah tantangan dan ujian bagi kita semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar