Jumat, 27 Maret 2009

Curahan Hati Seorang Muslimah

Curahan Hati Seorang Muslimah yang sedang cemburu




Aku begitu cemburu dengan apa yang dijanjikan Allah kepada manusia bahwa sholat malam yang tidak terputus adalah mahar untuk meminang bidadari di surga. Digambarkan bahwa bidadari memiliki semua hal yang indah dan menakjubkan. Namun kemudian kecemburun itu hilang ketika aku mengetahui bahwa Rasullulah pernah berkata kepada Ummu Salamah bahwasanya wanita-wanita dunia adalah lebih utama daripada bidadari-bidadari karena sholat mereka, puasa dan ibadah mereka kepada Allah. Dalam sebuah hadits kiatakan bahwa:

“… Wahai Ummu Salamah, akhlak yang baik itu akan pergi membawa dua kebaikan, dunia dan akhirat.”( HR Ath Thabrani)

Kemudian aku mempertanyakan kualitas diriku sebagai muslimah.. Aku merasa aku jauh sosok ‘ideal’ seorang muslimah… Aku terjebak pada persepsi penghususan bahwa sebagai wanita berjilbab aku harus lembut, bertutur kata halus, dan feminism dalam arti yang sebenarnya. Standar seperti ini kadang membuatku tertekan karena aku tidak ingin memakai ‘topeng’.




Namun kemudian aku sadar bahwa aku adalah aku. Jilbab bukan lakon sandiwara yang mengharuskan aku menjadi orang lain untuk memakainya. Islam sendiri tidak menghapus karakter-karakter khas dari pribadi pemeluknya yang tidak bertentangan dengan aqidah ketika dia memutuskan beIslam secara paripurna. Alangkah konyol memaksakan diri menjadi manjadi orang lain setelah hijrah dengan berjilbab. Bukankan dunia akan sunyi jika semuanya seragam.

“Celupkan warna Allah. Dan Siapakah yang lebih baik celupan warnanya daripada Allah. Dan padaNya sajalah kami beribadah.” (Al Baqarah: 138)

Aku sedikit muak dengan pembahasan para akhwat yang begitu menyanjung segala kelebihan kaum ikhwan. Aku merasa alangkah tidak baik memandang seseorang dari kualitas dunia yang disandang. Segala kelebihan yang dimiliki ikhwan belum tentu dapat bertahan untuk jangka waktu yang lama, baik itu ketampanan; kepintaran; kekayaan; dan embel-embel status sosial yang disandangnya. Aku suka ingin mempertanyakan kembali kepada para akhwat “Kenapa sich kalian tidak melihat segala kelebihan para ikhwan itu sebagai contoh, kenapa kalian ga berusaha agar bisa seperti mereka, paling tidak kalian tidak memandang diri kalian sebagai sosok yang berlevel lebih rendah dibanding mereka, agar kalian tidak larut dengan segala pesona yang mereka punya????.” Aku ingin para akhwat memandang para ikhwan dari dimensi kepribadian dan akhlak yang mencerminkan keutuhan pribadinya. Para ikhwan yang ‘berkualitas’ itu masih manusia dengan segala kecenderungan fithri yang tak bisa ditipu dan dikelabui. Alangkah lebih baik masing-masing pribadi sibuk meningkatkan kualitas pribadi karena An Nur ayat 26 adalah janji pasti Allah.

Ibnu Mas’ud pernah memberikan nasihat, disaat riak-riak rasa hadir, “Jika kau tertarik pada seseorang, ingatlah kejelekan-kejelekannya.” Kalimat ini penting sekali untuk diingat sebagai penjaga hati, bahwa Sang Maha Sempurna harus lebih diprioritaskan daripada sang idola.

Rasulullah pernah berkata “Cintailah sesuatu dengan sewajarnya”. Karena mungkin suatu ketika ia akan menjadi sesuatu yang kau benci. Dan sederhanalah dalam membenci karena suatu saat mungkin ia menjadi sesuatu yang kau cinta.



Aku senang dengan pencapaian yang diberikan-Nya padaku, tapi aku belum cukup puas. Aku bersyukur karena aku masih dalam lingkaran yang dikasihi-Nya. Allah telah mengantarkan aku ke gerbang hidayah, aku merasa telah mendapatkan setengah dari kebahagiaan. Aku sadar, aku masih harus ‘mengolah’ hidayah itu. Aku sadar aku pribadi yang serba ‘kekurangan’ dalam segala hal. Hidayah Allah yang pertama adalah keinginan untuk mencari kebenaran, namun aku masih harus mengolahnya agar menghasilkan hidayah yang kedua yaitu taufik Allah (Allah telah menjanjikannya dalam QS. Maryam: 76). Menurutku ini sulit, tapi bukan tidak mungkin untuk dicapai. InsyaAllah.Sesungguhnya Allah melunakkan hati orang-orang tertentu sampai ada yang lebih lunak dari susu dan Allah mengeraskan hati orang-orang tertentu sampai ada yang lebih keras daripada batu. Padahal kehidupan Akhirat itu lebih baik dan kekal (QS. Al Aka:17). Semoga aku dapat memelihara niatku.

Tidak ada komentar: