Kamis, 12 Maret 2009

Bagaimana Kualitas sholat kita????

Apakah Mungkin Umat Islam "Merapatkan Barisan", Sementara Ketika Sholat Berjama'ah Mereka Tidak Luruskan & Rapatkan Shaf...!?



Islam adalah agama yang sangat memperhatikan kedisiplinan danketeraturan hidup. Hal ini tercermin dalam pelaksanaan shalat berjamaah. Pengaturan shaf shalat punya makna akan kerapian yang cermat. Bahkan penanaman nilai nilai yang terkandung di dalamnya melebihi kerapian dan kedisiplinan militer.

Seperti layaknya upacara kemiliteran, seorang imam bertanggung jawab memeriksa barisan atau shaf makmumnya. Jika komandan upacara menginspeksi pasukan sebelum upacara dimulai, demikian pula seorang imam.ia harus menata dan merapikan shaf jamaahnya sebelum takbiratul ikram. Rasulullah saw bersabda, “Ratakan (rapat dan lurus) shaf kalian, sebab meratakan shaf adalah termasuk kesempurnaan shalat” (HR. Bukhari Muslim). Jadi tidak sempurna shalat jamaah kita jika tidak rapi shafnya.

Selain itu imam tidak cukup hanya berkata luruskan dan rapatkan shaf lantas memulai shalatnya sedangkan shafmakmumnya masih belum rapi. Imam juga harus memberikan pengarahan dan pengertian khusus kepada makmum yang belum sempurna posisinya. Berikut ini beberapa panduan mengatur kerapian shaf bagi imam dan makmum berdasar tuntunan Rasulullah saw.

1. Sebelum memulai shalat, hendaknya imam memeriksa dan mengatur shaf makmum hingga benar benar rapi.




Nu’man bin Basyir ra berkata, “Rasulullah saw. Meratakan shaf kami sebagaimana meratakan anak anak panah. Sehingga beliau merasa bahwa kami telah memenuhi perintahnya itu dan benar benar mengerti. Tiba tiba suatu hari beliau menghadapkan wajahnya kepada kami dan melihat ada seseorang yang menonjolkan dadanya ke depan, maka nabi saw, bersabda, “hendaknya kamu meratakan shafmu atau kalau tidak Allah akan memperlainkan-lain wajahmu semua (akan selalu dalam perselisihan dan sengketa) ! (HR. Bukhari, Muslim, Abu Daud, Nasai, Ibnu Majah, dan Turmudzi).

2. Makmum dianjurkan mengisi shaf terdepan

Nabi saw. Bersabda, “Andaikata manusia tahu pahala yang tersedia untuk memenuhi panggilan azan serta shaf pertama, kemudian orang orang yang tidak dapat memperolehnya kecuali dengan undian, niscaya mereka akan merebutnya walau dengan cara undian itu” (HR.Bukhari).

3. Makmum memulai shaf dari tengah (persis dibelakang imam) lalu berurutan kekanan, baru kemudian mengisi barisan disisi kiri.

Nabi saw. Bersabda, “sesungguhnya Allah dan para Malaikat Nya memberi rahmat serta medoakan supaya diberi rahmat bagi orang orang yang shalat di yang sebelah kanan” (HR. Abu Daud dan Ibnu Majah dari Aisyah ra). Meski sebelah kanan harus dipenuhi terlebih dahulu, hendaknya posisi sang imam tetap ditengah. Nabi saw. Bersabda, “tempatkanlah imam itu ditengah dan penuhilah sela sela shaf” (HR. Abu Daud dari Abu Hurairah ra). Meskipun secara sanad Hadits inidinyatakan lemah, namun secara makna dan isi benar.karena sesuai dengan kesimpulan yang didapat dari sekumpulan hadits shahih terkait.

4. Hendaknya makmum tidak membuat shaf baru sebelum shaf didepannya terpenuhi.

Di suatu hari ketika hendak memulai shalat berjamaah, Nabi saw. Bersabda, “Tidakkah kalian ingin berbaris sebagaimana halnya malaikat dihadapan Allah? “ Para sahabat bertanya “Bagaimana cara Malaikat berbaris dihadapan Allah?” Nabi saw. Menjawab, “mereka menyempurnakan dulu shaf pertama serta merapatkannya benar benar” (HR. Jamaah dari Jabir bin Samurah ra)

5. Makmum mengisi atau menyambung shaf di depannya yang masih kosong/putus.

Nabi saw. Bersabda, “Barang siapa menyambung shaf, maka hubungannya akan disambung pula oleh Allah. Dan barang siapa memutuskan shaf, maka hubungannya akan diputuskan pula oleh Allah” (HR.Nasai, Hakim, Ibnu Kuzaimah dari Ibnu Umar ra ).

6. Meluruskan dan merapatkan shaf hingga dada atau bagian tubuh seseorang tidak lebih maju/mundur atau tidak ada celah di antara orang yang ada di sisinya.

Hendaknya makmum mendekat satu sama lain hingga bahu dan kaki saling menempel. Janganlah terpaku pada alas shalat atau sajadah hingga ada celah. Nabi saw. Bersabda, “Ratakan shafmu, rapatkan bahu bahumu, lunakkan tangan berdampingan dengan saudara saudaramu dan tutupilah sela sela shaf itu. Karena sesungguhnya setan setan itu memasuki sela sela itu tak ubahnya bagai anak kambing” (HR.Ahmad dan Thabrani dari Abu Umamah).



Semua ini menunjukkan bahwa merapikan shaf memiliki kedudukan penting dalam mendirikan, membaguskan, dan menyempurnakan shalat. Kerapian shaf mengandung keutamaan, pahala, menghimpun, dan menyatukan hati kaum muslimin.dan pertolongan Allah swt.pun akan niscaya semakin dekat.

=============================================
Semoga tulisan ini dapat memotivasi para pembaca Bobbi-blogspot.com dan kita semua, insyaAllah...

Wassalamu'alaikum wr.wb.
Karina Dive,---
SELANGOR MALAYSIA

Tidak ada komentar: